🏮#40: Balada Patah Hati🏮

17 3 1
                                    

Ini sudah hari ketiga sejak Elnara memutuskan untuk berhenti bekerja. Selama itu pula ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. Kadang keluar sebentar untuk mengambil beberapa makanan. Itu pun tidak dimakannya sampai habis.

Kadang ketika umi mengetuk pintu kamar untuk mengambil piring kotor dan mengantarkan makanan yang baru, makanan Elnara masih utuh. Mau tidak mau umi merasa khawatir dengan kondisi putri bungsunya itu. Ia pun mengadukan masalah itu kepada Farel. Siapa tahu saja sang kakak tahu kenapa penyebab Elnara jadi berubah seperti itu.

"Mungkin karena sebentar lagi Haris mau menikah, Mi." Kalimat itulah yang terlontar dari mulut Farel ketika baru tiba di rumah dan langsung dicecar oleh pernyataan juga pertanyaan mengenai kekhawatiran ibu mereka terhadap kondisi Elnara.

"Coba sana kamu tengokin dulu adekmu. Kali aja kalau lihat kamu pulang, El mau keluar dari kamar," perintah sang umi.

Tanpa berlama-lama, Farel langsung ke kamar Elnara.

"El, kamu lagi apa?" tanya Farel seraya mengetuk pintu.

Lama pria itu menunggu, tetapi tak ada sahutan dari dalam kamar.

"El?" Farel memanggil lagi. Kali ini bukan hanya mengetuk, tetapi menggedor pintu dengan kuat.

Farel menjadi panik karena tidak kunjung ada jawaban dari Elnara sehingga dengan sekuat tenaga ia mendorong pintu kamar sang adik yang ternyata tidak terkunci itu. Begitu pintu terbuka, langsung terdengar teriakan dari Elnara.

"Kenapa maen buka-buka aja, sih, Mas?" tanya Elnara setengah berteriak sembari bersembunyi di balik pintu kamar mandi.

"Kamu ngapain?" tanya Farel menatap kepala Elnara yang menyembul dari balik pintu.

"Abis mandi," jawab Elnara dengan wajah polosnya.

Seketika Farel mengembuskan napasnya dengan lega. Kakinya langsung terasa lemas hingga tubuhnya melorot ke lantai. Ia pikir sudah terjadi sesuatu yang buruk pada adik semata wayangnya itu.

"Kamu itu bikin orang khawatir aja, El," seloroh Farel seraya melayangkan tatapan tajamnya tepat ke mata Elnara.

"Memangnya aku kenapa, Mas?"

"Memangnya kamu pikir kenapa umi teleponin Mas terus supaya Mas pulang untuk jengukin kamu? Mas sampai ambil jatah cuti bulan ini, loh, untuk pulang," racau Farel merasa gemas sendiri. Orang yang dikhawatirkan sepanjang perjalanan ternyata malah baik-baik saja.

"Emang umi bilang apa sama Mas Farel?" tanya Elnara keheranan. Kepalanya masih menyembul dari balik pintu kamar mandi seolah enggan beranjak dari sana.

"Kamu keluar dari kerjaan terus mengurung diri di kamar kayak orang depresi."

Elnara mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian terlihat berpikir.

"Maaf, ya, Mas. Udah bikin khawatir." Elnara menatap sang kakak dengan mata berkaca.

"Keluar, yuk, El. Udah lama kita enggak kencan berdua," ajak Farel sambil bangkit dari duduknya.

"Ya udah, Mas Farel keluar dulu, sana." Elnara mengusir sang kakak.

"Emang kenapa?" tanya Farel keheranan.

"Ya akunya belum ganti baju. Udah sana cepetan keluar, hush!" Elnara mengusir lagi.

Tanpa sepatah kata lagi, Farel segera beranjak dari sana. Hatinya begitu lega karena untuk sementara ini ia lihat Elnara baik-baik saja.

🏮🌟🏮

"Kamu kenapa?" tanya Farel ketika mereka sudah duduk manis di salah satu restoran masakan Jepang yang ada di area Cihampelas Walk.

"Kenapa apanya?" tanya Elnara acuh tak acuh.

InevitableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang