Harusnya Aku Sadar Diri

4 0 0
                                    

harusnya aku sadar sejak awal. Kau tak mungkin semudah itu jatuh hati padaku, meskipun kau pernah memberitahuku bahwa kau memiliki perasaan yang sama. Kau pernah sakit teramat sangat olehnya. Itu sebabnya kau tak pernah sepenuhnya mengakui keberadaanku di sisimu.

Apakah aku sakit? Tentu saja. Sakit yang sesungguhnya adalah saat orang yang kau cintai dengan sepenuh hati bahkan tak percaya dengan perasaanmu sekuat apapun kamu membuktikannya. Kata-kataku yang serius hanya kau balas canda, perasaanku yang dalam kau abaikan. Bodohnya, semua itu tak pernah membuatku berpikir untuk sedikitpun menjauh darimu.

Malah aku yang lebih baik terus menerus menikmati luka itu – luka yang kau goreskan dengan cara termanis, padahal sebenarnya sungguh sadis perlakuanmu padaku. Dia yang menyakitimu, aku yang kau anggap sama. Dia yang meninggalkanmu, aku yang tak kau hiraukan.

Mungkin hanya dengan kepergianku kau akan mengerti, menunggu tak selamanya menyenangkan. Mungkin hanya dengan kepergianku kau akan mengerti, bahkan orang yang mencintaimu dengan tulus bukan berarti tak ingin dihargai. Selamat! Kau berhasil membuatku hancur. Dan yang paling kubenci di bagian ini adalah aku tak bisa membencimu. Kasih dan sayangku selalu saja lebih besar daripada benciku.

Meski luka yang kau goreskan begitu dalam, meski perih yang kau titipkan membuat hatiku lebam, meski pilu yang kau beri membuat hatiku membiru, tak sedikitpun aku membencimu. Mungkin saja aku keliru, mungkin juga tidak. Karena beberapa perasaan diciptakan bukan untuk dibalas, melainkan untuk mengajarkan arti kata 'ikhlas'.





Sedalam apa pun perasaanmu, di mata orang yang tak menginginkanmu itu tak ada artinya. 

Bulan yang Didamba MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang