19. KAWAN BUKAN LAWAN

139 27 28
                                    

"DIDIQUHH~~ KAK UNAA DATANG~~" suara teriakan dengan nada mendayu memasuki indra pendengaran tiga orang yang ada didapur.

"KAK UNAA!!" balas Dylan dengan teriakan juga.

Ryo merasa lega, sekarang dia tak sendiri menghadapi dua bayi. Kernyitan timbul saat sadar dia tak kenal dengan sosok yang disebut "Kak Una". Hingga tak lama Dylan kembali dengan seseorang dibelakangnya. Seorang pria yang sepertinya seumuran dengan Yusril dan Riki, tersenyum menyapa Ryo dan Syakir.

"Woahhh abis masak ya, mau dong. Didi yang masak kan?" tanya Juna. Ryo pada dasarnya juga merupakan anak jail pun dengan senang hati menyodorkan piring yang ada dihadapannya pada Juna.

"Iya. Didi yang masak di bantu sakir." ucap Ryo dengan senyum manisnya. Saatnya hiburan bagi Ryo. Diam-diam Ryo menghitung dalam hati ketika Juan mulai menyendok nasi goreng Dylan dengan resep Syakir.

Satu ... Dua ... Tiga ...

Ryo hampir saja meledakan tawanya kala mendapati ekspresi Juna yang terlihat keasaman. Lain dengan Syakir yang terlihat bangga dengan hasil resepnya.

"Asem banget ni nasgor ... Serasa kesetrum gue makannya." rancau Juna, tangannya meraih segelas air mineral lalu meneguknya hingga tandas.

"Seburuk itu?" polos Dylan yang dihadiahi pelototan dari Juna.

"Bangett!! Minus satu dari per seratus!" kesal Juna.

"Ouh iya, gue kesini atas perintah nenek. Katanya Lo berdua sekarang ke toko. Biar gue yang jaga, ni siluman bebek." ujar Juna, Syakir dan Ryo mengangguk. Mereka pamit pergi saat selesai membereskan kekacauan dapur serta ruang tengah tadi.

-=DYLAN=-


Toko bunga terlihat ramai pembeli, walaupun beberapa menit lagi waktunya toko tutup para pembeli tak ada hentinya keluar masuk dari pintu. Ingin mengusir tapi tak enak, sebab nenek Dewi sang pemilik saja tak keberatan. Lain dengan para pegawainya yang sangat kewalahan.

Setelah pelanggan terakhir keluar Yusril buru-buru merubah tulisan buka menjadi tutup, agar tak ada lagi pelanggan yang datang. Riki segera mengambil sapu serta alat pel. Membaginya dengan Yusril. Ryo yang baru selesai memarkirkan mobil toko segera menghampiri Syakir, berniat membantu Syakir memasukan ember-ember bunga yang ada diluar toko. Sabian bekerja sendiri, dia memilah setiap kelopak yang layu juga mengganti air pada setiap ember bunga.

Selesai. Mereka melepaskan apron lalu menggantungnya di belakang. Saat semuanya telah keluar dari toko nenek Dewi mengunci pintu toko. Nenek pamit lebih dulu, dia harus segera pulang mengingat dirumahnya ada Dylan. Kali ini Dylan tak menelpon salah satu dari mereka untuk menginap, mereka pun tak enak jika menawarkan sendiri. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kerumah, rumah mereka bersama.

"Huft cape banget, duluan. Sampe ketemu di rumah." pamit Sabian yang diikuti Yusril serta Syakir. Tersisa Riki dan Ryo, keduanya menatap kepergian mobil Sabian. Ryo menghela nafas sebelum akhirnya berbicara.

"A, Iyo mau tanya soal Juna." Riki berdeham. Dia juga ingin membahas itu, mungkin nanti saat sampai di rumah. Kebetulan dia tadi meminta nomor Juna pada nenek Dewi, jadi sekalian saja mengajaknya bertemu.

