🏮#15: Penolakan🏮

15 3 0
                                    

Butuh pertimbangan yang banyak bagi Elnara untuk membuat keputusan dan butuh keberanian lebih untuk mengutarakan keputusannya itu. Pertama-tama, ia menyampaikannya ke umi dan abi. Jelas keduanya terkejut dengan keputusan itu. Lalu Elnara meminta saran dari keduanya langkah seperti apa yang harus ia lakukan setelah itu.

"Lebih baik, kamu sampaikan ini secepatnya, El. Sebelum Haris dan ibunya datang ke sini. Rasanya tidak etis jika menyampaikannya ketika mereka ke sini. Mereka ke sini kan dengan tujuan baik dan hati yang bahagia. Enggak mungkin kita rusak dengan keputusan kamu." Umi memberi saran.

"Abi juga setuju dengan umi." Abi menimpali.

"Tapi, Umi sama Abi enggak keberatan sama keputusan El?" tanya Elnara seraya menatap orang tuanya satu per satu.

"Abi yakin keputusan yang kamu buat sudah melalui banyak pertimbangan. Abi sama umi percaya sama keputusan kamu." Abi menguatkan. Begitu juga umi yang langsung merangkul anak gadisnya.

"Semua ini yang akan menjalaninya nanti kan El sendiri. Abi sama umi cuma bisa mendoakan yang terbaik. Kalau El merasa enggak bisa menjalaninya ya tidak apa-apa disudahi sebelum semuanya terlambat." Umi tersenyum seraya mengelus-elus pundak putrinya.

"Satu lagi, Abi bangga sama El yang sudah bisa membuat keputusan dengan tidak berdasarkan emosional sesaat dan bahkan banyak pertimbangan untuk ke depannya."

Dengan penguatan dari kedua orang tuanya itulah, Elnara pada akhirnya memiliki keberanian untuk menghubungi Farel malam itu. Meminta pada sang kakak untuk menyampaikan keinginannya kepada Haris.

El.Nara
Mas, bisa tolong sampaikan sama Mas Haris, kalau El mau bicara sebelum beliau dateng ke sini sama uminya.

Si Nyebelin Tapi Ngangenin
Ada apa El?

El.Nara
Hal penting, Mas. Terkait dengan proses ta'aruf kami.

Si Nyebelin Tapi Ngangenin
Kamu udah punya keputusannya?


El.Nara
Insya Allah, sudah.

Bersyukur Farel tidak bertanya lebih lanjut. Sehingga Elnara bisa kembali menata hatinya sebelum menyampaikan keputusannya. Ia tahu konsekuensi dari keputusannya ini, semua tidak akan lagi sama. Hubungannya dengan Haris yang dulu hanya sekadar tahu, kini akan menjadi begitu canggung.

🏮🌟🏮

Jum'at malam, sepulang bekerja Haris dan Farel langsung ke Bandung. Kebetulan hari itu mereka ada kunjungan kerja di daerah Subang. Sehingga bisa mampir sebentar ke Bandung. Farel pun rencananya akan mengajak Haris untuk menginap. Akan terlalu malam jika mereka kembali ke Jakarta.

Setelah selesai makan malam bersama, mereka berkumpul di ruang tamu. Seperti sebelum-sebelumnya, Elnara ditemani oleh abi, umi, dan Farel. Hal itu menambah keberaniannya untuk mengatakan isi hati.

"Silakan, El. Apa yang ingin dibicarakan?" Farel membuka forum mereka malam itu.

"Ini terkait dengan proses ta'aruf El sama Mas Haris. El sudah punya keputusannya, Mas." Elnara menunduk. Tak berani menatap semua orang.

"Alhamdulillah," ucap Farel terlihat lega. Beda halnya dengan Haris yang walaupun berusaha untuk tenang, tetapi raut tegang di wajahnya terlihat jelas.

"Tanpa mengurangi rasa hormat El sama Mas Haris dan ibu Mas Haris yang mau berkunjung kemari besok, El memutuskan untuk memberitahu hal ini lebih awal agar semuanya tidak terlalu jauh melangkah. Mas Haris enggak keberatan, kan?" Elnara berkata hati-hati.

InevitableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang