Bulan yang Didamba Matahari

Kenangan

Jika kau bertanya mengapa aku masih menyimpan segala kenangan tentang kita, aku hanya punya satu jawaban. Karena hanya itu yang masih tersisa. Kumpulan foto, surat-surat yang mulai usang, perbincangan kita dalam pesan singkat, pesan suara yang kau kirim, kado yang kau berikan, serta ingatan kuat pada tempat-tempat yang pernah kita kunjungi. Hanya itu yang tersisa dalam diriku. Kebersamaan kita menjelma benang kusut yang tak mungkin diluruskan kembali.

Suatu saat, kenangan itu akan kugunakan sebagai penganti ragamu yang tak lagi bisa kutemui. Semua rekaman perbincangan kita akan selalu tersimpan dengan baik dalam ingatanku, berputar sebagai lagu pengantar tidur. Surat-surat usang yang kau kirim takkan pernah hilang, selamanya akan tersimpan sebagai satu-satunya keterangan bahwa dahulu kita pernah bersama. Foto-fotomu akan kurawat dan kujaga sebagaimana aku menjaga diriku.

Jejak-jejak yang kita tinggalkan pada tempat yang kita kunjungi bersama, biarlah terhapus oleh hujan. Lalu menguap, terbang, dan kembali sebagai hujan yang jatuh ke bumi. Membasahi anganku yang gersang tanpa kau di sisi. Rapalan doa dan rintihan rinduku biarlah terbang bebas. Berbaur dengan setiap udara yang kau hirup, mengisi detak jantungmu yang tak lagi seirama denganku. Kenangan pahit dan setiap luka yang kau berikan akan kusimpan dalam sebuah kotak. Kau akan mengerti semuanya saat membuka kotak itu. Tapi kuharap kau takkan pernah membukanya demi alasan kebahagiaanmu. Anggap saja itu sebagai kotak Pandora.

Sekarang, pergilah jauh. Bila suatu saat kita bertemu, tak usah kau berikan senyum indahmu yang selalu membuatku terpesona itu. Aku tak butuh sandiwaramu lagi. Karena bagiku, luka hebat dari seorang pembenci jauh lebih baik daripada ditikam oleh seseorang yang paling kucintai melebihi diriku sendiri.

Selalu ada akhir dari setiap cerita, tapi kenangan akan abadi. Itulah alasan kau merindukannya meski tak lagi bersama.