Penutup

11 1 0
                                    

Mungkin isi surat ini akan teramat panjang. Tapi aku akan berusaha sesingkat mungkin untuk mengatakan segalanya di sini. Pertama-tama, maaf karena lama menghilang setelah pertengkaran hari itu. Aku akan berbohong jika mengatakan tak merindukanmu. Maka dalam surat ini, sekali lagi akan kukatakan aku merindukanmu.

Tapi mengapa aku memilih pergi? Karena aku telah sampai pada satu titik di mana segalanya tak lagi sama seperti dahulu. Sama sekali bukan maksudku menyakitimu. Namun jika berpisah denganku adalah jalan yang kau pilih, kuhargai keputusanmu. Sebab itu aku menghilang. Sebab tak ingin membuat hidupmu semakin sulit semenjak bersamaku.

Aku mungkin akan sangat sulit melupakanmu. Meski selama ini selalu kukatakan bahwa aku telah melupakan dan mengikhlaskanmu. Jauh dalam hati kecilku, kau masih punya tempat tersendiri, yang membuatku selama ini mencari sosokmu pada diri orang lain.

Satu sisi, aku membencimu, dengan segala luka yang pernah kau berikan. Di sisi lain, aku masih ingin memilikimu. Aku benci dirimu yang bahagia tanpaku, aku benci hari-hari setelah tak bersamamu, aku benci semua kenangan kita.

Namun aku juga sadar bahwa tak mungkin ada hubungan yang sempurna. Bahkan Adam dan Hawa tak mungkin diturunkan ke dunia jika tak membuat masalah. Barangkali kita hanya perlu menurunkan ego masing-masing dan saling menyadari bahwa memang beginilah adanya. Lama jauh darimu membuatku sadar, bahwa selama ini ada yang salah pada apa yang kita jalani. Lama jauh darimu memberiku waktu untuk meredam emosi yang pernah meledak-ledak.

Kini, aku sudah lebih baik. Namun untuk kembali bersamamu, rasanya aku enggan. Bukan karena tak lagi cinta, namun kita telah tumbuh menjadi pribadi yang berbeda. Ibarat berada dalam persimpangan, dan kau memilih jalan ke kiri, sementara aku ke kanan. Takkan searah lagi.

Kita telah tumbuh dan didewasakan luka kemarin. Selebihnya, mudah-mudahan banyak kabar baik dan rasa bahagia yang menghampiri masing-masing dari kita. Aku mungkin takkan pernah sepenuhnya merelakanmu, maka maafkan aku bila sikapku masih saja dingin dan berbeda seperti dahulu.

Dalam surat ini aku sedang berusaha mengakrabkan diri dengan luka. Akan kucoba untuk merelakanmu, dengan segala hal isitimewa yang selalu kusuka itu. Kita akan bahagia dengan cara masing-masing. Semoga hidupmu bertabur bahagia dan hal indah. Begitu juga aku. Kita layak bahagia, layak dicinta, dan layak menentukan pilihan terbaik dalam hidup.


Bulan yang Didamba MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang