Tangan kanan Elnara menggandeng tangan mungil itu. Rasanya baru kemarin mereka dipertemukan gara-gara si makhluk hijau. Kini mereka tampak akrab berbincang.
"Kinay sedih enggak Keyo benerannya hilang?" tanya Elnara membuka percakapan ketika mereka menyeberangi taman menuju gedung radio.
"Cedih," jawab Kinay seraya memasang ekspresi wajah hendak menangis. Elnara menyesali pertanyaannya itu. Maka iapun segera memperbaiki keadaan.
"Kinay boleh cerita apa aja tentang Keyo sama Kakak, kalau Kinay kangen Keyo."
Kinay menatap Elnara dengan mata berbinar. Lalu mulut kecilnya yang lucu itu mulai berceloteh tiada henti menceritakan Keyo kesayangannya. Hingga mereka sampai di gedung radio, ceritanya masih berlanjut. Bahkan intonasinya semakin seru.
Elnara masih fokus mendengarkan. Sesekali fokusnya hilang ketika harus tersenyum atau membalas sapaan orang-orang yang berpapasan dengannya di gedung radio. Sesekali ia juga mencari-cari di mana ruang siaran berada dari keterangan yang tertera di masing-masing pintu.
Ruang siaran adalah tempat yang belum pernah Elnara singgahi selama bekerja di radio. Sehingga ia cukup ragu ketika tiba di pintu besar yang menghubungkan ruang siaran dengan dunia luar. Diketuknya pelan pintu ruangan itu. Tak terdengar suara mempersilakan masuk seperti ruangan-ruangan yang lain.
"Biyacanya Ayyay macuk aja abis ketuk," celetuk Kinay dengan logat cadelnya.
Elnarapun memberanikan diri membuka pintu itu. Toh ia punya alasan untuk masuk ke sana. Ia melihat ada beberapa orang di sana, tetapi orang yang dicarinya tidak ada. Belum jam empat sore juga. Belum waktunya pria itu siaran. Jadi, Elnara memutuskan untuk ke ruang manajer.
"Enggak ada. Kita ke ruangan lain, yuk," ajak Elnara seraya menutup pintu kemudian kembali menggandeng tangan si bocah.
Tidak lama berjalan, mereka berpapasan dengan Al yang baru saja tiba.
"Ayyay!" teriak Kinay dengan gembira seolah telah menemukan pahlawannya.
Al pun menyambut bocah itu dengan berjongkok dan merentangkan tangannya. Bocah itu bertengger dengan nyaman di pelukan Al. Pemandangan yang menyejukkan hati jika dilihat.
"Kamu ke sini sama siapa?" tanya Al seraya melepas pelukannya.
"Cama Kakak En," jawabnya seraya menunjuk ke arah Elnara yang masih berdiam di tempatnya.
Al berdiri kemudian menghampiri gadis itu.
"Tadi Teh Zahira yang titip suruh antarkan Kinay ke tempat Mas Al." Elnara menjelaskan sebelum ditanya kenapa ia bisa bersama Kinay.
"Kamu gak takut-takutin Kak El sama Keyo lagi, kan?" tanya Al kepada bocah mungil di sebelahnya.
"Keyonya iyang ...." Tanpa diduga, tangis Kinay malah pecah. Padahal tadi ketika bercerita tentang Keyo dengan Elnara, bocah itu tampak baik-baik saja.
Al hanya tersenyum, kemudian menggendong anak itu. "Terus, yang ini siapa?" tanya Al seraya menunjuk pada katak mainan yang ada di tangan Kinay.
"Ini Keyo mainan. Dibeyiin umi, katanya buat ganti Keyo."
"Kan udah ada ganti Keyo. Jangan sedih lagi." Al berkata seraya membelai kepala Kinay dengan lembut.
"Saya pamit dulu kalau gitu," ujar Elnara.
"El, tunggu." Al menghentikan langkah Elnara.
"Ya, Mas?"
"Kamu enggak apa-apa?" tanya Al seraya menatap Elnara dengan khawatir.
Elnara terdiam sejenak. Merasa tidak enak dengan perhatian dan perlakuan baik itu. Namun, ketika teringat dengan kejadian waktu Elnara minta izin pulang ketika bekerja, ia langsung mengabaikan perasaan tidak enak itu.
"Saya baik-baik aja, Mas."
"Kenalan kamu yang kecelakaan, gimana?"
"Alhamdulillah, sudah siuman. Sekarang lagi proses pemulihan. O, ya, terima kasih untuk yang waktu itu. Maaf, kalau ada kata-kata yang membuat Mas tersinggung."
"Saya paham, kok. Kamu pasti panik."
Elnara masih menunggu apakah Al masih ingin bicara, tetapi pria itu malah terdiam. Pada akhirnya Elnara ingin pamit, tetapi pria itu kembali memanggilnya.
"El," panggilnya.
"Iya, Mas?"
"Enggak jadi. Makasih, ya. Udah mau dititipin Kinay."
Elnara tersenyum kemudian berlalu. Namun, masih menyisakan tanya dalam hatinya mengenai keanehan Al barusan.
🏮🌟🏮
Seusai jam kerja sore itu, Elnara memutuskan untuk duduk sejenak di taman yayasan. Menikmati udara sore yang sejuk. Mengistirahatkan pikirannya yang campur aduk. Terutama setelah Farel mengiriminya pesan memberitahu kalau Haris sudah sadarkan diri tadi pagi.
Elnara hanya tersenyum membaca pesan itu. Ialah orang pertama yang tahu kabar itu, tetapi ia tidak memberi tahu siapapun. Gadis itu memilih untuk tidak membalas pesan Farel. Ia ingin sekali menutup semua pintu sumber informasi tentang Haris. Ingin menutup semua lembaran di mana ada nama mereka dalam satu halaman.
Mata Elnara tertuju pada pesan tanpa nama yang terakhir kali ia dapat. Ia belum membalas pesan itu. Hatinya pun masih bertanya-tanya, siapa sosok misterius itu sebenarnya?
El.Nara
Kamu yang di sana, sebenernya siapa?
Lama tak ada balasan, membuat Elnara mengembuskan napas berat. Ia berpikir untuk membiarkannya saja. Selagi tidak berbuat macam-macam, Elnara akan menganggapnya angin lalu.
Elnara pun menyalakan radio dari ponselnya. Acara Nuansa Sore pasti sudah dimulai sejak tadi. Ia hanya penasaran dengan tema hari ini, juga cerita-cerita yang menyertainya. Kadang ada yang sedih membuat Elnara nyaris menitikkan air mata. Kadang juga ada yang lucu sampai Elnara rasanya tak bisa berhenti tertawa.
"Kita bacakan lagi pesan yang sudah masuk, ya, sobat. Kali ini ceritanya datang dari sobat EF di Bandung. Apa ini Kakak EF yang biasa atau berbeda orang? Soalnya Kak EF yang biasa, biasanya lagi ada di Deket jendela, di bus, di depan laptop. Mungkin saja ini Kak EF yang berbeda."
EF? Elnara mengerutkan keningnya keheranan. Ada saja yang menggunakan inisial namanya. Padahal Elnara sudah nyaman dengan inisial itu. Sepertinya ia harus mengganti nama samarannya lagi agar tidak sama.
"Saya punya sebuah rahasia yang saya simpan dari sahabat dekat saya. Saya melakukan banyak hal tanpa dia ketahui, padahal yang saya lakukan itu berkaitan dengan dia. Kakak sepupu saya suka dengan sahabat saya ini, tapi sahabat saya sedang menjalin hubungan dengan pria lain. Sampai sekarang, sahabat saya ini juga tidak tahu kalau saya punya hubungan saudara dengan pria yang menyukainya itu. Sekarang, dia juga sepertinya menyimpan sebuah rahasia dari saya. Saya tidak tahu apakah dia tahu saya menyimpan rahasia sehingga ia mau balas dendam dengan menyimpan rahasia juga dari saya. Yang jelas, untuk saat ini kadang saya merasa bersalah karena menyembunyikan rahasia itu darinya. Buat sahabat tercintaku, maafin aku, ya."
Rahasia. Elnara menebak itulah tema acara Nuansa Sore hari ini. Seketika ia teringat dengan diri sendiri yang menyimpan rahasia dari sang kakak.
"Itu cerita dari Kak EF yang punya rahasia besar dari sahabatnya. Semoga Kak EF bisa secepatnya menceritakan rahasia itu, ya. Biar lebih tenang dan lega. Oke, sekarang waktunya kita dengarkan sebuah lagu tentang sebuah rahasia yang berkaitan dengan hati. Ini dia, lagu untuk sobat semuanya, Rahasia Hati dari Element."
Tadinya Elnara ingin mengirim pesan juga. Menceritakan tentang kisahnya yang menyimpan rahasia dari sang kakak. Namun, karena ada yang memakai nama inisialnya, Elnara mengurungkan niatnya itu.
Pada saat itulah, ponselnya bergetar. Sebuah pesan balasan masuk di nomor WhatsApp-nya.
+62895xxxxxx
Seseorang yang cuma bisa lihat kamu dari kejauhan.
🏮🌟🏮
KAMU SEDANG MEMBACA
Inevitable
RomanceElnara Faiza baru saja menyelesaikan kuliahnya ketika ada seorang pria yang datang melamar. Seorang pria yang sejak SMA ia kagumi secara diam-diam, teman baik kakaknya sendiri. Di antara ketidakpercayaan akan semuanya begitu mudah ia dapatkan, tiba...