Setelah diinterogasi oleh KPK, Wirasena diijinkan untuk berbicara depan publik guna memberikan kejelasan kepada wartawan terkait dengan perilakunya yang menggegerkan banyak orang. Ia digiring ke podium oleh Nagata, Rakai, Dewa dan Rajasa. Sementara Agnia ditemani oleh Argani dan Agra dari balik layar.
"Papa ungkapkan saja terkait apa yang mau Papa sampaikan, semuanya, tanpa sisa," kata Nagata lalu mengusap sudut matanya yang berair. "Masalah berapa jamnya, nanti Gata yang urus, Pa."
Wirasena tersenyum kecil. "Iya, terimakasih, Nak. Maaf merepotkan."
Nagata dan ketiga rekannya berdiri di sebelah podium yang kini ditempati Wirasena. Banyak media yang datang, sebagian dari mereka mengoperasikan kamera, sementara yang lain memakai ponsel dan beberapa buku kecil untuk mencatat.
"Selamat pagi, semuanya," sapa Wirasena. "Saya Wirasena I Gusti, akan menjelaskan apa yang saat ini sedang menggegerkan publik."
"Yang pertama saya tegaskan bahwa pernikahan putri saya dengan putra kedua keluarga Dierja sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan penangkapan yang dilakukan menantu saya terhadap saya. Jadi berhenti menggunjing rumah tangga putri saya hanya karena yang menangkap saya adalah menantu saya sendiri." Wirasena menjelaskan dengan raut tenang.
Bisik-bisik pun terdengar. Nagata yang terkenal sikap tegas dan angkuhnya saja sampai menunduk, membuat team media langsung menyorotnya. Ini adalah fenomena besar, di mana sang ketua pelaksana pemberantas korupsi memperlihatkan raut sendu.
"Saya memang menggelapkan dana bantuan sosial. Akan tetapi, saya memiliki alasan yang tepat kenapa saya melakukannya," kata Wirasena.
"Suatu partai yang kemudian digulingkan itu memiliki niat untuk mengkudeta negara. Yang menggulingkan partai tersebut adalah saya dengan Mangunkusumo. Karena sifatnya dadakan, maka saya menggunakan dana bansos untuk membungkam mereka yang tahu kalau saya yang menggulingkan partai. Tindakan membungkam itu saya gunakan sebagai antisipasi karena pasti saya akan menjadi buronan anak buah ketua partai ketika sang ketua tahu jikalau saya yang memporak-porandakan partainya."
Nagata mendongak dengan raut terkejut. Ia menatap rekan-rekannya yang juga sama terkejutnya. Rahasia sebesar ini, ternyata digunakan Wirasena sebagai tameng saat pria itu sedang dimaki oleh orang-orang. Sebenarnya Nagata sudah menduga jika dana bansos digunakan untuk menggulingkan partai. Akan tetapi, yang tak pernah ia duga adalah, partai tersebut berniat untuk mengkudeta negara.
Suasana di sekitar podium mendadak riuh. Mereka mulai menebak-nebak, apakah sang ketua partai masih berkeliaran? Bagaimana bisa Wirasena mengungkap di depan publik seperti ini? Apa tidak takut jika nanti dicelakai oleh anak buah sang ketua?
"Mengupas tuntas tentang partai yang saya gulingkan, mereka sudah diadili secara personal oleh Mangunkusumo. Meski kemungkinan mereka akan diambil alih oleh pihak hukum yang berwenang setelah saya mengakhiri pembicaraan ini." Wirasena pun mengotak-atik ponselnya yang ia ambil dari saku. "Biar saya tunjukkan rekaman sang ketua partai yang hendak mengkudeta negara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Patah, Mari Berpisah
General FictionNagata memanfaatkan pernikahannya dengan Agnia untuk menangkap ayah mertuanya yang menggelapkan dana bantuan sosial. Awal-awal pernikahan memang tidak mudah karena menghadapi karakter Agnia yang emosian, keras kepala dan ingin menang sendiri. Namun...