***
Kembali pada hari normal, yaitu kembali masuk ke sekolah. Seharusnya sekolah sudah harus diliburkan. Karena sudah berada di akhir bulan Desember. Pergantian tahun kurang beberapa hari lagi. Ujian semester akhir sudah selesai di laksanakan sepekan yang lalu. Lalu apa yang di ajarkan jika materi semester ini sudah selesai?
Tapi begitulah kenyataan di sekolah ini. Kami tetap masuk, dengan agenda yang telah disusun rapi oleh para osis di sekolah ini.
Ya, classmeeting. Semacam kegiatan yang mempertemukan semua kelas di suatu ajang perlombaan tingkat sekolah.
Dan sekarang, di sinilah aku berada. Berdiri di antara para siswa siswi yang mengelilingi lapangan luas sekolah ini. Bukan tanpa alasan aku berdiri di sini, melainkan memberi dukungan pada siswa kelasku yang mengikuti lomba futsal. Lima anak perwakilan kelas kami adalah Elvin, Andre, Riko, Ardi, dan Vian.
Aku dan teman sekelasku bersorak senang ketika Elvin berhasil memasukkan bola ke gawang lawan. Tak perlu diragukan, Elvin memang pandai dalam bidang itu.
Selanjutnya di babak ke dua giliran Vian yang dapat mencetak gol. Dia berselebrasi dengan menebar pesona pada para gadis yang menonton di pinggir lapangan. Bahkan Elira si cantik juga mendapatkan ciuman jauh darinya.
Dasar tengil, tapi aku suka.Tak lama peluit panjang di bunyikan menandakan pertandingan telah selesai dengan hasil 2-0 dan di menangkan oleh kelas kami. Jadi, bisa dibilang kelas kami bisa masuk ke babak berikutnya.
Sementara menunggu pertandingan selanjutnya, Salsa bendahara di kelas kami mengajakku dan Asa untuk membeli minum untuk para teman sekelas kami yang mengikuti lomba.
“Nih minumnya” ucap Salsa meletakkan beberapa botol minuman yang dibawa oleh kami bertiga.
Menata botol itu berjajar di atas meja agar mudah untuk di ambil.“Sal-sayang” panggil Vian dari tempat duduknya membuat Salsa menoleh.
Vian mengangkat jari telunjuknya membuat Salsa mengerti dan memberikan satu botol minuman padaku.Aku menerima botol itu dengan wajah bingung.
“Kasih ke Vian”“Oh, oke” jawabku dan berjalan menuju bangku Vian.
“Nih”
Aku menyodorkan botol itu pada Vian.“Makasih”
“Punya gue mana?” orang yang duduk di samping Vian bersuara.
“Tuh, ambil di sana” Vian menunjuk botol yang ditata di meja depan sana.
“Kok gak diambilin? Kok lo di ambilin?”
“Karena saya istimewa” jawab Vian sambil mengedipkan sebelah matanya ke arahku.
Aku sedikit terpana namun segera menetralkan ekspresi wajahku.
“Ra, ambilin” pinta Elvin membuatku mendengus lelah.
“Esa, satu” ucapku sambil mengangkat telunjukku.
Esa datang mendekat dengan sebotol minuman yang ku minta. Dia memberikan padaku dan kuberikan di atas meja Elvin.
“Gue keluar bentar” ucap Vian bangkit dan berlari keluar kelas.
“Vian, mau kemana?” teriakan Salsa membuat Vian kembali masuk ke dalam kelas.
“Ada urusan bentar”
“Di sini aja, nanti kalau dipanggil tanding lagi repot nyarinya”
“Sebentar sayaaaang” pinta Vian dengan wajah memelas.
Vian menyengir melihat wajah kesal Salsa dan setelahnya berlari keluar kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRA IN ELEVEN
Teen Fiction"Eh An, dia katanya suka sama lo" Elvin "Eh, gausah cepu anjir" Hira "Ngomong apaan sih, dasar gajelas" Vian Karena pada dasarnya, baik Aku, Elvin maupun Vian. Kami bertiga tak seharusnya terjebak dalam hubungan rumit ini.