12 | berbincang hangat

337 48 1
                                    

Zayyan dan mamanya menikmati teh hangat dan kue di taman yang indah. Udara terasa sejuk, dengan angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga-bunga di sekitar mereka. Mamanya tersenyum lembut, matanya bersinar penuh kasih sayang saat ia mengingat masa lalu.

"Kamu tahu, Zayyan," katanya, "saat kamu masih kecil, kamu sangat suka makan makanan manis. Kamu selalu minta permen, cokelat, dan kue setiap hari."

Zayyan tersenyum, sedikit malu. "Benarkah, Mama? Aku tidak ingat sama sekali."

Mamanya terkekeh. "Ya, kamu memang sangat suka makanan manis sehingga oleh keluarga kita, kamu sering dilarang untuk makan terlalu banyak manis-manis. Mereka khawatir kamu akan sakit gigi atau terkena masalah kesehatan lainnya."

Zayyan mendengarkan dengan penuh perhatian, mencoba membayangkan dirinya yang kecil dan penuh semangat.

"Tapi tahukah kamu apa yang kamu lakukan?" lanjut mamanya dengan senyum nakal.

"Kamu malah makan makanan manis diam-diam. Kamu menyimpan permen, cokelat, dan kue di bawah kasurmu. Setiap kali kami memeriksa kamarmu, selalu ada tumpukan bungkus permen yang kami temukan."

Zayyan tertawa kecil, merasa sedikit bersalah tapi juga terhibur dengan cerita itu. "Astaga, aku ternyata cukup nakal, ya?"

Mamanya mengangguk, tertawa lembut. "Iya, tapi itu juga menunjukkan betapa keras kepalamu dan betapa besar keinginanmu. Kamu selalu menemukan cara untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Itu adalah salah satu hal yang membuatmu begitu istimewa."

Zayyan merasakan hangatnya kasih sayang dari mamanya. Meski ia tidak mengingat semua itu, mendengar cerita tentang masa kecilnya membuatnya merasa lebih terhubung dengan keluarganya. Ia menyadari bahwa meskipun hidupnya penuh dengan cobaan, ia memiliki kenangan indah yang bisa ia pelajari dan hargai.

"Sekarang, aku paham kenapa aku suka makanan manis," kata Zayyan sambil mengambil sepotong kue. "Tapi aku akan mencoba untuk tidak makan terlalu banyak, Mama."

Mamanya tersenyum dan mengangguk. "Bagus sekali, Zayyan. Yang penting, kamu menjaga kesehatanmu. Kami semua sangat menyayangimu dan ingin kamu bahagia."

Zayyan merasa hatinya hangat dan penuh dengan rasa syukur. Meskipun ia masih menyesuaikan diri dengan semua perubahan ini, ia tahu bahwa ia memiliki keluarga yang mendukungnya dan mencintainya sepenuh hati. Dan itu adalah awal yang baik untuk memulai babak baru dalam hidupnya.

Zayyan dan mamanya sedang berbincang hangat tiba-tiba sang papa menghampiri mereka berdua. Wajahnya terlihat ramah dan penuh wibawa. Dengan senyum hangat, ia bergabung bersama mereka di meja taman. Mama segera berdiri dan membuatkan kopi hangat untuk sang papa, menyiapkan cangkir dengan penuh perhatian.

"Syukurlah, Zayyan sudah mulai akrab dengan mama," kata papa, sambil duduk dan menerima cangkir kopi dari mamanya.

Ia menatap Zayyan dengan lembut. "Zayyan tahu? Setiap hari, mama selalu mengkhawatirkanmu. Ia tak pernah berhenti memikirkanmu dan selalu berbicara kepada papa untuk segera menemukanmu."

Zayyan merasa hangat di dalam hatinya mendengar kata-kata papanya. Ia menatap mama dan papa, merasa betapa besar kasih sayang mereka. "Terima kasih, Papa, Mama. Aku masih menyesuaikan diri, tapi aku berterima kasih untuk segalanya."

Papa mengangguk sambil menyesap kopinya. "Kami tahu, Zayyan. Kami mengerti bahwa ini semua pasti sangat mengejutkan dan membingungkan bagimu. Yang terpenting, sekarang kita sudah bersama lagi."

Mama menambahkan, "Kita akan melalui semuanya bersama-sama, Zayyan. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Kami ada di sini untukmu."

Zayyan mengangguk, merasa beban di pundaknya mulai berkurang sedikit demi sedikit. Ia menyadari bahwa meskipun perjalanan hidupnya penuh dengan liku, ia kini memiliki keluarga yang mencintainya tanpa syarat.

Harapan | Xodiac ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang