***
Jika kalian tahu, Vian dan Elvin adalah anak geng motor. Walaupun lebih condong ke Elvin. Dalam gengnya, Elvin berperan sebagai ketua dan memiliki tanggung jawab cukup besar. Sedangkan Vian, dia adalah anggota yang berada tepat di belakang Elvin. Bukan sebagai wakil, namun lebih dari itu. Wakil adalah pengganti ketika ketua berhalangan. Tapi Vian lebih seperti pengarah dan Elvin penentu.
Hanya itu yang kutahu. Dan itu karena orang dalam, kak Satya. Entah aku menyebut ini keberuntungan atau tidak, kak Satya seperti orang yang sudah lama ku kenal. Dia cukup terbuka dan mau menjawab semua pertanyaanku.
Tapi cerita ini tidak akan membahas tentang geng motor secara lebih rinci. Karena aku tak pernah terlibat di dalamnya. Sebenarnya seru jika aku berperan sebagai kekasih dari ketua geng motor yang tampan dan terkenal seperti Elvin.
Namun, tidak! Tidak semudah itu.
Elvin tak pernah melibatkanku dalam geng motornya itu. Aku tak tahu siapa saja dan seperti apa anggota gengnya itu. Aku hanya mengetahui kak Satya dan teman-teman lainnya yang ku temui di warkop tempo hari.
Kak Satya, dia menghubungiku lebih dulu. Dia menghubungiku karena penawaran yang ia tawarkan padaku. Tentang dia akan mengajakku ikut serta dalam touring yang akan mereka adakan. Aku sempat ingin menyetujuinya, namun tiba-tiba kak Satya membatalkan penawarannya karena katanya pacarku marah, Elvin tak memberi izin.
“Kenapa kemarin gak ngajak gue ikut touring?” tanyaku pada orang yang berada di depan kakiku itu.
Duduk bersila di atas kasurku! Dan memijat pelan kakiku!
Aku sudah melarangnya karena kakiku sudah tak sakit lagi. Kakiku sudah baik-baik saja. Namun dia tak peduli dan tetap melakukan kegiatannya itu.
Elvin datang malam ini karena dia beralasan ingin menjengukku. Ibuku langsung menyambut anak temannya itu dengan ramah. Bahkan yang lebih parah ibuku menitipkanku pada Elvin karena ia akan pergi ke bandara untuk menjemput ayahku yang pulang bekerja dari luar kota.
Yang membuatku heran adalah, kenapa ibuku dan ayahku percaya dengan anak ini. Seperti mereka merasa Elvin bisa menjagaku. Padahal melihat tampangnya saja, seperti berandal. Sudah pasti, ada yang tidak beres. Mungkin orang tuaku sudah di guna-guna olehnya. Jika tidak, mana mungkin mereka membiarkan anaknya berduaan dengan anak laki-laki di dalam kamar.
“Gak mau, ntar lo caper ke temen-temen gue”
Jawaban itu membuatku memutar bola mata malas.“Idih, siapa yang caper? Makanya kalau punya pacar di perhatiin jangan sibuk ngobrol dan di anggurin!”
Ucapku masih kesal mengingat dia yang mengabaikanku dan sibuk berbincang dengan teman-temannya di warkop tempo hari.“Maaf, waktu itu kan sibuk siapin acara Ra” Elvin yang meminta maaf membuatku menjadi bingung dan salah tingkah.
Sejak kapan dia menjadi bersikap lembut padaku.“Sekarang, mau apa sayang?”
Dia mengangkat kepala ke arahku.Suara dengan nada menggoda yang keluar dari mulutnya membuatku meraih bantal terdekat dan melemparkan benda empuk itu ke arahnya.
“Najis!” cibirku.
“Kalau di pikir lagi, yang caper tuh bukan gue tapi lo. Gue lihat di story kak Satya lo boncengan sama Sella” Aku melipat tanganku di depan dada.
“Kok punya nomor Satya?” Elvin menyahut dengan cepat.
Bahkan kini menghentikan gerakan tangannya pada kakiku, dan tentu tatapan tajam itu tak pernah ketinggalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRA IN ELEVEN
Fiksi Remaja"Eh An, dia katanya suka sama lo" Elvin "Eh, gausah cepu anjir" Hira "Ngomong apaan sih, dasar gajelas" Vian Karena pada dasarnya, baik Aku, Elvin maupun Vian. Kami bertiga tak seharusnya terjebak dalam hubungan rumit ini.