Langit di luar mulai gelap, menandakan bahwa malam semakin mendekat. Taman di sekeliling sosok perempuan itu juga perlahan menjadi lebih tenang dan sepi seiring berjalannya waktu.
Ya, mereka adalah Zela dan Riza, temannya, masih duduk di bangku taman. Mereka sudah berada di taman selama beberapa jam sekarang, hanya bercakap-cakap dan tertawa ria.
Riza tertawa sedikit saat menyadari ada sedikit sindiran dari temannya,Zela dan mengangkat bahu.
"Bagaimana rencanamu selanjutnya? Fokus ke bisnis atau menyebar undangan?" Gurauan itu berasal dari mulut Zela, mulut yang tengah asik mengkomat-kamit namun serta tengah menyesap kopinya, yang ia pesan beberapa menit lalu.
Riza merasa senang dengan pertanyaan Zela lontarkan. Ia melihat cincin pernikahan yang indah berkilau di jarinya sejenak, lalu berbicara dengan nada santai khasnya,
"Bisnis adalah yang utama di hatiku. Tapi mungkin aku sebaiknya mempertimbangkan untuk segera menyebarkan undangan pernikahan, suamiku mulai gelisah dan tidak sabar akhir-akhir ini."
"Tenang saja kawan, aku akan datang bersama suamiku dan membawakan hadiah yang cocok untukmu dan pasanganmu" Bibir kecil Zela sedikit terangkat menampilkan sebuah senyum liciknya.
Riza sedikit terkekeh ketika Zela tersenyum penuh arti dan merespons seperti itu, tahu betul bahwa Zela akan membawa hadiah yang ia sukai.
"Lebih baik simpan kata-kata mu, Zel. Dan tolong jangan bawa lukisan sebagai hadiah."
Sebuah bola mata yang berputar dari sang pemilik yaitu Zela sedikit berdecak kesal,
"Aku tau kau seorang seniman, tapi aku tidak akan membawakan lukisan, kau kan bisa beli sendiri. Lagipula, ekhem, ini akan sangat membantu untuk malam pertama mu" Baik bukan Zela sebagai seorang bestie? Haha.
Riza tergelak kecil, terhibur oleh kepercayaan diri Zela mengatakan bahwa hadiahnya akan membantu 'malam pertama' nya.
Riza melihatnya sambil tetap tersenyum meledak sedikit, "Apa kau akan memberi ku sesuatu 'istimewa' untuk malam pertama nanti? Yang bener aje, muka-muka sus gitu.."
"Bagaimana dengan bisnismu?" Mengalihkan pembicaraan adalah keahlian dari seorang Grizella Maulie Altezza
Riza mengambil napas dalam-dalam dan mengangkat bahu atas pertanyaan Zela, pembicaraan mereka pasti akan melencong ke lebih jauh lagi, lihat saja nanti.
Senyum di wajahnya perlahan-lahan memudar ketika Zela mengubah topik ke bisnis yang ia jalankan, "It's going good, meskipun pesaing utamaku adalah Zonan, orang yang sangat menyebalkan."
"Maafkan sepupu ku, dia membenciku karena aku menikah dengan Nathan.. Ia juga mengusikmu sekarang."
Lagi-lagi Riza yang memiliki humor receh plek ketiplek adeknya pun tertawa lepas lalu menghela napas ketika Zela tertawa dan bercanda tentang Zonan.
Ia ingat betapa Zonan sangat ingin menyakiti Zela hanya karena ia adalah istri dari sepupunya. Pria itu selalu tampak terobsesi dengan hubungan rumah tangga antara Zela dan Nathan,
"Ugh, jangan sebutkan dia sekarang. Aku tidak ingin mendengar namanya, dia membuat darahku mendidih lagi."
"Eh, tapi aku tidak melihat batang hidungnya lagi akhir-akhir ini. Kemana ya dia? Apa dia sudah kembali ke dasar laut?" Gurau Zela.
Riza menggelengkan kepala mendengar lelucon yang Zela lontarkan dan sedikit tertawa terbahak-bahak karena menurutnya itu lucu.
Ia mengambil napas dalam-dalam dan menghela nafas kecil sebelum membalas dengan nada sinis, "Ya, dia mungkin masih berada di dasar laut di suatu tempat, bersembunyi seperti tikus."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZÉL || END
Mystery / ThrillerNathan yang menyembunyikan identitas sebagai pemimpin gangster dari istrinya.. "tapi aneh. hanya kepalanya yang tersisa, lalu dimana badannya? siapa yang membunuhnya? apa ini kebetulan atau karma? aku penasaran" ujar Zella, istri Nathan yang bingun...