09. Ketahuan

104 7 0
                                    





Sore itu, setelah mandi aku duduk di meja kamarku yang berhadapan langsung dengan jendela. Meja yang biasanya ku gunakan untuk menulis, membaca, belajar, maupun bermain. Pokoknya bagiku ini meja serbaguna.

Aku mengaktifkan ponselku dan terlihat beberapa notifikasi masuk di sana.

Sesaat kemudian teleponku berdering dan aku segera mengangkatnya.

“Halo, akhirnya lo angkat juga Ra” terdengar suara Esa di sana.

“Hm, ada apa?” balasku sambil meletakkan ponselku di atas meja setelah mengaktifkan speaker panggilan.
Lalu beralih untuk membuka sebuah buku dan mengambil bolpoin.

Di saat banyak pikiran, aku memang sering menulis atau menggambar sesuatu yang tak kusadari. Aku hanya melakukannya mengikuti kata hatiku. Aku bukanlah orang yang handal dalam seni tulis atau coret-mencoret. Hanya melampiaskan perasaan pada sebuah kertas kosong.

“Kita sempet khawatir karena hp lo gak aktif” kali ini adalah suara Hana.
Kami memang melakukan panggilan grup.

“Gue gak papa kok” jawabku sambil mencoret-coretkan tinta di atas kertas putih itu.

“Kalau lo mau, cerita ke kita gimana tadi?”
Aku menghela nafas sebelum berbicara.

“Tadi udah melayat kok, tadi juga ketemu Nia. Katanya kak Daniel meninggal karena kecelakaan motor” jelasku.

“Gue turut berduka cita” Hana.

“Gue juga” Esa.

“Iya”





















“Kalian bilang, jangan ada rahasia di antara kita” ucapku sambil mencoret-coret kertasku.

“Iya” Hana.

“Gue suka sama Vian”
Saat itu tanpa sadar aku menulis nama Vian di atas kertas itu.

“Vian Grandea? Yang sekelas sama kita?” tanya Esa.

“Hm, tuduhan lo waktu itu bener”

“Jangan tanya alesannya karna gue juga gak tahu” tambahku.


“Gue gak bisa ngejar Vian kaya gue dulu ngejar kak Daniel. Karena Vian udah ada yang punya. Jadi, biar kita bertiga aja yang tahu tentang ini”


“Gue cuma pengen suka secara diam-diam. Karena dengan cara ini, akan sedikit resiko, yaitu gue sendiri yang ngerasain. Gue gak mau nyakitin orang lain”

“Iya, gue bakal rahasia in” ucap Hana.

“Sa?” aku memanggil Esa untuk memastikan.

“Iyaa, gue rahasia in”

“Makasih ya”










Tok tok tok
Aku menoleh ke arah pintu.

“Bentar ya” ucapku sambil mendekatkan mulutku pada ponselku.


“Hira, lagi belajar?” ucap ibuku setelah membuka pintu kamarku.

Aku menoleh, “Gak kok, cuma duduk-duduk, ada apa bu?”

“Turun bentar yuk. Ada tamu di bawah. Kamu temenin bunda ngobrol sama mereka ya”

“Oke bu” aku menutup buku tersebut dan bangkit dari kursiku.




“Telpon nanti lagi ya, gue ada urusan” ucapku langsung menutus panggilan itu tanpa mendengar balasan.

HIRA IN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang