🤍: 24

49 11 5
                                    

∧,,,∧   ~ ┏━━━━━━━━┓
(  ̳• · • ̳)      ~ ♡  Hanyuna   ♡
/       づ  ~ ┗━━━━━━━━┛ 
_____________________________


"Kakak hati-hati!! Udah malem!"

"Kak, pegangan yang kuat sama kak Hanbin! Awas jatuh!"

"Semuanya, Hanbin pamit duluan,"

"Hati-hati,"

Hanbin melajukan motornya. Ia pulang bersama Yuna menggunakan motornya. Sementara yang lain menggunakan mobil seperti saat pergi tadi sore. Tentu saja tempat Yuna digantikan oleh Jaehyun. Sedangkan Yujin dan Haewon pulang bersama menggunakan bus.

Sepanjang jalan, Yuna maupun Hanbin keduanya sama-sama diam. Membuat pemandangan malam itu semakin sunyi selain suara kendaraan yang berlalu lalang di jalanan.

"Na, hati-hati," pesan Hanbin. Pasalnya Yuna hampir saja terjatuh karena tak sengaja tertidur.

"Hm? Hoam," Yuna yang sudah setengah tidur bahkan tak lagi mendengarkan ucapan Hanbin. Ia bersandar pada Hanbin dari belakang. Tak lupa ia mengencangkan pegangan tangannya pada Hanbin agar tak jatuh lagi.

Hanbin tersenyum. Meskipun kini ia tak bisa menatap Yuna, ia tahu pasti sekarang Yuna sedang memejamkan matanya.

"Malam, Na. Selamat ulang tahun," ucap Hanbin lembut. Sebisa mungkin ia membawa motor perlahan. Agar tak membangunkannya Yuna sedikitpun.

Tak terasa mereka sudah sampai di rumah Yuna. Tentu saja mereka sampai terlebih dahulu dibanding yang lain. Hanbin membangunkan lembut, Yuna yang tertidur dibelakangnya.

"Na, udah sampe. Bangun gih," Hanbin mencoba membangunkan Yuna dengan sedikit menggoyang-goyangkan lengannya.

Yuna yang menyadari gerakan, terbangun dan langsung turun dengan mata yang mulai memerah.

"Na. Bersih-bersih dulu sebelum tidur yaa? Jangan lupa ganti pakaiannya dari luar, gak boleh bawa tidur," pesan Hanbin.

Yuna mengangguk perlahan. Ia mencoba memaksakan membuka kedua matanya untuk menatap kepergian Hanbin.

"Selamat malam yaa, tidur yang nyenyak," Hanbin mengacak-acak surai hitam Yuna dengan gemas. Lalu kembali melajukan motornya meninggalkan rumah Yuna.

Setelah memastikan Hanbin benar-benar sudah menjauh. Yuna masuk kedalam dan tak lupa melakukan semua yang dipesankan oleh Hanbin tadi.

•••

"Wah, Bun. Kak Hanbin itu sebenarnya sayang banget sama kak Yuna kan?" ucap Soojung saat baru saja masuk rumah.

"Pastinya. Dari awal tatapan mereka aja beda," Suzy mengangguk perlahan, ia mengingat saat pertama kali Hanbin kesini.

Soojung memiringkan kepalanya, "Tapi mereka emangnya udah saling confes?" tanyanya penasaran.

"Eumm.. bunda rasa belum," setelah menimang sebentar, Suzy menyadari keduanya belum ada yang mengaku.

"Yaahh masa belum?"

"Yaa gak tau. Tanya kakak kamu tuh," Soohyun yang sedari diam, tak kalah ingin ikut berbicara. Soojung mengangguk paham.

"Eh? Bundaa! Kakak ketiduran disini!" teriak Soojung. Ia melihat Yuna yang malah ketiduran didepan sofa. Ia sudah bersih-bersih dan mengganti pakaiannya. Tapi entah kenapa dia malah berbaring disofa bukan di ranjang miliknya.

"Astaga anak ini. Suzy, lihat anakmu itu. Kita mengajaknya berjalan-jalan untuk kegiatan ulangtahunnya. Tapi dia malah tertidur layaknya aku memberi obat tidur,"

"Hahahaa, Ayah bener!"

"Kalian ini. Na, bangun gih. Pindah ke kamar yaa?"

"Hoamm, iya Bun,"



🤍Hanyuna🤍

"Na! Na! Na!" Beomgyu berlarian dengan pasti menuju kelas Yuna. Saat ini sedang istirahat, namun ia yakin jika Yuna masih ada didalam kelas.

"Kenapa, kak Gyu? Kak Seung?" melihat ekspresi Beomgyu, Yuna dan kedua temannya yang sedang asyik membaca buku terkejut dan langsung menghampirinya.

"Hanbin..

"Kak Hanbin? Kak Hanbin kenapa, kak?" tanya Yuna tak sabaran.

"Hanbin diatap mau lompat," bisik Beomgyu. Ia takut jika murid lain mendengar..

"Apa?!" dengan segera Yuna meninggalkan mereka. Ia berlari menaiki tangga untuk menuju atap, tak peduli beberapa siswa melihatnya aneh.

"Gyu, kalo lompat. Kayaknya lo berlebihan deh," tegur Heeseung lelah.

"Berlebihan? Hehe gak apa-apa, biar lebih dramatis gitu kan?" Heeseung hanya menggelengkan kepalanya, ia tahu akan terjadi seperti ini jika Hanbin membiarkan tugas ini ke Beomgyu.

"Kak, kak Hanbin kenapa? Dia baik-baik aja kan?" tanya Yujin. Beomgyu dan Heeseung lupa akan mereka berdua.

"Gak apa. Beomgyu berlebihan aja ngomongnya. Hanbin baik-baik aja kok," ucap Heeseung menenangkan yang lain.

"Huh kak bikin panik aja lo. Ntar itu si Yuna panik gimana?" tanya Haewon.

Beomgyu segera mengalihkan pandangannya, "Ee... Ohya gue lupa! Pak Mingyu tadi manggil gue, duluan yaa," pamitnya sambil berlari menjauh.

"Huh alasan,"

•••

Sementara itu, Yuna baru saja sampai di atap gedung sekolahnya. Dengan tergesa-gesa, ia mencari keberadaan Hanbin. Hanbin sedang berdiri dipinggir bangunan sambil menikmati hembusan pagi hari yang sejuk dan matahari yang hangat.

"Kak!" Hanbin menoleh saat mendengar teriakkan Yuna. Ia mencoba mendekat, namun Yuna terlebih dahulu menariknya ke tengah atap menjauhi pinggiran atap yang berbahaya.

"Kak, ka-kak baik-baik aja? Ke-kenapa kakak mau lompat? Ja-ngan tinggalin Yuna," Yuna mengecek Hanbin dengan panik. Tangannya bergetar sementara tatapannya terlihat khawatir.

"Lompat? Kata siapa kakak mau lompat?" Hanbin mengernyit heran, mengapa ia ingin melompat dari bangunan ini?

"Kata kak Beomgyu, kakak..

"Hm, Yuna jangan nangis. Kakak gak mau lompat kok. Beomgyu cuma jahil aja. Mau percaya sama kakak?" Hanbin menghapus pelan air mata Yuna yang mengalir karena panik.

"Eung!" Yuna langsung memeluk tubuh Hanbin dengan erat. Ia tak ingin kehilangannya sama sekali.

"Na, kakak sayang sama kamu. Kamu sayang gak sama kakak?" tanya Hanbin. Ia membalas pelukan Yuna lalu mengelus rambutnya perlahan.

"Eung!" Yuna mengangguk dalam pelukannya.  Hanbin tentunya bisa merasakan anggukan pelan Yuna.

"Mau dilepas dulu? Kakak mau ngomong," ucap Hanbin perlahan.

Lagi-lagi Yuna mengangguk. Ia melepaskan pelukannya dari Hanbin. Membuat jejak air mata di pipinya terlihat jelas.

"Kenapa malah masih nangis, hm?" Hanbin dengan lembut mengelap air mata Yuna. Ia bahkan sedikit tertawa melihat Yuna dihadapannya ini.

"Kak, jangan tinggalin Yuna," ucapnya sambil sesegukan.

Mendengar itu, Hanbin tersenyum teduh. Ia menyelipkan rambut panjang Yuna kebelakang telinganya, "Kakak gak bakal ninggalin Yuna,"

"Janji?" Yuna mengeluarkan jari kelingkingnya sebagai bentuk perjanjian.

"Janji," Hanbin melakukan hal yang sama. Meskipun itu terlihat kekanak-kanakan diumur mereka yang sudah SMA.

"Na, kakak gak mau hubungan ini gak jelas. Kakak gak mau kalo kita cuma sebatas perjodohan,"

"Ma-maksud kakak?"

"Mau jadi pacar kakak?"





╰┈➤ To be continued 🤍

*Hiyakkk, gelii >< aku nulisnya lancar banget nih kalo soal ginian. Paling salto-salto dikit karena geli. Huh emang dasar tukang halu:)

Things to Say || Hanyuna [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang