11 | taman

291 46 1
                                    

Zayyan sedang mengitari mansion yang kini ia tinggali, dipandu oleh sang pelayan yang ramah. Setiap ruangan yang mereka lewati membuat Zayyan semakin kagum. Langit-langit yang tinggi dengan hiasan kristal, dinding-dinding yang dihiasi karya seni indah, dan lantai marmer yang berkilau semua itu membuatnya merasa seperti berada di dunia yang berbeda. Dia merasa kecil di rumah megah ini, jauh dari kehidupan sederhananya yang penuh perjuangan.

Pelayan tersebut menjelaskan dengan detail setiap sudut mansion, dari ruang tamu yang luas hingga perpustakaan yang penuh dengan buku-buku langka. "Ini adalah ruang kerja Tuan Lex," kata pelayan itu saat mereka melewati sebuah ruangan dengan meja besar dan banyak dokumen tertata rapi.

"Dan ini adalah ruang musik di mana Tuan Gyumin sering bermain piano dan Para Tuan muda berlatih bernyanyi."

Namun, ketika mereka tiba di dekat taman dalam yang indah dengan air mancur di tengahnya, pelayan itu menerima panggilan mendadak. "Maaf, Tuan Zayyan, saya harus menyelesaikan urusan mendesak ini," kata pelayan itu dengan sopan. "Anda bisa melanjutkan melihat-lihat sendiri. Jika Anda butuh bantuan, tekan saja tombol di dinding dan seseorang akan datang membantu Anda."

Zayyan mengangguk pelan, merasa sedikit gugup saat pelayan itu meninggalkannya sendirian. Dia melanjutkan berjalan, menatap kagum pada tanaman-tanaman eksotis dan patung-patung yang menghiasi taman. Meski terpesona, perasaan terasing tetap ada. Dia mencoba mengingat setiap sudut dan lorong yang dilewati, tetapi mansion ini terasa seperti labirin baginya. Zayyan merasa sedikit bingung tentang arah yang harus diambil selanjutnya.

Zayyan merasa panik saat mencoba mengingat setiap lorong yang tadi ia lewati di mansion yang besar ini. Setiap sudut tampak sama, dia merasa semakin tersesat dan mansion ini terasa seperti labirin tak berujung. Dalam kebingungan, matanya tertuju pada seorang anak kecil berusia sekitar 6 tahun yang mengenakan baju kuning, duduk di ujung taman. asyik dengan mainan di tangannya.

Dengan rasa penasaran dan hati-hati, Zayyan menghampiri anak kecil itu.
"Hei, kamu sedang apa di sini?" tanyanya dengan suara lembut, masih terkejut melihat anak yang sama.

Anak kecil itu mengangkat wajahnya, tersenyum lebar, dan menjawab dengan polos, "Aku sedang bermain di sini."

Zayyan mengernyitkan dahi, merasa ada yang aneh. "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kita bertemu di taman dekat rumah sakit waktu itu?"

Anak kecil itu hanya tersenyum lebih lebar dan berkata, "Aku suka bermain di banyak tempat. Rumah ini besar dan menyenangkan. ini kakak yang ada di taman waktu itu ya? nama kakak siapa?"

Zayyan tersenyum kaku, mencoba menenangkan dirinya. "Aku Zayyan. Aku baru di sini dan sedikit tersesat. Apa kamu tahu jalan keluar dari sini?"

Anak kecil itu mengangguk dengan antusias. "Iya, aku tahu semua jalan di sini! Ayo, aku tunjukkan!" katanya sambil bangkit berdiri dan meraih tangan Zayyan.

Namun, anak itu tidak membawa Zayyan ke arah yang dia kenali. Sebaliknya, mereka menuju ke taman labirin yang berada di sudut mansion. Zayyan merasa bingung tetapi memutuskan untuk mengikuti anak kecil itu. Taman labirin itu tampak rumit, dengan dinding-dinding hijau yang tinggi dan berliku-liku.

"Apa kita akan tersesat di sini?" tanya Zayyan khawatir saat mereka mulai memasuki labirin.

Anak kecil itu tertawa kecil. "Jangan khawatir, aku tahu jalan di sini. Labirin ini seru, kamu akan suka."

Mereka terus berjalan melewati belokan-belokan yang membingungkan, tetapi anak kecil itu tampak yakin dengan setiap langkahnya. Zayyan mengikuti dengan hati-hati, merasa aneh tetapi juga sedikit terhibur oleh semangat anak kecil itu.

Setelah beberapa waktu, mereka tiba di pusat labirin. Di sana terdapat sebuah area kecil dengan bangku dan bunga-bunga yang indah. Anak kecil itu duduk di bangku dan mengajak Zayyan duduk di sebelahnya.

Harapan | Xodiac ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang