🏮#45: Pernikahan Haris🏮

15 4 0
                                    

Kota Bandung cukup macet di pagi akhir pekan ini sehingga rombongan Elnara dan keluarganya tiba di tempat resepsi sedikit terlambat. Mereka tidak sempat menyaksikan acara sakral pengucapan ijab dan kabul. Saat mereka tiba, pasangan pengantinnya sedang dirias untuk persiapan acara resepsi yang akan dimulai pukul sepuluh.

Kondisi tamu undangan yang tempatnya terpisah antara laki-laki dan perempuan itu membuat Elnara bisa sedikit tenang. Ia tidak perlu khawatir akan berpapasan dengan Al.

Awalnya Elnara hanya ingin duduk manis saja bersama uminya. Menikmati hidangan yang disajikan. Namun, pertemuannya dengan Zahira membuatnya mengurungkan niat itu.

"Aisha sempet cari kamu tadi, El." Zahira berkata sebelum berpamitan. Ia bertugas sebagai salah satu panitia acara. Seharusnya Elnara juga, tetapi gadis itu saja masih merasa ragu apakah akan datang atau tidak sehingga ketika tugas itu ditawarkan kepadanya, ia langsung menolak.

"Cari saya?" tanya Elnara keheranan. Memang sepenting itukah keberadaannya sampai dicari?

"Aisha bilang, kamu salah satu orang yang berjasa atas terjadinya pernikahan ini. Seharusnya ikut menyaksikan berjalannya janji sakral itu." Zahira menjelaskan.

Hati Elnara mencelos karena tidak bisa memenuhi keinginan Aisha di hari pernikahannya.

"Maaf, Mbak. Saya malah telat datengnya." Elnara berkata lirih.

"Seharusnya kamu minta maaf ke Aisha langsung. Dia lagi di ruang rias. Di sana." Zahira menunjuk sebuah ruangan yang pintunya bisa terlihat dari tempat mereka duduk.

"Iya, Mbak. Nanti saya sempatkan ke sana." Elnara tersenyum.

"O, ya. Kamu juga dicariin sama Al tadi."

"Mas Al?" tanya Elnara dengan wajah yang bersemu merah. Ada apa pula pria itu mencarinya? Jantung Elnara jadi berdegup kencang.

"Mau kasih cokelat. Katanya kamu lagi patah hati."

Elnara jadi salah tingkah. Patah hati apanya? Haris memang sudah menikah, tetapi kondisi hati Elnara tidak semenyedihkan itu juga sampai harus makan cokelat agar suasana hati menjadi lebih baik.

"Patah hati dari mana?" gerutu Elnara.

"Al emang suka aneh-aneh. Maklumin aja, ya. Dia juga lagi patah hati karena ditolak terus." Zahira tertawa. Membuat Elnara jadi semakin salah tingkah.

Setelah Zahira beranjak pergi, Elnara pun berpamitan pada sang umi untuk menemui pengantin wanita di ruang rias.

Elnara menghampiri sebuah ruangan di salah satu sudut gedung yayasan dijadikan sebagai tempat untuk merias pengantin. Sementara satu ruangan besar yang biasanya digunakan untuk rapat, Elnara lihat dijadikan sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar dari kedua mempelai.

Dengan ragu Elnara mengetuk pintu di hadapannya. Segera saja terdengar sahutan dari dalam untuk memberi izin ia masuk.

Begitu pintu terbuka, pemandangan sesosok perempuan cantik dalam balutan gaun putih sederhana memenuhi ruang penglihatan Elnara. Tepat di sebelah Aisha duduk, ada Haris yang juga sedang dibenahi jasnya oleh penata rias pengantin.

Tadinya Elnara berpikir kalau Aisha sendirian di ruangan itu. Haris berada di ruangan yang lain sehingga ia memberanikan diri untuk menemuinya. Namun, perkiraannya salah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

InevitableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang