“Langkah pertama bagi orang pacaran, kencan”
Aku menjauhkan ponsel itu dari telingaku.
Rasanya malas sekali menuruti permintaan orang ini. Tapi aku bisa apa? Coba saja aku tak ceroboh menulis nama Vian di buku itu. Mungkin sekarang aku sudah menikmati malam minggu di kasur empukku.
“Gue gaboleh keluar malem” tolakku.
“Gue izinin”
“Malah gak dibolehin anjir, udahlah gausah ada acara kencan-kencan. Kita kan cuma pura-pura pacaran”
“Gue gak pura-pura”
Sahutnya cepat.“Percaya aja sama gue pasti ibu lo bakal ngizinin. Lagian lo gak mau ketemu Vian?”
“Ada Vian?”
Sahutku cepat.“Iya, giliran Vian aja lo cepet”
“Ya gue mau pacaran sama lo juga karena Vian kali”
“Iya sayang, siap-siap gue jemput lima menit lagi”
Panggilan itu langsung dimatikan begitu saja tanpa menunggu jawaban dariku.
Aku meletakkan ponselku di atas meja lalu berjalan menuju lemari pakaian dan melihat baju-baju yang tergantung dan terlipat rapi di sana.
Aku menutup pintu itu untuk bercermin di balik pintu lemari itu.“Kok gue gugup ya”
Ucapku sambil melihat pantulan diriku di cermin itu.“Kapan terakhir kali gue ngerasa cantik? Anjir, gue lupa” aku menyugar rambutku ke belakang lalu berkacak pinggang.
“Terus gue pakai baju apa?” Aku kembali membuka lemari itu.
Kenapa aku menjadi bimbang seperti ini. Jika hanya bertemu Elvin tak masalah meskipun aku memakai baju lusuh. Tapi ini mau bertemu my crush, aku harus tampil cantik agar dia gak ilfeel.
“Ayo Hira mikir” Aku mengigiti kuku jariku.
Tok tok tok
Aku menoleh cepat ke arah pintu. Ibuku muncul dari sana.
“Hira, di bawah ada Elvin. Katanya kalian mau keluar buat belajar bareng ya?”
“Pintar sekali anak itu mencari alasan” batinku.
“Iya bu”
“Cepetan ya, udah ditunggu” ucap ibuku lalu menutup pintu tersebut.
Setelah bersiap, aku langsung berjalan menuju ruang tamu. Namun tak ada siapapun di sana. Kemudian suara dari arah meja makan membuatku berbalik arah dan menuju sumber suara. Di sana sudah ada ibu dan ayahku yang sibuk berbicang dengan Elvin.
“Hira, ayo sini. Coba dulu ini enak banget”
Ucapan ayahku membuatku berjalan mendekat.Kulihat di atas meja ada beberapa bungkus makanan. Namun yang di makan ayahku adalah bakso.
Kemudian aku melirik Elvin yang duduk di antara kedua orang tuaku itu.
Bagaimana dia bisa mempersiapkan semua ini dalam lima menit? Bahkan kurasa tidak sampai lima menit dia sudah sampai di rumah ini. Apa jangan-jangan dia sudah sampai sejak meneleponku tadi.
“Ayo dicoba” Ayahku mengibaskan tangannya dan aku hanya menggeleng pelan.
“Gausah yah, kita langsung berangkat aja” tolakku dan membuat Elvin ikut mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRA IN ELEVEN
Novela Juvenil"Eh An, dia katanya suka sama lo" Elvin "Eh, gausah cepu anjir" Hira "Ngomong apaan sih, dasar gajelas" Vian Karena pada dasarnya, baik Aku, Elvin maupun Vian. Kami bertiga tak seharusnya terjebak dalam hubungan rumit ini.