06. Gagal Move On

191 15 1
                                        


Hal yang sangat tidak kusukai. Kenapa harus aku yang selalu melihat ketika dia bersama gadis lain.

Tidak, bukan seperti itu.

Aku sudah mewanti-wanti hati dan pikiranku untuk berhenti menatapnya, berhenti memperhatikannya. Tapi rasanya aku tak memiliki kuasa untuk mengendalikan hati dan pikiranku.

Karena sekarang, aku mengakui bahwa mulai jatuh pada pesona pemuda nakal itu.

Aku mulai menyukainya, tanpa momen berkesan bersamanya. Hanya rasa suka yang tiba-tiba muncul entah kapan dimulainya. Dan tiba-tiba terasa cukup besar rasanya.

Apalagi ketika melihat dia tertawa karena gadis lain. Ketika dia menunjukkan sifat cerianya pada orang lain. Jujur aku iri, tidak bisa melakukan hal sama bersamamu seperti orang lain.

Tapi bisa dicegah kan, aku belum jatuh cinta. Aku baru menyukainya.

Ya, aku pasti bisa menghentikan ini.










“Hira, gak kelihatan”
ucap Riko membuatku membungkukkan tubuhku.

“Eh, jangan dihapus” aku menoleh ke arah Vian.

Aku pun mengurungkan niat untuk menghapus tulisanku di bagian kiri papan tulis.

“Vian, lo nulis apa mbatik sih? Lemot banget” Salsa.

“Lo jangan gitu Sa, udah mending dia mau nulis” ucapan Riko membuat Vian melempar bolpoin ke arahnya.

“Udah lo nyontek punya Elvin aja” ucap Elira yang membuat Vian mendengus malas.

“Nyontek apaan? Dia molor anjir” ucap Vian melirik kesal Elvin yang terlelap di sampingnya.

“Ntar Vian gue contekin, udah Ra lanjut” ucapan Aliya akhirnya membuatku menghapus tulisan di bagian kiri papan tulis itu.

“Makasih sayang” Vian tersenyum lebar.

Bagaimana cara mengundurkan diri dari jabatan sebagai sekretaris kelas? Apakah harus membuat surat resmi bermaterai? Dan di tanda tangani oleh wali kelas dan kepala sekolah?

Aku menulis sambil terus mengerutu dalam hati. Sampai aku melupakan beberapa bagian yang harus ku tulis. Aku pun meraih penghapus dan menghapusnya.

“Hira kenapa di hapus?” Salsa.

“Maaf, salah”

“Yah, udah terlanjur gue tulis” ucap Salsa.

“Gue juga” Elira.

“Gue juga” Riko.

“Itulah akibat kualat sama gue” Vian tertawa puas membuat semua menahan kesal.

“Diem lo!” ucap Aliya melirik ke belakang meja Vian.

Padahal ini masih pagi, tapi sudah membuat kepalaku pusing sekali. Aku ingin menyalahkan guru mata pelajaran ini. Jarang masuk, tak pernah menjelaskan, memberi tugas lewat ponsel. Dan kebanyakan adalah tugas mencatat materi. Jika begini siapa yang repot?

“Aku harus menulis dua kali” batinku.












“Gila, beneran?”

“Iya, lo lihat aja di grup angkatan sebelas”

“Gue gak masuk grupnya”

“Nih liat” Salsa menunjukkan obrolan chat di grup tersebut yang mencapai ribuan. Bahkan masih ada yang mengetik.

Aku dan Esa ikut mendekat untuk melihatnya. Dan benar, berita itu sudah masuk dikalangan murid sekolah ini.

“Masih kelas sepuluh” Elira menggeleng tak menyangka.

HIRA IN ELEVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang