03. Olahraga

137 9 1
                                    

Pagi yang cerah untuk jam pertama pelajaran olahraga. Aku dan teman-teman sekelas sudah siap di pinggir lapangan dengan kaos olahraga. Kulihat lapangan ini cukup ramai karena yang berolahraga cukup banyak. Dua kelas dari kelas 10 IPA dan IPS, lalu kelas 11 yaitu kelasku, dan terakhir kelas 12.

“Hari ini materinya apa ya?”

“Katanya lompat-lompat?”

“Masa sih?”

“Iya, gue dikasih tau kelas sebelah yang olahraga kemarin”

“Anjir, gue lagi dapet. Gak enak buat lompat-lompat”

“Makanya, pakai softeks dengan lapisan serap ekstra dan sayap panjang di kedua sisinya. Seperti Softex (dilarang menyebut merek)

“Malah ngiklan”

Aku hanya tertawa mendengar obrolan teman sekelasku. Tiba-tiba seseorang melompat dan duduk di sebuah batu besar di sampingku.

Dia Vian, yang langsung menyengir dan bergabung dengan mudah di antara kami para perempuan.

“Lagi ngomongin sayap, sayap apa?”

Semuanya saling menatap dan kemudian seorang siswi bernama Salsa yang menjabat sebagai bendahara di kelas kami mulai bersuara.

“Ya, ngapain sih nanya gitu? kepo amat”

“Ya kan penasaran”

“Gaboleh, ini urusannya cewek”

“Masa sih, kepo banget nih” Vian tampak menggodanya.

Salsa kesal dan memukul bahu Vian berkali-kali.

“Lo tuh, mending bayar kasmu yang nunggak sebulan itu. Daripada kepoin urusan kita”

Vian tertawa dan melompat dari batu tersebut, menghindari pukulan Salsa.

Aku yang duduk di bawahnya seketika menjauh untuk menghindari modus berkedok keributan itu.

“Aw, sakit sa. Ampun gak lagi deh” Vian memohon membuat Salsa menghentikan pukulannya.

Suara peluit yang nyaring dan memekak telinga mampu membuat kami semua menoleh pada seorang guru olahraga yang sudah berdiri siap ditengah lapangan.

Kami sekelas pun segera berlari menuju guru olahraga tersebut. Berdiri berbaris beberapa kolom dan deret hingga tersusun rapi. Kami merentangkan kedua tangan untuk memberi jarak antar murid. Kami akan melakukan pemanasan sebelum olahraga.

Kalian tahu posisiku saat ini?

Ya, di depanku adalah Esa, di samping Esa ada Elira teman sekelas kami yang katanya paling cantik di kelas.
Di belakang Elira atau bisa disebut di samping kananku ada Vian.
Di samping kiriku ada Elvin. Aku tidak tahu seperti apa aku menggambarkan suasana saat ini.

Aku lelah, sepertinya energiku hampir habis bahkan sebelum olahraga dimulai. Dengan semua orang di sekelilingku. Mereka terlalu berisik. Bisakah diam saja, tidakkah mereka tahu jika ini pelajaran olahraga, bukan di dalam perpustakaan.

Eh, ada yang salah? Tidak.
Aku mendesah lelah, aku benci olahraga.

“Anak-anak. Saya akan membagi kalian menjadi 3 kelompok. Yaitu kelompok basket, voli, dan bulu tangkis” jelas guru tersebut.

“Nama-nama yang saya sebutkan silahkan berkumpul pada kelompoknya masing-masing. Kelompok bola,...” guru tersebut menyebut nama kami secara acak. Dan semua murid mendengarkan dengan seksama. Sampai pada sesuatu yang tak terduga.

“Kelompok bulu tangkis ada, Elvin, Vian, Yesi, Ardi, Elira, dan Hira. Semuanya silahkan berkumpul pada kelompok masing-masing”

Aku beserta 5 orang lainnya berkumpul dan duduk di pinggir lapangan. Menunggu guru yang sedang sibuk menjelaskan pada kelompok bola lainnya.

HIRA IN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang