05 | kegelapan

295 44 2
                                    

Jika anda menyukai nya silahkan dukung Saya melalui vote
terima kasih atas waktunya.

_________________

Saat Zayyan sedang terhanyut oleh suasana damai di taman, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu yang memeluk kakinya. Ketika membuka mata, ia melihat seorang anak laki-laki berusia sekitar 6 tahun, memegang balon kuning di satu tangan, dan menatapnya dengan senyum lebar.

"Kakak, kamu sangat tampan tapi cantik," kata anak itu dengan polos, membuat Zayyan tertawa kecil.

"Terima kasih? ... " ucapnya ragu pada anak kecil yang polos itu.

"Kau kemari bersama siapa?"

"Aku sendirian! sebenarnya aku baru saja pulang bermain"

"Oh ya, lalu mengapa kau ada disini?" ucap Zayyan penasaran karena ia maaih terkejut dengan kehadirannya.

"Saat aku berjalan pulang tidak sengaja melihat kakak, kakak terlihat kesakitan jadinya aku disini"

"Aku ingin menyembuhkan kakak! mama bilang kalau ada orang yang kesakitan peluk saja dan berikan semangat supaya sakit nya hilanh!" seru nya dengan semangat.

"Pantas saja kamu tiba-tiba memelukku"

"Hehe.. " anak itu melebarkan senyumnya dan kembali memeluk Zayyan.

Namun, senyum anak itu segera berubah menjadi tangis ketika balon kuning di tangannya terlepas dan terbang ke langit. Anak itu mulai menangis, air matanya mengalir deras di pipinya yang merah muda. "Balonku!" serunya, mencoba meraih balon yang semakin menjauh.

Zayyan, meski merasa lemah, segera bangkit dari bangku dan mencoba menenangkan anak tersebut. "Jangan khawatir, Nak. Balonmu memang terbang, tapi kita bisa mencari balon lain. Bagaimana kalau kita beli balon baru di sana?" Zayyan menunjuk ke arah pedagang balon yang tidak jauh dari taman. Dengan lembut, ia mengusap kepala anak itu dan mengajaknya berjalan ke arah pedagang balon.

"Kakak... tapi aku tidak punya uang"

"Tak apa, anggap saja itu hadiah terima kasih ku karena kamu sudah memelukku"

"Benarkah? terima kasih hehee" Anak itu perlahan berhenti menangis dan mulai tersenyum lagi, merasa nyaman dengan kehadiran Zayyan yang peduli.

Namun, tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh dari perut si anak. Anak itu menatap Zayyan dengan malu-malu sambil memegang perutnya. Zayyan tersenyum dan berkata, "Kamu lapar, ya? Mau roti?" Ia mengambil roti dari tasnya dan membimbing anak itu kembali ke bangku di bawah pohon rindang tempat ia duduk sebelumnya.

Mereka duduk bersama, Zayyan membagi roti itu dengan anak kecil tersebut. Sambil makan, mereka berbincang tentang hal-hal kecil. Anak itu bercerita tentang mainan favoritnya dan teman-teman di sekolahnya, sementara Zayyan mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa terhibur dengan kepolosan dan keceriaan anak tersebut. Suasana menjadi nyaman, hingga tiba-tiba terdengar suara memanggil Zayyan.

"Zayyan!" Suara itu datang dari arah lain taman. Zayyan menoleh dan melihat dokter dari rumah sakit berjalan mendekatinya.

"Zayyan, kamu seharusnya beristirahat, bukan berdiam diri di sini seperti ini. Kamu butuh waktu untuk memulihkan diri," nasihat sang dokter dengan nada tegas namun peduli.

"Nanti penyakitmu tambah parah tahu"

Zayyan mengangguk, menyadari bahwa dokter itu benar. Saat ia ingin menoleh kembali ke anak kecil tadi untuk pamit, ia mendapati bahwa anak itu sudah tidak ada di sana. Anak itu hilang seolah-olah lenyap begitu saja. Zayyan merasa bingung, menoleh ke sekitar taman, namun anak kecil itu tidak terlihat di mana pun. Ia berpikir sejenak, kemudian menyadari bahwa mungkin anak tersebut sudah pulang karena hari mulai sore.

Harapan | Xodiac ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang