03

806 104 7
                                    

Seokjin POV

Aku pulang lebih awal. Melihat Jungkook yang sudah pulang lebih awal dariku adalah hal yang sangat aneh. Dia sedang duduk menonton TV saat aku masuk ke kamar dan merebahkan diri di kasur. Aku muak dengan pernikahan ini.

Aku memutuskan untuk mandi tapi begitu aku selesai dan keluar dari kamar mandi, aku terkejut melihat Jungkook di dalam kamar, dia sedang memilih pakaian yang akan dikenakan ke rumah kakeknya.

"Bisakah kau keluar sebentar?" Dia menoleh padaku.

"Kenapa? Ini kamarku"

"Aku tahu, tapi aku ingin berpakaian"

"Aku suamimu, kan?"

Aku hanya berdiri di tempatku berdiri dan dia berbalik, menatapku. Aku tahu dia sengaja melakukan itu, dia ingin menantangku, dia pikir aku takut dengan tantangan itu? Aku akan membuatnya menyesal telah menantangku.

Aku menghampirinya dan mengambil pakaian yang ingin kupakai ke rumah kakeknya. Dia masih terus menatapku. Aku mengenakan jubah mandiku saat itu. Mungkin aku gila melakukan hal ini, tapi persetan dengan itu. Dia suamiku. Aku menarik tali yang mengikat jubahku dan membukanya perlahan-lahan, menjatuhkan jubahku ke lantai. Untuk pertama kalinya aku telanjang di depannya.

"Kenapa? Apa kau tak pernah melihat tubuh seorang pria?"

"Tubuhmu tidak sebagus yang kau pikirkan. Aku sudah melihat yang jauh lebih baik darimu" Dia berjalan keluar.

.
.

Saat kami datang ke rumah kakeknya, orang tuanya menyambutku dengan sangat baik. Terutama kakeknya.

"Apa kabar Jin?" kata ibunya.

"Aku baik-baik saja, Eomma."

"Apa Jungkook memperlakukanmu dengan baik?"

"Ya tentu saja, dia memperlakukanku dengan baik"

"Beritahu aku jika dia menyakitimu" kata kakeknya.

"Baik kakek"

"Aku membelikanmu paket bulan madu ke Paris selama seminggu, ambil cuti dan pergilah dengan suamimu" kata kakeknya.

"Apa? Bulan madu?" Kata Jungkook, reaksinya sangat salah, aku yakin kakeknya bingung kenapa dia terkejut dengan kata 'bulan madu'.

"Benarkah? Terima kasih kakek, aku dan Jungkook benar-benar memikirkan tentang bulan madu kita, benarkan Jungkook?" Aku menoleh padanya, jika dia ingin bermain, aku akan memulai permainan.

"Oh ya, ya kakek, terima kasih"

"Bagaimana jika minggu depan kalian berdua pergi ke Paris? Aku tidak tahu berapa lama lagi aku hidup, aku ingin memiliki cicit sebelum aku mati.

Aku dan Jungkook hanya terdiam setelah mendengar perkataan kakeknya. Cicit? Aku tidak bisa berhubungan seks dengannya. Itu tidak mungkin.

.
.

"Apa yang kau lakukan! Dengar, kakekku mengira kita akan punya anak! Aku tidak ingin punya anak darimu, kita tidak akan pernah melakukan itu" kata Jungkook, ia melepas bajunya dan melemparkannya ke tempat tidur.

"Apa kau pikir reaksimu tidak akan membuatnya curiga? Kita sudah menikah, ingatlah bahwa tidak ada pasangan yang bereaksi seperti yang kau lakukan saat orang lain membicarakan tentang bulan madu. Kau pikir aku ingin punya anak denganmu? Tidak, aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku! Tidak akan!"

"Aku akan membawa Jennie ke Paris, aku tidak peduli padamu, jika kakekku benar-benar menginginkan seorang anak, aku akan dengan senang hati menghamilinya" Dia masuk ke kamar mandi, membanting pintu seperti biasanya dan aku hanya duduk disana. Semudah itu baginya untuk menyebutkan orang lain dalam masalah kami. Air mataku mengalir dengan senyuman di wajahku.

Aku pikir dia harus tahu bagaimana perasaanku, jika dia ingin bermain seperti itu, aku juga bisa melakukannya.

.
.

Seminggu berlalu

Di bandara, seorang wanita berlari ke arah kami, dia benar-benar membawa wanita jalang itu ke bulan madu kami.

"Hei sayang." Dia mencium wanita itu di depanku, aku tidak peduli, aku hanya melihat kesana kemari dan ya, dia datang.

"Maaf aku terlambat" Yoongi memelukku dan aku hanya tersenyum padanya.

"Tidak apa-apa, ayo" Dia menggandeng tanganku dan kami berdua pergi. Aku melihat Jungkook hanya menatapku dan Yoongi dengan tatapan sinis.

"Siapa yang bersama suamimu?" katanya.

"Aku tidak tahu dan aku tidak peduli, terima kasih sudah datang bersamaku, aku tidak tahu siapa yang harus kuajak, Taehyung tidak bisa datang karena dia harus mengurus beberapa proyek di kantor dan—"

"Hei, tidak apa-apa, kau bisa memintaku kapan saja" Yoongi tersenyum padaku dan aku tersenyum balik. Dia adalah pria yang baik. Kenapa kakekku tidak memintaku untuk menikah dengannya, aku akan sangat senang jika itu terjadi.

Epiphany | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang