Bagian 10

1.7K 85 2
                                    

"Cintanya patut dipertanyakan?" beo Agnia dengan raut kebingungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cintanya patut dipertanyakan?" beo Agnia dengan raut kebingungan. "Emang ada? Kalo udah cinta, ya, cinta. Tapi ngga ada yang namanya cinta harus dipertanyakan, Nagata. Lo aneh banget, sih?" 

"Normalnya orang sedang jatuh cinta, kalau kehilangan, pasti merasa sedih. Tadi, kan, kamu bilang biasa saja ketika putus dengan Aditya. Nah, cinta kamu ke mantan kamu itu sebenarnya bagaimana?" Nagata bertanya dengan lembut, agar Agnia tidak meledak-ledak. 

"Ya ... cinta. Buktinya gue pacaran sama dia," jawab Agnia. 

"Tidak semua hubungan percintaan itu berdasar atas cinta, Nona Agnia. Contohnya saja pernikahan kita," balas Nagata dengan sedikit pilu karena menggunakan pernikahannya dengan wanita itu sebagai perumpamaan. 

"Kamu tidak mencintai saya. Jangankan mencintai, suka saja belum. Padahal, umumnya pernikahan adalah penyatuan dari dua orang yang saling cinta. Makanya, tadi saya bilang kalau tidak semua hubungan percintaan itu berdasarkan cinta." Nagata memaparkan. 

Agnia menatap lurus Nagata yang sedang menatapnya dengan tangan pria itu yang memegang salah satu buku. "Berarti selama gue pacaran sama Adit, cinta gue ke dia harus dipertanyakan, ya?" 

"Bisa jadi." Nagata tersenyum tipis. "Kamu duduk di sofa dulu sini, saya kasih paparan tentang apa itu cinta." 

Dengan ragu, Agnia melangkah masuk dan duduk di sofa. Ia meletakkan bantal sofa di pangkuan, membuat Nagata duduk di tepi ranjang, tepat di hadapannya. Pria itu menatapnya dengan begitu tenang dan lembut, membuatnya salah tingkah sendiri. 

"Apa? Katanya mau dijelasin??" tanya Agnia agak sewot untuk menutupi salah tingkahnya, padahal pipinya agak memerah. Untungnya Nagata tidak sadar. 

"Cinta bisa dipaparkan dalam bentuk tindakan, bukan hanya ucapan. Banyak orang kaku yang bingung akan mengungkapkan cinta, dan lebih memilih untuk memperjelasnya dalam sebuah perlakuan, itu karena versi orang tersebut, tidak semua cinta bisa dijabarkan dalam perkataan." Nagata mulai menjelaskan. "Biar saya bicara dulu, tolong jangan menyela." 

"Ambil contoh ketika seorang perempuan yang dilarang kakak laki-lakinya untuk keluar dari kamar karena ada teman-teman sang kakak. Maksud dari larangan tersebut adalah sang kakak tidak ingin jika adiknya digoda atau bahkan dijadikan target oleh teman-temannya. Akan tetapi, maksud tersebut tidak diungkapkan yang mana membuat adiknya jengkel karena tanpa tujuan tertentu, kenapa dilarang keluar kamar? Atau malah adiknya mengira kalau kakaknya malu memiliki saudari sepertinya. Padahal tidak sama sekali. Itulah cinta dari seorang kakak laki-laki ke adik perempuannya, di mana yang berjalan hanya tindakan, bukan ucapan." 

Agnia mendengarkan dengan seksama. Sekeras kepalanya wanita itu, dia tetap hanyut kalau Nagata sudah berbicara panjang lebar seperti sekarang. 

"Kamu mencintai dia, dia mencintai kamu. Bagaimana kamu bisa tahu kalau dia mencintai kamu?" Nagata bertanya lalu terkekeh kecil. "Kalau semenjak bersama dia kamu menjadi pribadi yang lebih baik, yang berkembang, itulah cinta." 

Setelah Patah, Mari BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang