03 | mimpi buruk

365 55 5
                                    


Sore itu, Zayyan keluar dari mobil Gyumin, dengan senyum terima kasih di wajahnya. Mereka baru saja pulang sekolah dan Gyumin sangat berbaik hati mengantarnya pulang. Zayyan melambai ke arah mobil yang mulai menjauh, lalu berbalik menuju jalan kecil yang akan membawanya ke kosannya. Langit sudah mulai memerah, menandakan senja yang indah, namun langkah Zayyan terasa berat dan tertatih. Pikiran tentang tugas-tugas sekolah dan tekanan hidup menggelayuti benaknya.

Saat tiba di depan rumah kecilnya, Zayyan menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu. Suara engsel pintu yang berderit menyambutnya di keheningan kamarnya. Ia menjatuhkan tasnya di sudut ruangan dan duduk di tepi tempat tidurnya, termenung. Pandangannya menerawang ke jendela yang memperlihatkan langit senja.

Kamar itu terasa sepi, hanya dihiasi oleh beberapa foto keluaga di panti asuhan dan buku-buku pelajaran yang tertata rapi. Zayyan tenggelam dalam pikirannya, merenungi perjalanan hidupnya yang penuh tantangan namun juga penuh harapan. Di dalam keheningan itu, ia mencari semangat untuk terus melangkah maju, meski dengan langkah yang tertatih.

Perut Zayyan tiba-tiba berbunyi, mengingatkannya bahwa ia belum makan sejak siang. Dengan langkah pelan, ia menuju kulkas kecil di sudut kamar. Ketika pintu kulkas terbuka, kekecewaan terpancar di wajahnya. Hanya ada beberapa bungkus mie instan yang tersisa. Ia menghela napas panjang, lalu mengambil satu bungkus dan mulai menyiapkannya.

Saat air mendidih di panci kecil, matanya tertumbuk pada sebuah keresek yang terletak di meja dekat tempat tidur. Ia baru ingat, keresek itu pemberian dari Gyumin. Dengan rasa penasaran, Zayyan membukanya dan menemukan beberapa obat-obatan dan buah-buahan segar di dalamnya. Hati Zayyan terasa hangat mengetahui bahwa Gyumin begitu peduli padanya. Padahal ia hanya berbicara kecil kepada nya bahwa dirinya sedang tidak enak badan. Walaupun itu hanya kebohongan kecil.

Setelah selesai makan mie instan. Ia segera menjalani pengobatan dengan obat-obatan pemberian Gyumin dan ternyata diantara obat-obatan itu terdapat perban dan plester. Kini Zayyan benar-benar bersyukur karena bila Gyumin tidak memberikannya obat, pasti akan ia biarkan luka-luka ini sampai sembuh dengan sendirinya.

Setelah itu Zayyan berbaring di tempat tidurnya. Lampu kamar yang redup menambah suasana hening, hanya terdengar bunyi kipas angin yang berputar pelan. Zayyan menatap langit-langit kamar, pikirannya berkelana.

Ia teringat akan keluarganya di Panti Asuhan yang selalu mendukung dan mendoakannya dari jauh. Tekanan dari tugas sekolah dan kehidupan mandiri sering kali membuatnya merasa kesepian dan lelah. Ya, sebuah keterpaksaamn baginya Namun harus bagaimana lagi, ini lah takdir yang jarus Zayyan jalani. Namun, kebaikan Gyumin hari ini memberinya sedikit kekuatan. Di dalam lamunan itu, Zayyan merenungkan perjalanan hidupnya-tantangan yang harus dihadapinya, serta mimpi dan harapan yang ingin ia capai.

Meski merasa lelah, ia menemukan secercah semangat dari kebaikan-kebaikan kecil di sekitarnya. Dengan tekad baru, Zayyan berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berjuang, menyelesaikan pendidikannya, mewujudkan harapannya seta dapat menyembuhkan penyakitnya yang telah menggerogotinya sejak kecil. Perlahan-lahan, matanya mulai terpejam, dan ia pun tertidur dengan perasaan yang sedikit tenang. Siap menyambut mimpi indahnya.

 Siap menyambut mimpi indahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Harapan | Xodiac ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang