Bagian 24

1.8K 98 3
                                    

Jauh-jauh hari, Nagata sudah menduga jika reaksi Agnia akan seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jauh-jauh hari, Nagata sudah menduga jika reaksi Agnia akan seperti ini. Akan tetapi, kenapa dadanya terasa sesak? Seolah tidak menerima kenyataan terkait dugaannya menjadi kenyataan. Mendengar kalimat Agnia yang mengatakan ingin cerai saja ia tidak rela. Dan yang membuatnya heran adalah, sejak kapan dirinya menjadi mudah terbawa perasaan seperti ini? Ke mana majikan Neo yang biasanya? 

"Lo udah makan?" tanya Rakai ketika Nagata duduk di sofa single ruang tamu. "Atau lo mau nyelesaiin masalah lo sama Agni dulu?" 

"Jangan gila," balas Nagata. "Besok mertua gue pulang dinas. Sekarang adalah waktu yang tepat." 

"Dan kalo kemungkinan buruknya lo cerai sama Agni, gimana?" 

Dewa berdecak saat mendengar rentetan pertanyaan Rakai yang menurutnya menyebalkan itu. "Kai, lo bisa ngga, sih, jangan nambah-nambahin beban pikiran Gata?" 

"Gue tau kalo strategi Nagata ada landasannya, Wa. Tapi tetap aja harus memikirkan kemungkinan terburuk, kan?" Rakai menghembuskan napas. "Meskipun gue berharap kalo kemungkinan buruk itu ngga akan terjadi." 

"Kalo gitu berdoa aja semoga Agni hamil," sahut Rajasa yang sedari tadi menyimak. 

"Agni belum hamil." Nagata menjawab dengan tegas. "Makanya dia dengan mudahnya minta cerai." 

"Ngga kaget sih gue," kata Dewa. "Soalnya istri lo emang tipikal wanita yang kayak ngga akan menjalankan kodrat, Ta." 

"Itu urusan gue sama Agni, Wa. Sekarang kita bahas aja strateginya." Nagata secepat mungkin mengakhiri pembicaraan teman-temannya terkait Agnia. 

Karena sebebal apapun Agnia, Nagata tetap mencintai wanita itu. Bayangan-bayangan bagaimana Agnia tak berdaya di bawah kukungannya benar-benar membekas di ingatan yang mana membuatnya kurang bisa fokus untuk menjalankan tugas. Bagaimana seksinya Agnia ketika telanjang, ketika menciumnya, rautnya yang kesakitan karena dientak olehnya dan masih banyak lagi. Sial. 

"Berarti besok atau mungkin lusa langsung gerebek mansion Gusti?" tanya Rajasa memastikan. 

Nagata mengangguk. 

"Lo ngga takut kalo Agni ngadu ke bokapnya, Ta?" tanya Rakai karena penasaran dengan Nagata yang terlihat tenang, padahal Agnia bisa saja memberitahu Wirasena. 

"Ngga," jawab Nagata. "Power Agnia itu rendah, bahkan untuk keselamatan Papanya pun dia kurang mampu." 

Dewa berdecak kagum. "The real Nagata Hastungkara Dierja. Nagata yang gue kenal, ya, ini, Bos! Ya kali seorang Nagata terbawa perasaan?" 









____________











Agnia menangis tersedu-sedu di pelukan Dina. Ia meluapkan segala kesedihannya ketika sudah sampai di apartment Dina, bahkan membiarkan Argani berdiri di depan pintu sebelah rak sepatu yang mana pintunya masih terbuka lebar, memperlihatkan lorong depan yang nantinya sampai ke lift untuk menuju lantai utama. 

Setelah Patah, Mari BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang