33. MENDADAK

136 18 51
                                    

"Didi, kamu pesan kue ulang tahun buat apa? Kita pesan daging saja. Kuenya nenek hapus." ucap nenek Dewi kala melihat kue ulang tahun tertulis di daftar belanjaan yang akan dibeli oleh Riki dan Sabian.

"Ihhh jangann. Nenek lupa?? Seriuss??!!" Dylan dengan nada sewotnya.

"Nenek!! Kak Una ultah tauuu hari iniii. Makanya Didi dari pagi bikin dia emosi terusss. Woahh nenek tega sih. Padahal kak Una udah kek pacar nenek, bisa-bisanya nenek lupa sama hari sepesial kak Una." ucap Dylan penuh drama.

"Juna ultah?!" pekik Riki tak percaya, membuat Sabian serta Ryo segera menghampiri untuk ikut menimbrung.

"IHH AA! jangan teriak, nanti kak Una dengerrr tau!" rajuk Dylan pada Riki.

"Tenang-tenang, Juna lagi pergi bareng Yusril buat benerin panggangan." ucap Sabian yang membuat Dylan bernafas lega.

Sungguh mereka tak tau jika hari ini adalah hari spesial untuk Juna. Wajar saja karena mereka pun baru beberapa hari dekat, belum mengenal secara keseluruhan mengenai Juna Anggara. Tapi lain untuk nenek Dewi, Dylan dan Miko. Mereka mengenal Juna lebih dulu.

Jujur saja nenek Dewi sejujurnya lupa dengan hari ini. Dia terlalu larut dalam kesedihan, hingga melupakan hari penting Juna. Mengingat segala jasa Juna, segala kebaikan yang Juna lakukan, nenek Dewi merasa amat bersalah karena melupakan hari kelahirannya.

"Jangan-jangan bang eja juga lupa lagi." ucap Dylan. Tangannya mendial nomor Miko, untuk memulai panggilan.

"Abang! Sekarang hari apa?" tanya Dylan langsung, saat panggilan terhubung.

"Eih? Sekarang hari Rabu, hape kamu ga ada tanggalnya?" ujar Miko.

Dylan menggelengkan kepalanya tak percaya. Benar dugaannya, Miko juga lupa dengan hari ulang tahun Juna. Sesibuk apa sebenarnya pekerjaan seorang polisi hingga lupa hari ulang tahun teman dekatnya sendiri, pikir Dylan.

"Abang sekarang itu tanggal dua.empat !" ucap Dylan sambil menekan kata dua empat.

"Dua empat ya ... JUNA?!!" kejut Miko disebrang sana.

"Keren banget cuman Didi yang inget. Abang sama nenek ga inget. Didi ga mau tau pokoknya Abang harus Dateng kasih kado buat kak Una! Jangan ada alasan ga sempat, kalo perlu Abang ga usah kerja aja." final Dylan.

Dylan segera mengambil kembali kertas yang berisi daftar belanjaan yang akan dibeli. Tangannya kembali menuliskan kue ulang tahun untuk dibeli.

"Sana cepet kalian pergi. Biar nenek Ryo sama Sakir yang siapin keperluan disini. Sabian beritahu Yusril soal ini ya, ouh iya sekalian bawa Miko biar dia bisa kawal kalian. Jadi lebih cepett." ujar nenek Dewi sambil kelimpungan menyiapkan acara nanti malam.

Dylan, Riki dan Sabian bergegas untuk membeli segala keperluan sesuai dengan yang diperintahkan nenek Dewi. Tak lupa sebelumnya Sabian mengirim pesan pada Yusril agar mengulur waktu, entah bagaimana caranya biar itu menjadi tugas Yusril. Untuk Miko, Sabian hanya mengirimkan titik lokasi mereka belanja. Biarkan polisi itu menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu, Sabian yakin jalanan di siang hari tidak terlalu padat, dia masih bisa menyalip setiap kendaraan untuk siang ini.

Betul saja, jalanan tak terlalu padat. Lagi-lagi Sabian mengeluarkan bakat mautnya dalam mengendarai mobil. Riki dan Dylan saling berpelukan dibangku belakang karena keberingasan Sabian dalam membawa mobil.

"Aa ... Didi masih hidupkan?" tanya Dylan yang masih memeluk Riki dengan erat.

"Masih. Kita masih hidup." dada Riki naik turun. Menjalin pertemanan selama bertahun-tahun bersama Sabian tidak membuat Riki terbiasa dengan kemampuan mengendarai mobil Sabian.

02. DYLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang