Pesan darimu masih kubintangi, masih rutin kubaca tiap kali merindukanmu. Dalam pesan itu kau bercerita tentang banyak hal. Keluh kesahmu, terima kasih, maaf, dan tentang perasaanmu. Katamu kau memiliki perasaan yang sama denganku. Kau cemburu melihatku dengan yang lain sebagaimana aku pun begitu. Hari itu kau merasa menjadi manusia paling bahagia di dunia. andai aku tahu bahwa semua itu hanya kebohongan, mungkin takkan sesakit ini jadinya.
Namamu masih tersemat di urutan teratas meski kita tak lagi berbincang seperti dahulu. Aku tak menjauhimu, aku hanya ingin menyendiri saja – karena aku sadar perasaanmu hanyalah semu belaka. Semua hal manis yang kau katakan berbanding terbalik dengan kenyataan yang kudapatkan. Bukannya aku meninggalkan apalagi tak merindukanmu, tapi aku sadar keberadaanku tak berarti apa-apa untukmu. Sadar diri tak diharapkan, aku memilih rehat dari segala hal yang menyakitkan.
Kau bilang tak ingin kehilanganku, tapi kau seolah membuangku. Setelah senyummu kembali, lantas aku dilupakan dan tak pernah kau temui. Kau bilang menyayangiku, tapi kau tak pernah peduli dengan apa yang kukatakan dan lakukan. Kau bilang akan selalu ada, tapi di mana kau saat aku terjatuh dan terluka? Dalam hubungan ini sepertinya hanya aku yang jatuh cinta. Semua terjawab saat kau meneleponku suatu malam. Kau pun menjelaskan semuanya.
Sesak terasa membekap dadaku. Tak pernah kusangka kau bisa setega itu. Dalam urusan membuatku bahagia sekaligus terluka, kau ahlinya. Bahkan hingga nyaris hilang warasku karenamu. Aku mengurung diri dan berusaha mati-matian tetap menjalani hidup. Aku memilih diam, tak kuceritakan perih ini karena takut kau menyalahkanku seperti dahulu. Hingga senandika ini kutulis, hatiku masih teriris dan tak henti aku menangis. Mungkin bagimu aku cengeng, karena kau tak pernah tahu bagaimana rasanya mencintai namun dipaksa pergi dan berhenti. Hingga suatu saat kau sadar, ketiadaanku akan kau rindukan sebagai hati yang tak menyerah meski kau buat patah.
Demi sebuah kata mungkin, seseorang rela dijatuhkan berkali-kali. Itulah sebabnya banyak orang yang sudah tahu rasanya sakit, tapi masih saja keras bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan yang Didamba Matahari
Puisisebuah senandika tentang kau dan aku di antara perjumpaan dan perpisahan