Kita adalah satu kata yang terangkai dari unsur kau dan aku. Melebur dalam sekat-sekat kemungkinan. Mungkin kita ditakdirkan bersama, mungkin kau memang tercipta untukku, mungkin segala tentangmu ada untuk melengkapiku. Namun semua tak sesederhana yang kau baca.
Jauh sebelum sajak-sajak romantis tertulis, aku sudah berkali-kali kau lukai dan sakiti. Layaknya tokoh utama dalam novel aksi, kau tak memberiku jeda untuk memulihkan diri. Luka demi luka terus kau berikan, menyisakan bilur dalam raga yang pura-pura kuat bertahan. Senyumku adalah keterpaksaan, dan segala hal indah dariku hanyalah sebuah usaha melawan keterasingan. Ragaku memang terlihat kuat, namun jiwaku begitu dalam tersayat.
Ribuan terima kasih dan maaf terucap, namun hanya sebagai formalitas darimu agar aku tak pergi dan menghilang tak membekas. Kau buat aku terbang tinggi, lalu jatuhkan aku ke inti bumi. Terperosok, jatuh, dan hampir mati. Begitulah aku memaknai satu kata yang orang-orang sebut "perjuangan". Meski tak pernah cukup membuatmu yakin. Cukup sudah! Hanya karena kau tahu aku mencintaimu, bukan berarti kau bisa seenaknya menyakitiku.
Ini lucu, aku merasa diduakan padahal memang tak pernah menjadi satu-satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan yang Didamba Matahari
Poesiasebuah senandika tentang kau dan aku di antara perjumpaan dan perpisahan