Aku tak pernah menemukan jawaban tentang mengapa aku harus menulis setiap hari. Aku hanya merasa senang saja menuangkan apa yang ada dalam pikiranku untuk dibaca khalayak ramai. Semakin hari, aku menyadari ada dua hal yang membuatku terus menulis: jatuh cinta dan patah hati. Dua hal yang saling bertolak belakang bagai kutub utara dan selatan. Jatuh cinta membuatku bisa melihat dunia dari sudut pandang yang menyenangkan. Sementara patah hati membuatku sadar bahwa hidup adalah komposisi pahit manis yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. Untukmu yang membuatku tak butuh alasan untuk mencintai, terima kasih sudah membuatku senang hidup di bumi ini. maaf untuk segala belum yang hingga saat ini masih kuusahakan untukmu. Untukmu yang di sisi lain sering membuatku patah, terima kasih sudah membuatku menggali lebih dalam tentang arti hidup yang penuh kejutan.
Kelak, pada dekapmulah pelukku berpulang. Kelak, padamu dan segala kurang lebih di dalamnyalah aku tertuntun untuk duduk berdampingan. Kelak, pada alasan yang tak jua kutemukanlah aku memastikan pilihan. Teruntukmu, seseorang di masa lalu, masa kini, dan masa depanku. Hidup memang menyebalkan, namun akan jauh lebih menyebalkan jika tanpamu.
Tertanda, Jelaga
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan yang Didamba Matahari
Poesiasebuah senandika tentang kau dan aku di antara perjumpaan dan perpisahan