25. KARENA ITU ...

145 26 35
                                    


"Iyo ... Ini makam siapa?" tanya Dylan pada Ryo yang menatap sendu Nisan didepannya.

Dylan terheran kenapa Ryo memilih pemakaman sebagai tempat untuk dia bercerita. Apalagi tatapan Ryo pada nisan tersebut sangat aneh, bahkan Dylan dapat melihat bendungan air mata dalam netra Ryo.

"Dion Dilan Hendrawan. Huh? Dilan?" Dylan membaca nama yang tertulis pada nisan didepannya. Lalu Ryo memperlihatkan sebuah foto pada Dylan.

Rasa bingung mulai menghampiri Dylan kala tangannya mengambil foto yang diperlihatkan Ryo. Tak ada yang aneh hanya sebuah foto Ryo, Riki, Yusril, Sabian, Syakir dan dirinya. Tunggu, kapan dia mengambil foto bersama mereka. Kenapa ada dirinya dalam foto itu.

"Dion, itu Dion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dion, itu Dion." Ryo menunduk, dia tau kini Dylan pasti tengah menatapnya. Namun, netranya tak mampu untuk membalas tatapan netra Dylan. Takut, Ryo takut dengan tatapan Dylan. Takut dengan segala respon yang akan Dylan berikan.

"Kalian ... "

"Didi maaf ... " ucap Ryo yang masih menundukkan kepalanya.

"Ga punya hati! Kalian ... ga punya perasaan! Tega! Mulai sekarang jauhin gue." ucapan Dylan bagai batu besar yang menimpa Ryo saat ini. Ryo mengangkat kepalanya, air matanya mengalir deras kala melihat Dylan berlari pergi menjauh.

Hujan deras turun, langit seakan tau keadaan hati Ryo saat ini. Petir yang bergemuruh terasa seperti sedang memarahi Ryo. Belum terlambat, Dylan pasti belum jauh dari pemakaman. Ryo berlari menyusul Dylan. Pandangannya memencar ke segala arah mencari keberadaan Dylan. Sesuai dugaannya Dylan masih berada tak jauh dari pemakaman, terbukti kini Dylan tengah berteduh dibawah pohon pinggir jalan.

"Didi ..." panggil Ryo saat sampai didepan Dylan.

"Gue ga mau bicara sama Lo." sakit. Hatinya terasa sakit saat nada dingin Dylan terdengar ditelinganya.

"Maaf, Didi boleh benci Iyo. Tapi jangan benci yang lain. Ini salah Iyo, maaf." Ryo hendak meraih tangan Dylan untuk dia genggam. Dylan menepis tangan Ryo seraya menatapnya.

"Gue tau Lo terluka atas kepergian temen Lo itu. TAPI BUKAN BERARTI LO JADIIN GUE PELAMPIASAN ATAS LUKA LO! gue kira kalian tulus ... " teriak Dylan dihadapan Ryo yang lagi-lagi hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Nggaa Didi ... Hiks ... salah. Hiks ... Kami tulus Didi ..."

Netra merah Dylan menunjukan kekecewaan. Ryo tak sanggup melihatnya, netra bulat yang biasanya menampilkan cahaya tenang kini menatapnya sengit. Tanpa Ryo sadari Dylan kembali menjauh. Hujan semakin deras disertai guntur yang terus bersahutan. Sangat sulit untuk melihat disaat seperti ini.

Tinnnn!!!

BRAKK!!!!

deg ...

Jantung Ryo seakan berhenti berdetak. Telinganya menangkap suara klakson disertai suara tabrakan. Ryo melangkah cepat menuju tempat kejadian. Berharap sesuatu yang dia pikirkan tidak benar-benar terjadi.

02. DYLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang