Aku menyayangimu terlalu dalam – hingga tak bisa melepaskan diri dari rasa sakit yang selama ini kau goreskan. Aku tak pernah bisa menjadi titik cukupmu, titik akhir pencarianmu perihal raga siapa yang bisa menerimamu apa adanya. Selalu diperlakukan berbeda, tak dihargai, disakiti namun hanya bisa diam, semuanya kuanggap sebagai ujian untuk sebuah kata 'layak'. Bagiku kau anugerah terindah yang pernah kumiliki. Bagimu, aku tak lebih dari seorang lelaki biasa yang keberadaannya tak berarti. Segala perhatianku yang menuntut balas, kau abaikan sebagai perasaan yang tak kau butuhkan.
"segala bentuk perhatian yang kau anggap rasa sayang itu bukan berarti apa-apa. Jangan berlebihan dan terbaawa perasaan." Katamu. Mudah sekali kau mengatakannya, semudah rasa sayangku yang meluap-luap hanya karena kita selalu bersama. Dengan hal-hal sederhana kau bisa membuatku bahagia. Sesederhana emotikon hati yang kau berikan setelah aku menyanyikan lagu favoritmu sebelum tidur. Berbanding terbalik denganku yang berusaha sekeras apa pun untuk membuatmu luluh, tetap saja pada akhirnya kau tak butuh. Aku rapuh dan terjatuh. Ragaku serasa terlempar ke dasar jurang – dan tak ada seorang pun yang meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja. baru saja kau hadir memberikan warna dalam hidup, kini semuanya harus kembali redup. Baru saja aku memiliki alasan untuk tetap bersemangat, kau hadir memberikan luka yang begitu hebat.
Kau tak pernah memberi tahu letak kesalahan dan kekuranganku. Jawaban tak tahu selalu menjadi alasan yang kau berikan tiap kali aku menanyakannya. Orang-orang silih berganti mengingatkanku tentang rasa sakit yang timbul dari cinta sendirian. Aku masih keras kepala dan menyebut semua ini sebagai perjuangan. Padahal tak sedikit pun kau menghargainya. Justru caci maki dan kata-kata kasar yang kau berikan setiap kali aku melakukan kesalahan yang tak pernah benar-benar kumengerti. Mungkin aku harus kembali seperti dahulu lagi, mencintaimu dalam diam tanpa harus takut disalahkan. Maaf sudah mengganggu waktumu yang berharga itu. Kau mengabaikanku, itu hakmu. Aku tetap menyayangimu, itu urusanku dan doa-doaku.
Kau segalanya bagiku. Namun, segala tentangku bukanlah segalanya untukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan yang Didamba Matahari
Poesiasebuah senandika tentang kau dan aku di antara perjumpaan dan perpisahan