14 | meyakinkan

257 47 5
                                    

Zayyan merasa sesak dan terbangun dari pingsannya. Ia membuka mata perlahan dan melihat di sekelilingnya ada mama, papa, Hyunsik, dan Leo. Mamanya tampak sangat khawatir, matanya merah seperti habis menangis. Wajah Zayyan terlihat pucat, mencerminkan kondisi tubuhnya yang masih lemah.

"Zayyan, sayang, kau sudah bangun?" tanya mamanya dengan suara lembut namun penuh kekhawatiran.

Papa menatap Zayyan dengan cemas. "Apa yang terjadi, Zayyan? Kenapa bisa seperti ini?"

Hyunsik dan Leo saling berpandangan, kemudian Hyunsik memutuskan untuk berbicara. "Kami sedang berada di perpustakaan, dan tiba-tiba Zayyan mengalami mimisan. Setelah itu, dia merasa pusing dan pingsan," jelasnya dengan tenang namun penuh perhatian.

Leo menambahkan, "Dia kelihatan sangat lemah, dan darahnya keluar begitu saja. Kami benar-benar khawatir, tapi dokter sudah memeriksanya dan mengatakan dia hanya butuh istirahat."

Mendengar penjelasan dari kedua kakaknya, Zayyan hanya bisa tersenyum simpul. la merasa bersalah membuat keluarganya khawatir, tetapi juga terharu oleh perhatian mereka.

"Aku tidak apa-apa, sungguh. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujarnya pelan, mencoba meyakinkan mereka meski tubuhnya masih terasa lemah.

Mama mendekat dan memegang tangan Zayyan erat-erat. "Zayyan, jangan pernah merasa harus menanggung semua ini sendirian. Kami ada di sini untukmu, selalu."

Papa mengangguk setuju. "Kesehatanmu adalah yang terpenting. Kita akan melakukan apa saja untuk memastikan kau pulih sepenuhnya."

Mama pun menyuruh agar Zayyan istirahat yang cukup. "Zayyan, kau harus benar-benar beristirahat, ya. Jangan memaksakan diri," katanya sambil mengusap rambut Zayyan dengan lembut.

Papa menambahkan, "Kita akan memeriksamu ke rumah sakit besok, takut terjadi apa-apa pada tubuhmu. Dokter pribadi di mansion ini hanya bisa memeriksa penyakit ringan saja, namun jika ada seseorang mengalami penyakit berat, tentu saja dokter itu akan merawat mereka tetapi harus dengan arahan dokter terbaik."

Zayyan hanya tersenyum hangat, mencoba menyakinkan mereka bahwa ia akan baik-baik saja. "Baik, Papa, Mama. Aku akan beristirahat. Terima kasih sudah begitu khawatir padaku."

Melihat senyum Zayyan yang penuh kepastian, mama dan papa sedikit tenang. Mereka pun beranjak dari tempat tidur Zayyan dan bersiap untuk kembali ke kamar masing-masing. "Istirahatlah yang cukup, Zayyan. Kami akan selalu ada di sini untukmu," ujar Papa sebelum meninggalkan kamar.

Hyunsik dan Leo yang masih berada di kamar, mendekat untuk memberikan dukungan terakhir. "Kita akan memastikan kau pulih sepenuhnya, Zayyan. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika butuh sesuatu," kata Hyunsik sambil tersenyum.

Leo yang selama ini selalu dekat dengan Zayyan, memeluknya dengan erat sebelum beranjak pergi. "Istirahatlah dengan baik, adik kecil. Kita akan menunggu kabar baik dari dokter besok."

Setelah semua orang kembali ke kamar masing-masing, Zayyan mencoba untuk merilekskan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia menatap langit-langit kamar, merenungkan semua yang telah terjadi.

Zayyan merasa gugup saat berbaring di tempat tidurnya, pikirannya terus-menerus berputar tentang apa yang akan terjadi besok. Ia tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja muncul dalam pemeriksaan di rumah sakit. Sebenarnya, ada rahasia besar yang selama ini ia sembunyikan, bahkan dari dirinya sendiri yaitu riwayat kanker yang pernah ia derita saat masih kecil.

Ia tidak ingin keluarganya mengetahui hal ini. Zayyan tidak sanggup melihat mereka bersedih, terutama setelah baru saja menemukan kembali kebahagiaannya bersama mereka. Dalam benaknya, ia masih merasa seperti orang asing di tengah keluarga yang hangat ini, seseorang yang baru saja kembali setelah hilang selama bertahun-tahun.

Harapan | Xodiac ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang