10 | kebingungan

322 42 3
                                    

Keesokan harinya, Zayyan terbangun karena terusik oleh suara yang bergema di kamarnya. Pandangannya masih kabur, namun ia bisa melihat seorang dokter berbicara dengan seorang wanita yang sangat cantik, seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Dengan susah payah, Zayyan mencoba mendengarkan percakapan mereka.

"Kondisi Zayyan tidak stabil dan sangat lemah," kata dokter itu dengan nada serius namun penuh perhatian.

"Terdapat banyak luka di tubuhnya, baik dari pukulan maupun suntikan, dan ia kekurangan nutrisi atau gizi yang cukup."

Wanita itu mengangguk, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Matanya tidak lepas dari Zayyan yang terbaring lemah di tempat tidur. Zayyan merasa bingung dan sedikit takut. Siapa wanita ini? Mengapa ia begitu peduli padanya? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepalanya, namun rasa lelah yang luar biasa membuatnya sulit untuk berpikir jernih atau bertanya.

"Apakah ada sesuatu yang bisa saya lakukan untuk membantunya, Dokter?" tanya wanita itu dengan suara lembut namun tegas.

"Yang paling penting saat ini adalah memastikan ia mendapatkan istirahat yang cukup dan nutrisi yang baik. Kami akan mengatur diet khusus untuknya dan memberikan suplemen yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhannya," jawab dokter itu.

Zayyan mencoba menggerakkan tubuhnya, namun rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya membuatnya meringis. Ini merupakan faktor dari penyakit kankernya, karena ia sangat kelelahan kemarin, membuatnya lemah.

Wanita itu segera menyadari ketidaknyamanannya dan menghampirinya dengan langkah lembut. "Zayyan, apakah kau merasa lebih baik?" tanyanya dengan suara penuh perhatian.

Zayyan hanya bisa mengangguk pelan. Ia tidak tahu siapa wanita ini, tetapi kehadirannya memberikan sedikit rasa aman. Dokter itu kemudian meninggalkan ruangan, membiarkan Zayyan dan wanita itu sendirian.

Wanita itu duduk di samping tempat tidurnya dan memegang tangannya dengan lembut. "Aku tahu ini pasti sangat berat untukmu, tapi kau harus kuat. Aku di sini untuk menemani mu dan melepaskan rindu," katanya sambil tersenyum lembut.

"Siapa... siapa kamu?" tanya Zayyan dengan suara parau.

Wanita itu menatap ke arah Zayyan dan tersenyum lembut penuh perhatian. Zayyan terlihat bingung padanya, tidak yakin harus merasa apa terhadap sosok yang baru dikenalnya. Namun, anehnya, di bawah tatapan hangat wanita itu, Zayyan merasa aman, tenang, dan hangat. Sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.

"Aku ibumu," kata wanita itu dengan suara lembut namun penuh keyakinan.

Kata-kata itu menghentikan aliran pikiran Zayyan sejenak. Ia tentu kaget dan bingung, mencoba mencerna perkataan wanita itu. Matanya memandang wanita tersebut dengan tatapan kosong. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Bagaimana mungkin? Mengapa ia tidak pernah mendengar atau tahu tentang ini sebelumnya?

"Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi aku benar-benar ibumu," lanjut wanita itu, suaranya bergetar sedikit. "Kau diculik ketika usiamu enam tahun. Kami telah mencarimu selama bertahun-tahun, dan aku tidak pernah menyerah berharap kita bisa bertemu lagi."

Zayyan berusaha mengingat, tetapi tidak ada memori yang muncul. Wajah wanita itu memang asing baginya. Ia mencoba mencari jejak kenangan masa kecilnya, namun semuanya terasa kabur dan jauh.

"Kenapa aku tidak pernah ingat?" Zayyan akhirnya berhasil mengeluarkan suara, meski terdengar sangat lemah.

"Karena trauma yang kau alami," jawab wanita itu, air mata mulai menggenang di matanya. "Penculikan itu membuatmu kehilangan ingatan. Kami mencoba segalanya untuk menemukanmu dan mengembalikanmu ke keluarga kita, tapi kau hilang tanpa jejak selama bertahun-tahun."

Harapan | Xodiac ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang