14

774 103 8
                                    

Jin hanya menangis di kamarnya, kenapa dia harus berada dalam masalah ini? Kenapa dia harus menanggung semua ini? Dia bisa bertahan dengan semuanya tapi perlahan-lahan hatinya hancur dan tidak ada yang tersisa. Dia hanya ingin semua ini cepat berakhir.

Saat itu jam 2 pagi, Jungkook masih belum bisa tidur karena terus memikirkan kata-kata Jin. Dia terus melihat tangannya sendiri, entah siapa yang harus dia percayai, dia harus percaya dengan hatinya sendiri. Namun anehnya di dalam hatinya hanya ada satu nama dan itu bukan lagi Jennie.

Jungkook membuka kamar Jin dan melihatnya sudah tertidur di tempat tidurnya. Dia mendekati Jin dan melihat wajahnya, pipinya masih merah dan luka di bibirnya menunjukkan betapa kerasnya tamparan itu. Jungkook duduk di lantai, tepat di samping tempat tidur Jin. Dia menundukkan kepalanya.

"Ada apa?" Dia terkejut mendengar suara Jin. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Jin.

"Tidak ada apa-apa" ucap Jungkook.

"Aku baik-baik saja"

"Bagus"

"Pergilah tidur"

"Apa kau sudah mengobati lukamu?" Jin menggeleng.

"Aish, lukanya harus segera diobati" Jungkook bergegas ke kamar mandi untuk mengambil kotak P3K dan Jin hanya tersenyum melihat sikap Jungkook. Dia kembali dengan kotak di tangan dan Jin duduk di tempat tidurnya.

"Aku bisa mengobatinya sendiri"

"Tapi kau tidak mengobatinya" Jungkook membersihkan luka di bibir Jin dan sesekali Jin merintih.

"Maafkan aku" Jin hanya menatapnya dan tersenyum.

"Kenapa kau datang ke kamarku? Apa hanya untuk melihat lukaku?"

"Ya"

"Kau mengkhawatirkanku?"

"Aku melakukan ini bukan karena aku peduli padamu, aku hanya merasa apa yang kulakukan ini berlebihan"

Air mata Jin mengalir begitu saja, ia tahu bahwa Jungkook akhirnya peduli padanya, meskipun itu tidak keluar secara langsung dari mulutnya.

"Kenapa kau menangis? Apa sakit?" Jin menggelengkan kepalanya dan Jungkook berhenti membersihkan luka Jin.

"Tidurlah, aku akan kembali ke kamarku" Saat Jungkook ingin berdiri, Jin menahan tangannya.

"Ada apa?"

"Jungkook..."

"Hmm"

"Terima kasih"

"Aku menamparmu jadi kau tidak perlu berterima kasih padaku"

"Apa... kau ingin tidur disini?" Jin berkata dengan tangannya yang masih menggandeng Jungkook. Mata mereka masih saling bertatapan.

.
.

Mereka tidur bersama, saling berhadapan. Tidak hanya Jin yang gugup saat itu, Jungkook juga merasakan hal yang sama. Jantungnya berdegup kencang saat ia bertatapan dengan Jin.

"Aku tidak pernah membayangkan akan menjalani hidup seperti ini, menikah denganmu adalah sebuah kesalahan, tapi aku tidak akan menyesalinya. Meskipun sejak awal kau tidak pernah menganggapku sebagai suamimu, tapi tidak apa-apa, aku bisa melewatinya sendiri. Jennie benar saat dia berkata aku bisa menceraikanmu dengan mudah dan saat kakekmu mengetahui perselingkuhanmu, aku seharusnya setuju ketika dia meminta kita bercerai. Tapi sekali lagi aku memilih jalan yang salah. Aku tahu bagaimana rasanya tidak dihormati di keluargaku sendiri, dan melihatmu diperlakukan seperti itu oleh kakekmu sendiri membuatku kasihan padamu, kau selalu terlihat kuat di depanku, tapi sangat lemah di depan keluargamu terutama kakekmu."

"Apa karena itu kau tidak ingin menceraikanku?"

"Karena perusahaan kakekku masih membutuhkan dana dari keluargamu" Jin tertawa kecil, begitu juga Jungkook.

"Jungkook" Jin menangkup pipi Jungkook dan mengelusnya.

"Jika kau ingin menikahinya dan itu membuatmu bahagia, kau bisa melakukannya, kita bisa melakukan perceraian tanpa keluarga kita mengetahuinya, kau bisa bersamanya dan aku... aku bisa menemukan kebahagiaanku sendiri"

"Kau... kau ingin menceraikanku?" Jin mengangguk. Mata mereka seperti saling memanggil, tatapan yang mereka berikan sepertinya tidak sesuai dengan apa yang diucapkan di mulut mereka.

Jungkook bangun dan mengungkung di atas Jin. Membuat Jin gugup saat itu, mata mereka tidak pernah lepas dari satu sama lain.

"Kenapa kau melakukan ini padaku Jin?"

"Apa maksudmu?"

"Apa yang kau lakukan padaku?"

"Aku tidak melakukan apa-apa"

Jungkook langsung mencium Jin dan Jin membalas ciuman tersebut. Dia melingkarkan lengannya di leher Jungkook dan menariknya lebih dekat. Mereka menikmati ciuman itu, mulut mereka terbuka dan lidah mereka bertemu.

"Siapa kau?" Jungkook menatap Jin dengan napas terengah-engah. Dia melihat bibir Jin yang merah dan basah. Lalu kembali menatap matanya.

"Aku suamimu" Jin tersenyum dan menarik Jungkook untuk menciumnya. Jungkook membuka selimut yang menutupi mereka. Tangannya mulai menjelajahi tubuh Jin.

Jin melepas baju Jungkook dan membuangnya. Ia menyentuh dada Jungkook sambil menatap matanya.

"Apa kau menginginkannya?" Jungkook berkata dan Jin hanya mengangguk. Jungkook membuka kemeja Jin dan mencium lehernya.

"Aaahh...Jungkook..." Jin memeluk tubuh Jungkook, menyentuh setiap bagian tubuhnya sementara Jungkook sibuk mencium lehernya. Ciuman itu turun sampai ke perut Jin.

"Jungkook...aahh.. ohh sial.. apa yang kau lakukan?" Jungkook menurunkan celana Jin dan menghisap penisnya.

"Mmphhh..." Jin membuka matanya dan melihat apa yang Jungkook lakukan padanya. Apakah ini mimpi? Apa dia bermimpi?

"Aahhh... aku keluar...mmphhh..." Jin memejamkan matanya dan saat dia membukanya lagi, dia melihat Jungkook tersenyum di depannya. Dia melebarkan kaki Jin.

"Jin"

"Hmm"

"Apa.. apa kau masih ingin memiliki anak?"

"Ya"

"Apa—"

"Kau adalah suamiku, tentu saja aku ingin memiliki anak darimu" Jungkook mencium bibir Jin dan memasukkan penisnya ke dalam lubang Jin. Jin segera meremas punggung Jungkook.

"Mmmphhhhh...ohhh fuckkk..Jungkook..ahhh"

"Kau sangat seksi" Jungkook mencium leher Jin sambil terus mendorong penisnya. Jin membuka matanya dan memeluk tubuh Jungkook dengan erat dan membiarkannya melakukan apa saja malam itu.

"Aku keluar...ahhh." Jin memeluknya lebih erat lagi. Dia mencium bahu Jungkook. Dia berharap apa yang terjadi saat itu bukanlah mimpi.



Smutnya singkat aja yaaa, biar pikiran kalian ga berkeliaran uda malam 🤭🤭

Epiphany | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang