17

793 116 16
                                    

Jungkook POV

Setiap hari Jin membuat hatiku semakin berdebar-debar. Apa yang sebenarnya dia lakukan? Dia selalu acuh tak acuh terhadapku, tapi akhir-akhir ini dia menjadi sangat manja dan membuatku tergoda. Dia sangat menggemaskan saat dia mencari perhatianku.

Malam ini, Jennie memintaku untuk menginap di rumahnya, aku sedang menyiapkan barang-barangku dan bersiap-siap untuk pergi ke rumahnya, tapi saat aku membuka pintu, aku melihat Jin sedang membersihkan sesuatu di lantai, dia hanya mengenakan kaos oversize favoritnya, aku yakin dia tidak mengenakan apa-apa kecuali pakaian dalamnya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Hah? Ah aku tidak sengaja menumpahkan air minumku, kau mau kemana? Ini sudah malam" Jin berdiri dan menatapku, pertanyaannya menjadi sulit untuk dijawab.

"Aku—"

"Kau ingin pergi ke rumah Jennie?"

"Ya"

"Apa kau akan tinggal disana?"

"Ya"

"Ahh, oke" dia hanya tersenyum dan menuju ke dapur untuk membuang tisu yang dia gunakan untuk mengelap lantai.

Kenapa langkahku terasa berat untuk meninggalkannya? Aku mengikutinya ke dapur.

"Kenapa? Apa kau tidak pergi?" Dia hanya menatapku, dia tidak melarangku untuk pergi, tapi kenapa aku merasa sulit untuk meninggalkannya?

"Apa tidak apa-apa jika kau sendirian di rumah? Aku rasa aku akan tinggal disana sampai akhir pekan"

"Ya, aku baik-baik saja, pergilah"

Aku masih diam berdiri disana.

"Jungkook, ada apa? Aku benar-benar baik-baik saja" Aku tidak tahu kenapa rasanya seperti ini, tapi aku memeluknya dan dia cukup terkejut dengan apa yang aku lakukan, tapi dia memelukku kembali dan membelai punggungku.

"Aku baik-baik saja, dia pasti membutuhkanmu, pergilah, aku akan menunggumu disini" kata-kata itu langsung menyentuh hatiku. Dia menungguku?

"Jin..."

"Hmm" belum sempat aku berbicara, tiba-tiba listrik di rumah kami padam.

"Kenapa listrik padam? Aku akan periksa dulu" katanya dan melepaskan pelukanku.

"Biar aku yang periksa" ucapku.

"Aish, tidak apa-apa, kau pergilah, aku akan memeriksanya"

"Tapi apa tidak apa-apa kau tinggal sendirian? Bagaimana kalau listriknya tidak menyala?"

"Tidak apa-apa, pergilah" semakin dia menyuruhku pergi, semakin kakiku tidak bisa bergerak.

"Tidak"

"Hah?"

"Tunggu disini, aku yang akan memeriksanya." Aku meninggalkan tasku di lantai dan keluar rumah untuk melihat saklar listrik.

Aku melihat sakelarnya tapi aku tidak berniat untuk memeriksanya. Kurasa ada yang salah dengan otakku, tapi aku kembali ke dalam dan pada saat itu Jin sedang menyalakan lilin di meja makan. Aku melihat bayangannya dan memeluknya dari belakang. Tubuhnya tersentak dengan tindakanku.

"Jungkook..." Aku memutar tubuhnya dan menciumnya.

"Jungkook.. apa yang kau lakukan?" Aku mengabaikannya, dia menyuruhku pergi, tapi dia membalas ciumanku, bahkan melingkarkan tangannya di leherku.

Bibirnya... Aku rasa ada sesuatu di bibirnya yang membuatku ketagihan.

"Jin..." Aku memutuskan ciuman dan menatapnya, cahaya lilin hanya menyinari wajahnya sedikit, tapi aku dapat melihat dengan jelas betapa cantik wajahnya pada saat itu. Wajah ini yang selalu aku lihat tapi tidak pernah membuatku sadar bahwa dia secantik ini.

"Jungkook.. dia pasti menunggumu" Dia menatapku.

"Jin... aku menginginkanmu"

"Hmm?"

"Aku menginginkanmu" Jin mengangkat tangannya, memberi isyarat padaku untuk membuka pakaiannya dan aku segera membuka pakaiannya, mengangkatnya dan membawanya ke dalam kamar. Aku tahu saat itu gelap tapi aku melangkah dengan benar ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidur.

"Jungkook, bagaimana dengan—" Aku tidak ingin membicarakan wanita itu. Aku menciumnya dan hanya menginginkannya. Aku mencium lehernya, aku merindukan erangannya dan saat aku mendengarnya aku jadi tambah bergairah.

Dia melepas bajuku dan aku melepas celanaku. Saat itu sangat gelap di kamarnya. Aku tidak dapat melihatnya dengan jelas tapi aku dapat merasakan setiap lekuk tubuhnya.

"Mmphhhh..Jungkook..."

"Ya sayang" aku mendorong penisku.

"Aahhhh.. fuckkk.. Jungkook.. lebih cepat." Aku mempercepat gerakanku, mengangkat pinggulnya sedikit dan menghujamkan penisku ke dalam lubangnya.

"Aku keluar...mmmphhhhh..."

"Bersama... ohhhh fuckkk..." Air maninya menyembur diatas perutnya dan aku menyemprotkan milikku ke dalam lubang miliknya.

"Jungkook"

"Hmm"

"Kau...kau memanggilku sayang?" Aku tidak tahu apa aku menatapnya saat itu atau tidak, tapi aku yakin dia menatapku saat itu. Aku juga tidak tahu kenapa aku memanggilnya 'sayang', itu keluar begitu saja dari mulutku.

Epiphany | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang