"Ki ini nama bunganya apa?" Yusril mengangkat pot bunga itu, membawanya kehadapan Riki.
"Oh itu anggrek." Riki menoleh sekilas, lalu kembali dengan kegiatannya memisahkan kelopak Bunga yang layu.
"Baru tau gue kalo anggrek bisa buat permen jeli." ujar Yusril yang membuat Riki keheranan. Mana ada permen jeli dari bunga.
"GOBL*K!!!! ITU ULET YANTOO!!!" kesal sekaligus panik Riki yang melihat ulat hijau yang ukurannya lumayan besar di daun bunga anggrek yang dipegang Yusril.
"Ahh ulet ya ... ANJIRR!!!???" Yusril mengangguk otaknya memproses umpatan Riki tadi, barulah teriakan mulai keluar ketika dia paham maksud dari umpatan Riki.
"YUSRILL JENAR DARMAWANN!!!! POTNYAAA JANGAN LO BANTING!!"
"GUEE GELII LIAT ULETT!!!" teriakan keduanya mengundang perhatian Dylan yang hendak memberikan sarung tangan. Buru-buru Dylan keluar diikuti Syakir dan Sabian.
"BUANG IKI BUANG!" Yusril merasa geli melihat ulat hijau yang menggeliat di daun bunga.
"GUE JUGAA GELII, GEDE BANGETT!!" posisi pot bunga tersebut ada di tengah-tengah antara Yusril dan Riki.
Sabian jengah dengan kelakuan dua orang dihadapannya pun melangkah mendekat. Sabian memetik daun yang terdapat ulat hijau tersebut, ukurannya lumayan besar.
"Nihh gini doang! Ga usah teriak-teriak." tangan Sabian menyodorkan daun itu kehadapan Riki dan Yusril secara bergantian.
"Jauhin tangan Lo dari gue!" Riki menangkis tangan Sabian yang ada dihadapannya. Hingga daun itu terlempar.
"AAAAA!!!" Syakir terlonjak ketika Dylan mengeluarkan suara dengan nada tinggi. Dylan mendadak menjadi patung kala ulat itu mendarat tepat diatas kepalanya. Tangannya mengepal, kakinya dia hentak-hentakan kala tak ada yang berniat membantu mengambil ulat di atas kepalanya.
"ULATNYAAA GERAKKKK DI KEPALAAAA HUWAAAA!!!" Dylan dapat merasakan gerakan di kulit kepalanya. Syakir hanya melihat Dylan yang tengah memejamkan matanya dengan tangan terkepal.
"HAHAHA." Dylan membuka matanya ketika suara tawa mulai terdengar.
"Lucu bangett takutnya, HAHAHA." Yusril tak mampu menahan tawanya ketika Dylan menghentakan kakinya kesal.
"Padahal tadi galak banget, taunya takut sama ulet. AHAHAHA." Riki ikut menimpali ucapan Yusril.
"Didi Didi, ada aja kelakuannya yang buat gemes." Dylan melongo saat Syakir yang dia kira berbeda ternyata sama saja. Apalagi Sabian yang sudah terduduk lemas sebari memegang perut karena tertawa.
"KALIANNN!!!! BANTUUU GUEEE!!! ULATNYAAA GERAKK!! AAAA MAUU NYAMPEEE DAHII." Dylan memejamkan matanya. Dia sungguh dapat merasakan ulatnya bergerak maju, tangannya terkepal. Jangankan menggerakkan tangannya untuk menepis ulat itu, menggeleng sedikit saja terasa sulit untuk Dylan saat ini.
...
Merasa beban dikepalanya hilang, serta tak merasakan gerakan dari ulat tadi Dylan mulai membuka matanya. Terlihat ulat itu telah berpindah ke tangan Ryo, dengan santai Ryo melempar ulat itu ke tengah jalan.
"Nahh ulatnya udah ga ada. Sayangnya Iyo udah aman." Ryo tersenyum hingga matanya menyipit.
Dylan meluruhkan badannya. Akhirnya dia dapat bernafas lega. Untunglah ada Ryo yang tiba setelah mengantar bunga, jika tidak mungkin dia akan merasakan ulat itu berjalan di keningnya.
"Heboh banget kalian, gue sampe tancap gas tadi." ujar Ryo.
Dylan yang sudah agak mendingan pun melepas satu sendalnya. Menatap satu persatu pegawai baru yang direkrut oleh neneknya.
"Lo semua ga ada yang bantu gue ya tadi." Dylan berucap pelan. Ryo yang posisi paling dekat dengan Dylan pun perlahan melangkah mundur mendekati teman-temannya.
"Bos bos. Gue kan yang buang ulatnya ... Gue ga kena amuk juga kan." ujar Ryo, karena memang dia tak ikut menertawakan.
"Iya, tapi Lo lama. Terus manggil gue sayang lagi." Dylan mulai melangkah mendekat. Kelimanya lantas berlari untuk menghindari lemparan sendal Dylan.
"DIDI, GUE MINTA MAAF." Teriak Syakir yang berlari paling depan.
"Apes banget gue, padahal baru sampe, malah kena amuk juga." Ryo berlari sambil meratapi nasibnya.
"LEHER GUE KECEKEK, BANG BIAN LEPASSIN TANGAN LO ANJIRR!!" Riki kesulitan berlari. Sedangkan Sabian berusaha menyamai langkah Riki dengan cara menarik kerah belakang baju Riki.
Yusril yang berada di posisi paling belakang menjadi target utama Dylan. Walaupun begitu mereka berlari dengan cepat, hingga mau tak mau Dylan mengangkat tangannya, membuat ancang-ancang untuk melemparkan sendalnya.
"AWWW." ringis Yusril ketika lemparan sendal itu mendarat di punggungnya.
"Mas ambil sendalnya, biar dia ga punya senjata lagi." Syakir berlari mendekat kearah Yusril.
Dylan yang melihat Syakir mendekat melepas satu lagi sendalnya untuk dilempar kearah Syakir. Namun naasnya, Syakir memiliki reflek yang bagus. Sendal itu berhasil ditangkap oleh Syakir, kini terbalik Syakir yang menatap Dylan dengan senyuman jahilnya.
"Sekarang giliran Didi yang aku kejar ya." Syakir berlari dengan tawa yang mengalun.
"CURANGG LO SEMUA, LIMA LAWAN SATU. NENEKK TOLONG DIDI!!!" siang itu terjadilah aksi kejar-kejaran lima lawan satu.
"Anjir Sakir semangat banget HAHAHA."
Keadaan terbalik, kini Dylan yang dikejar oleh lima orang. Tingkah mereka menarik perhatian semua orang. Beberapa orang yang mereka lewati berteriak memberi semangat, hanya memberi semangat tak ada yang berniat membantu Dylan. Bahkan sang nenek hanya tertawa dan melambaikan tangannya saat sang cucu melewati dirinya yang tengah berdiri di depan toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
02. DYLAN [END]
Short Story[Nct Wish lokal] Dylan Dwi Abraham, pria yang menyukai ketenangan harus berhadapan dengan lima orang asing. "LO SEMUA BISA JAUHIN GUE GA?" "We love you, dilann~~" "OGAH GUEE, SYUHHH PERGI SANAA!!!" Fanfic ini nyambung sama "Aa with Adek" kalo ada y...