Matanya membulat, menatap panggilan yang barusaja diakhiri sepihak oleh orang disebrang sana. Perasaan panik mulai hinggap di benak Riki, sebisa mungkin dia berpikir positif mengenai keadaan Dylan yang tengah dijaga oleh Syakir.
"Bisa-bisanya gue biarin Sakir jaga Didi ARGHHH!!" Riki mengacak-acak rambutnya kesal. Beberapa orang yang baru saja ingin memarkirkan motornya juga yang sekedar hendak numpang lewat saja ketakutan mendengar erangan Riki. Mereka memilih mencari jalan dan tempat parkir lain, dimana pun asalkan tidak dekat dengan Riki.
"Bisa aja gue kesana sekarang. Tapi waktu itu gue bolos matkul ini anjirr lahh ARGHHH!!" rasa panik membuat Riki tak bisa mengendalikan emosinya. Tangannya terasa gatal untuk memukul atau membanting sesuatu untuk melampiaskan segala emosinya.
Riki sedari tadi belum beranjak dari motornya, pandangannya menghadap kedepan, melayangkan tatapan tajam. Siapa pun yang melihatnya akan merasa takut, rasanya seperti terbelah jika ditatap seperti itu. Padahal sebenarnya Riki tengah mencari cara agar rasa khawatirnya terobati, emosi tak akan menyelesaikan permasalahan dia perlu tenang.
*awww ganteng yaa, aku Nemu di X kukira siapa ternyata #RIKU adeuh adeuh~~ JAEHEE!!! pegang nunnaa dekk, biar ga oleng ke Hyung Jepun mu
Satu nama tiba-tiba terlintas dipikirannya. Riki segera mendial nomor Ryo, sebelumnya dia melihat jam terlebih dulu. Aman, waktu istirahat untuk Ryo.
"Rio, gue minta to- ehh kok berisik? Lo angkat telpon sambil jalanin motor?" Riki mengernyitkan keningnya bingung, kala suara lalu lalang kendaraan juga angin terdengar.
"Iya. Gue otewe kerumah nenek. Udah ya, a. Gue mau ngebut. Lo yang tutup panggilannya." Riki menghembuskan nafasnya lega. Ryo memang satu pemikiran dengannya, tak salah dia berharap Ryo bisa membantu.
"Makasih, yo." tutup Riki.
-=DYLAN=-
Ryo tak berbohong saat dia berkata akan mengebut. Walaupun dirinya tak segila Sabian dalam membawa kendaraan, bisa dibilang Ryo lebih baik. Tanpa mengetuk pintu Ryo segera melangkah masuk kedalam rumah yang ditempati Dylan dan Syakir. Suara gelak tawa menyambut kedatangan Ryo.
"AHAHAHA woah itu terlihat seperti sungguhan padahal aslinya tak seberat itu HAHAHA."
Rasa lega hinggap dalam diri Ryo kala melihat Dylan yang tengah tertawa karena Syakir yang melakukan atraksi pantomim. Pandangannya mengedar, menelisik setiap sudut. Aman, tak ada satupun benda yang rusak atau bergeser dari tempatnya, keadaannya masih sama saat dia datang tadi pagi.
"Woah seru sekali, sampai Iyo datang pun kalian ga sadar." ucap Ryo dengan penuh drama. Syakir yang menyadari kedatangan Ryo pun mendengus kesal, apa waktunya bersama Dylan sudah berakhir sekarang? Pikirnya.
"Maaf, Iyo. Apa itu?" tanya Dylan mengarah pada kresek yang dibawa Ryo.
Tanpa ditunjuk atau bertanya lebih Ryo tau pertanyaan itu mengarah pada kresek yang dia bawa. Ryo mendudukkan dirinya disamping Dylan, sedangkan Syakir duduk dibawah dengan alas karpet.
"Susu ada roti juga." ujar Ryo sambil tangannya mengeluarkan satu persatu belanjaan dari kereseknya.
"SUSU/ROTII!!" seru Dylan dan Syakir kala melihat kesukaan mereka.
"Makan aja. Didi, Iyo izin kedapur ya buat ambil gelas." izin Ryo pada sang tuan rumah. Dylan terdiam sejenak menatap Ryo, sebelum akhirnya menjawab.
"Emang sampe? Biar Didi aja deh!" bangkit Dylan dari duduknya. Syakir tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat yang barusaja Dylan katakan.
"SAYANG KAMU PERHATIAN BANGET SIHH!!!, SAMPE HATI MUNGIEL IYO MAU MARAH TAPI GA BISA !!!" sejujurnya Ryo emosi. Tapi, karena yang barusaja berucap itu Dylan lebih baik dia meredam emosinya.
Tak lama Dylan kembali dengan tiga gelas, dia menuangkan susu pada setiap gelasnya. Syakir fokus mengunyah roti sedangkan Ryo sedari tadi memperhatikan Dylan. Terlihat butiran-butiran keringat didahinya, juga rambut yang lepek.
"Syukurlah demamnya turun." ujar Ryo saat punggung tangannya mengecek suhu Dylan.
Dylan yang diperlakukan seperti itu tertegun sejenak saat merasakan tangan Ryo mendarat di keningnya, juga merapihkan beberapa anak rambut yang menghalangi matanya. Dylan menunduk tak berani membalas tatapan Ryo.
"Ekhem! Udah ya adegan romantisnya. Jangan nodai roti-roti suci gue." sinis Syakir yang sedari tadi menjadi penonton.
Perkataan Syakir membuat Dylan sadar, dia segera membuat jarak antara dirinya dengan Ryo. Semua kembali berjalan semestinya Syakir dengan Rotinya, Dylan dengan susu yang dia minum, dan Ryo yang memantau keduanya. Sesekali Syakir mengeluarkan ide diluar nalarnya mengenai sebuah eksperimen masakan, yang langsung dibantah oleh Ryo.
"Tapi ga ada salahnya kan buat nyoba? Bikin aja sekarang. Di kulkas ada yogurt deh, tapi yang rasa buah bukan original."
"Ngga, Didi. Ide Sakir jangan diturutin. Mati keracunan nanti." bantah Ryo
"Yogurt rasa buah? Gapapa lah siapa tau nasgornya jadi ada rasa buahnya gitu." seru Syakir dengan semangat. Atensi Ryo sepertinya tak mereka hiraukan.
"Ayok coba bikin." Dylan pun tak kalah semangat, dia segera menarik Syakir menuju dapur. Ryo melongo saat Dylan dan Syakir melewatinya begitu saja, sangat jelas sekali kehadirannya disini tak diharapkan. Tapi, adanya dia disini memang untuk mencegah Syakir bereksperimen kan?
"KALIAN JANGAN ADA YANG BERGERAK!!" teriak Ryo saat tiba di dapur. Dylan yang tengah menuangkan nasi pada penggorengan pun menoleh.
"Iyo, kenapa?" tanya Dylan.
"Iyo marah mungkin karena laper, Di." jawab Syakir yang mendapat tatapan horor dari Ryo.
"Bentar, ya. Tinggal nuanhin yogurtnya kok. Iyo duduk dulu." Dylan melanjutkan aktivitasnya, dibantu Syakir yang menuangkan yogurt pada penggorengan.
"Di, nasgor bisa ada kuahnya ga? Kita tambah susu gitu." lagi dan lagi Syakir mengeluarkan ide diluar nalarnya.
"Kir??? Stop jangan aneh-aneh. Ga ada nasgor kuah. Nanti jadinya larii nasgor astogehhh. Mending gue pusing karena nganterin Bungan dari pada ngasuh dua bayii bongsorr!!" prustasi Ryo.
"Udah jadi!!" seru Dylan, dia menuangkan nasi goreng tersebut pada piring. Kakinya melangkah mendekat kearah Ryo yang terduduk dengan lemas.
"Iyo makan, ya. Sisi udah kenyang, Sakir juga katanya. Kenyang abis makan roti." Dylan berkata dengan santainya.
"A IKI TOLONGIN IYOO!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
02. DYLAN [END]
Short Story[Nct Wish lokal] Dylan Dwi Abraham, pria yang menyukai ketenangan harus berhadapan dengan lima orang asing. "LO SEMUA BISA JAUHIN GUE GA?" "We love you, dilann~~" "OGAH GUEE, SYUHHH PERGI SANAA!!!" Fanfic ini nyambung sama "Aa with Adek" kalo ada y...