Aku selalu mencarimu saat kau tak ada memberi kabar, sementara kau? Dengan santai membiarkan aku pergi tak memberi kabar. Kau seolah tak masalah dengan ketiadaanku. Atau memang kau tak peduli? Ah, lagi-lagi aku bodoh karena tak sadar sejak awal. Tak adakah sedikitpun perasaan untukku?
Perasaan cemas saat aku tak ada, gelisah bila aku pergi tak memberi kabar, atau cemburu memikirkan yang tidak-tidak tentangku. Adakah? Atau apakah aku setidakdiinginkan itu? Sadis, sungguh rapi caramu membunuhku perlahan. Aku memang bukan yang terbaik, tapi selalu kucoba untuk memberikan yang terbaik untukmu. Walaupun pada akhirnya, ia yang mendapatkan apa yang terbaik darimu.
Bila suatu saat kau melihatku dengan perempuan lain, itu bukan karena aku membencimu dan memilih pergi. Aku pernah mencintaimu begitu dalam, sebelum kau mengabaikanku seperti orang asing. Aku lelah. Maaf, waktuku terlalu berharga bila hanya kuhabiskan untuk menunggumu yang tak menginginkanku. Biarlah segala perih kutanggung sendiri, layaknya aku yang mencintaimu bertepuk sebelah tangan.
Maafkan aku. Kau boleh menganggapku sama dengan semua lelaki yang pernah menyakitimu. Kau boleh bertingkah seolah kau yang tersakiti, terserah.
Sesakit-sakitnya ditolak, lebih sakit diabaikan. Karena tak pernah ada akhir yang jelas antara dia benar-benar mencintai atau hanya mengasihani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan yang Didamba Matahari
Poesíasebuah senandika tentang kau dan aku di antara perjumpaan dan perpisahan