"Di rumah, orangnya udah gue undang."

-=DYLAN=-

Keheningan mendominasi ruangan yang tengah diisi oleh enam orang remaja pria. Duduk melingkar dengan meja ditengah terdapat beberapa minuman juga cemilan disana.

Sejujurnya Juna bingung dengan keadaan sekarang. Kenapa dirinya diminta untuk datang padahal dirinya tak kenal dengan lima orang asing yang dia tebak power rangernya Dylan.

"Lo siapanya, Didi?" tanya langsung pada intinya oleh Yusril, sepertinya dia tak pandai dalam hal berbasa-basi. Juna paham sekarang, beruntunglah saat ini koneksi otaknya sangat bagus. Tak perlu menunggu yang lain melemparkan pertanyaan, Juna dapat menjelaskan semuanya pada kelima pria asing ini.

"Gue Juna Anggara, kating sekaligus sahabat di univ Didi dulu. Gue pindah kesini karena kesepian, temen gue disana cuman, Didi. Ada sih yang lain, tapi gue sepi aja kalo Didi jauh. Lo semua suka Didi? Gue ga masalah dia emang punya sihir yang bisa buat orang lain pengen jaga dia. Gue juga pengen jaga dia, sebagai kakaknya. Ga lebih. Udah ngejawab pertanyaan kalian belum itu?" ujar Juna dengan santainya.

"Lo bukan lawan kan?" tanya Syakir memastikan.

"Heh yang sopan ye, gue lebih tua dari Lo. Gue kawan bukan lawan. Tenang aja. Males gue saingan sama lima orang bar-bar." ucap Juna yang mendapat delikan dari Yusril. Semua yang di katakan Juna cukup membuat kelimanya tenang, setidaknya Juna bukan orang yang merugikan mereka.

"Gue Riki, seumuran sama Lo." akhirnya sesi perkenalan pun tiba.

"Tau! Kan kita udah kenalan waktu itu di parkiran. Terus Lo Sabian, kita ketemu pas waktu di puskesmas. Nenek yang ngasih tau nama lo." tukas Juna sambil mengedikkan bahunya.

"Ck, dia paling sepuh. Panggil dia bang Bian, gue Yusril seumuran sama Lo. Itu Sakir yang paling pendek Rio." Yusril memperkenalkan satu persatu yang ada disana. Ryo merasa terbully disebut pendek pun melempar Yusril dengan bungkusan makanan ringan.

"Salam kenal semua, kawan dong kita sekarang."

"Yoshhh kita kawan!!" Sabian merangkul pundak Juna, diikuti oleh Ryo yang juga posisinya dekat dengan Juna. Suasana canggung dan hening berganti menjadi hangat. Ternyata Juna tak sekaku yang mereka pikir, terbukti beberapa kali mereka kesal dan tertawa karena ulah dari Juna.

Malam semakin larut. Setelah menghabiskan beberapa cemilan juga minuman yang disuguhkan teman barunya, Juna memilih untuk segera pulang. Kelimanya mengantar Juna sampai pintu, entah apa tujuannya. Juna memakai helmnya, si blekping pun telah dia nyalakan. Juna menoleh menatap kelima teman barunya yang tengah berdiri di gawang pintu dengan senyum tengil. Beberapa yang melihat itu terlihat acuh, ada juga yang merasa heran.

"Kalian iri sama gue, ya? Sabar ya, ini ga seberapa. Belum aja kalian liat Didi manja ke satu orang. Gue yakin Lo semua pasti ngerasa lagi simulasi Padang Mahsyar saking panasnya." Juna melaju dengan diiringi tawanya yang terlihat puas menjahili lima power ranger Dylan.

"Dia lebih bokem dari pada bokem." kesal Yusril.

"Se*an aja insekyur sama dia." ucap Ryo yang mendapat anggukan setuju dari semuanya.

02. DYLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang