15. Tidak, Sengaja?

78 6 2
                                    

***

Ujian baru saja selesai kemarin, dan kami kembali masuk sekolah seperti biasa. Tidak ada hari libur untuk istirahat. Mungkin nanti, setelah pembagian rapot yang akan diambil oleh wali murid.

Seperti hal biasa setelah ujian, hari ini belum ada guru masuk untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Mungkin hari normal akan kembali di laksanakan pada pekan depan.

Aku sudah kembali duduk di kursiku dan satu meja kembali bersama Esa. Namun, mataku tak sengaja melihat meja yang kemarin menjadi tempat di mana aku bisa duduk berdua dengan sang karakter utama.

Coba saja aku bisa lebih banyak mendapatkan waktu untuk duduk di sampingnya. Bukan hanya untuk mengerjakan ujian, namun lebih seperti mengobrol berdua, bercerita layaknya teman yang saling mendengarkan.

Teringat tatapan mata Vian ketika melihat Karin berbicara itu membuatku iri. Mata itu selalu terpaku lurus padanya. Senyum alami ketika mendengar suara halus dari gadisnya, aku juga menginginkannya.

Tentang aku yang hanya bisa hadir namun tak pernah di jadikan takdir.

Jika kisahku dengannya hanya sampai di sini. Aku takkan pernah menyesal menyukainya. Aku takkan pernah menyesal karena aku yang memilih untuk mencintainya.

Maaf Vian, pacarnya, dan semuanya.

Aku terlanjur jatuh cinta, pada orang yang juga sedang jatuh cinta.
Sayangnya, aku mencintainya, dan ia mencintai kekasihnya.
Aku yang selalu memujanya, dan dia yang telah bersama pujaannya.

Terlalu banyak ungkapan yang tak bisa ku jelaskan lebih rinci tentangnya. Hanya satu hal yang lebih jelas di sini.
Hal yang aku takutkan terjadi. Aku telah sampai di mana, aku tak bisa menghentikan rasa suka ku dan malah menambah perasaan cinta di dalamnya.

Apa lagi?
Ini adalah persiapan untuk mendapatkan rasa sakit yang terencana.
















Di tengah gundah gulana yang melanda, tiba-tiba seorang guru BK memasuki kelas kami. Tentu saja mereka yang sedang tidur di lantai, di atas meja, dan di luar kelas langsung berlari masuk.

Dengan gerakan tergesa mereka memperbaiki tampilan seragam mereka yang jauh dari kata rapi. Seragam di keluarkan, dasi dan sepatu pun tidak dipakai.

Geng Elvin yang baru datang pun juga segera berlari menuju tempat duduknya.

Kami semua diam dan menunggu apa yang akan dilakukan guru tersebut. Guru BK berjenis kelamin laki-laki itu hanya berdiri diam dan mengedarkan pandangan keseluruhan penjuru kelas.

"Itu, bendera apa itu?" tanya guru tersebut sambil menunjuk bendera yang di pasang di dinding belakang kelas.

"Copot!" perintah guru tersebut dan kudengar Riko yang duduk di belakangku berbisik pada Elvin untuk melepas bendera itu.

Setelah bendera itu dilepas sang guru itu pun meminta benderanya. Guru tersebut memperhatikan bendera berbentuk persegi panjang itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Tampak datar namun itu berhasil mengancam pikiran seluruh penghuni kelas akan keberlangsungan kehidupan mereka ke depannya.

"Baik, kita sisihkan dulu masalah ini" guru tersebut meletakkan bendera itu di meja terdekat.


"Anak-anak, di sini saya ingin memberi pengumuman tentang rencana study tour yang akan dilaksanakan minggu terakhir bulan ini. Bagi yang tidak ikut bisa bilang sekarang"
Ucap guru tersebut sambil membuka map yang berisi beberapa lembar kertas bertuliskan daftar nama para siswa siswi kelas ini.



HIRA IN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang