Sesi makan malam telah terlewati. Sehabis membereskan segala perabotan yang mereka pakai, nenek menyuruh ketiganya untuk langsung beristirahat. Riki dan Yusril berniat membantu untuk mencuci piring. Namun, di tolak secara halus oleh nenek. Di karenakan demam Dylan yang belum turun, serta raut lelah dari Riki dan Yusril."Kalian bersihin dulu badannya. Pasti lengket, biar Didi yang siapin bajunya nanti." ujar Dylan pada Riki dan Yusril yang tengah merebahkan tubuhnya di kasur.
"Serasa punya bini ya, Yus."
"Pagi jadi kak Ros, siang sampe sore jadi bayi, malemnya jadi Istri. Beuhhh sesuatu sekali makhluk gemas satu itu." timpal Yusril yang mengundang kekehan dari Riki. Untung tak terdengar oleh Dylan.
"Ini bajunya." Dylan memberikan dua pasang pakaian untuk dipakai Yusril dan Riki. Riki menerima pakaian yang disodorkan Dylan. Netranya menelisik keadaan Dylan yang terlihat lemas dan masih pucat.
"Tidur duluan aja. Nanti kita nyusul." Dylan mengangguk, jujur saja kepalanya mulai terasa pusing kembali.
Tak perlu waktu lama untuk Yusril dan Riki mengganti pakaiannya. Keduanya cukup menggosok gigi lalu mencuci muka, tak lupa mereka menyimpan pakaian kotor diember yang memang disediakan untuk pakaian kotor.
"Kita tidur bertiga? Di ranjang?" tanya Yusril yang melihat Riki berjalan menuju ranjang. Terdapat Dylan disana yang tengah tertidur.
"Iya. Kalo Lo takut nendang Didi. Di bawah aja, ngambil kasur lantai hahaha." ucap Riki. Tentu saja Yusril menolak, enak saja Riki tidur berdua dengan Dylan sedangkan dirinya tidur dikasur lantai sendiri.
Keduanya bersiap untuk tidur dengan posisi Dylan berada ditengah diapit oleh Riki dan Yusril. Gerakan yang disebabkan oleh Riki dan Yusril mengusik Dylan dalam tidurnya.
"Emmm" gumam Dylan. Riki yang melihat itu lantas menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Dylan. Hal yang biasanya dilakukan agar bayi kembali tertidur.
"Sakit ... " lirih Dylan
"Apa yang sakit, heum? Kepala?" tanya Riki pada Dylan yang masih memejamkan matanya. Dylan mengangguk membenarkan ucapan Riki.
"Sssttt, biar aa usir sakitnya, ya. Didi tidur lagi." Riki masih setia menepuk pucuk kepala Dylan. Yusril sendiri telah merebahkan dirinya disamping Dylan.
"Dingin ... " gumam Dylan kembali.
Yusril menarik selimut sampai menutupi dada, tak lupa dia juga memeluk Dylan agar semakin terasa hangat.
"Makasih." suara terakhir Dylan sebelum tergantikan dengan dengkuran halus juga hembusan nafas yang teratur.
"Cepet sembuh, Didi." Yusril mengeratkan pelukan, sebelum akhirnya mengikuti Dylan untuk menjemput alam mimpi.
"Semua sayang, Didi. cup ... " Riki mengecup sekilas kening panas Dylan. Riki dapat merasakan rasa panas yang berpindah pada bibirnya, walaupun hanya sebentar. Dia sempat hendak menempelkan kembali penurun demam, namun di urungkan saat Dylan merengek tak mau ditempelkan itu.
Tangannya meraih kotak obat yang tak jauh dari posisinya, membukanya untuk mengambil penurun demam lalu menempelkannya di kening Dylan. Dylan mengerutkan keningnya saat rasa dingin mulai dia rasakan, dengan sigap Riki kembali menepuk-nepuk pucuk kepala Dylan untuk memberikan rasa nyaman.
"Jangan lama-lama ya sakitnya. Aa sedih ... hoamm." kantuk mulai menghampiri Riki, tak lama setelah itu Riki pun menyusul Dylan dan Yusril menuju alam mimpi.
-=DYLAN=-
Awal hari baru telah tiba, dimana gelapnya malam mulai terganti dengan oranye fajar dilangit. Masih terlalu pagi untuk semua orang terbangun dari kasur dan balutan selimut yang hangat. Tapi hal itu tak berlaku untuk Ryo dan Syakir.
Setelah berkelana lumayan lama untuk mencari penjual bubur di pagi-pagi buta, akhirnya keduanya sampai didepan rumah nenek Dewi dengan kantung yang berisi enam kotak bubur ayam.
Pintu diketuk, menampilkan Riki dengan keadaan acak-acakan. Gurat lelah serta kantung mata dapat terlihat dengan jelas oleh Ryo juga Syakir.
"Kalian kebiasaan banget. Datang nyubuh."
"Mau jenguk, Didi. Ini ada buryam buat kita semua sarapan." ucap Ryo sambil menunjukan kantong plastik yang ada ditangannya juga ditangan Syakir.
Riki mempersilahkan mereka masuk. Hal pertama yang Syakir lihat adalah Yusril yang tengah tertidur dengan balutan selimut disofa panjang.
"Mas Yusril tidur di sofa?" tanya Syakir pada Riki, yang juga masih terlihat mengantuk.
"Tadinya di kamar, jam tiga tadi baru pindah ke sini." jawab Riki sembari menyenderkan punggungnya ke sandaran sofa.
"Didi gumam terus. Sebentar-sebentar bangun, nangis, ngeluh sakit, pusing. Gue, Yusril sama nenek gantian jaga dia. Sampe akhirnya kita pilih buat tidur disini." ucap Riki menjawab rasa penasaran Syakir dan Ryo.
"Sakir, Rio. Kalian kapan datang?" suara nenek Dewi menarik perhatian yang punya nama.
"Baru aja, nek. Didi gimana nek?" Ryo menjawab. Tak jauh berbeda dari keadaan Riki tadi, guratan lelah juga terlihat dari nenek.
"Baru tenang. Didi emang rewel kalo sakit. Nenek jadi ga enak ngerepotin kalian. Maaf ya."
"Gapapa, nek. Kita disini kan karena kemauan sendiri. Ini ada sarapan, Iyo taruh di dapur aja kali ya. Nenek istirahat aja, biar Iyo sama sakir yang jaga Didi sekarang."
"Makasih, ya. Seharusnya kalian ga perlu sampe segitunya." ujar nenek, terharu saat mengingat lima pegawai barunya mau dia repotkan untuk menjaga Dylan.
Ryo menyimpan bubur yang dia bawa kemeja makan, mengeluarkannya satu persatu agar nanti saat yang lain terbangun mereka tinggal membukanya. Setelah selesai, Ryo menyusul Syakir yang lebih dulu pergi ke kamar Dylan. Tak lupa Ryo juga membawa bubur juga segelas air mineral untuk Dylan nanti.
"Gimana?" tanya Ryo saat batu saja sampai dikamar. Dia melihat Syakir yang tengah mengelus surai halus Dylan.
"Masih kerasa panas. Tadi sempet bangun buat nyari nenek."
Ryo menaruh bubur yang dia bawa dinakas samping tempat tidur. Telapak tangannya dia posisikan dileher Dylan, untuk mengecek suhu tubuh Dylan.
"Yo ..." panggil Syakir. Ryo tak membalas, perhatiannya kini terpusat pada Syakir yang tampak khawatir.
"Didi ... Pasti sembuh kan?" lanjut Syakir yang kini juga melirik kearah Ryo.
"Pasti, banyak yang sayang sama dia. Kita jaga bareng-bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
02. DYLAN [END]
Short Story[Nct Wish lokal] Dylan Dwi Abraham, pria yang menyukai ketenangan harus berhadapan dengan lima orang asing. "LO SEMUA BISA JAUHIN GUE GA?" "We love you, dilann~~" "OGAH GUEE, SYUHHH PERGI SANAA!!!" Fanfic ini nyambung sama "Aa with Adek" kalo ada y...