Bagian 21

1.7K 96 4
                                    

Nagata berdiri di samping kursi kamar Agnia dengan meraih dasi yang tadi ia letakkan di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nagata berdiri di samping kursi kamar Agnia dengan meraih dasi yang tadi ia letakkan di meja. Matanya menyala-nyala, memperlihatkan semangat bagaikan seorang pria yang benar-benar terobsesi dengan wanita yang kini duduk anteng di atas ranjang. 

Dengan menggerak-gerakkan tangan agar dasi yang dipegang berputar, Nagata menatap istrinya yang kini memainkan rambut. "Sudah siap untuk saya santap, Nona Agnia?" 

Untuk menanggapi, Agnia hanya tersenyu miring. Dan selanjutnya, Nagata mendekat, mengukung Agnia dengan tangan wanita itu yang diikat ke atas menggunakan dasi membuat dadanya terbusung dengan kepala yang terdongak, memperlihatkan leher putihnya yang menggoda selera. 

Nagata langsung melumat bibir Agnia, menindih wanita itu hingga dada kenyal nan sintal milik istrinya tertempel pada tubuhnya. Kedua kaki Agnia spontan mengalung pada pinggang Nagata ketika Nagata memberi tanda kepemilikan pada lehernya dengan pria itu yang menyangga tengkuknya yang sedikit terangkat agar dirinya bisa leluasa mendongak dan lehernya siap untuk dikecupi. 

Saat ini Agnia mengenakan piyama lengan pendek dengan motif bunga-bunga, yang mana dalamnya masih terlapisi bra. Dan Nagata belum memiliki niat untuk membuka satu persatu kancing kemejanya, karena pria itu tau, mana yang mampu merangsang wanitanya dalam waktu sekejab. 

Kepala Agnia sengaja ditundukkan hingga kini bersandar pada lengan Nagata ketika pria itu menggigiti leher bagian samping. Gila! Leher Agnia benar-benar full dengan bekas gigitan Nagata. 

Mengetahui bahwa Agnia menginginkan payudaranya untuk segera disentuh, Nagata tidak mau manut. Ia sengaja melumat bibir Agnia terlebih dahulu, lalu melepasnya saat Agnia kehabisan napas. Keinginan Agnia pun akhirnya dituruti. Salah satu tangan Nagata bergerak membuka kancing dengan bibir pria itu yang terus melumat bibir sang istri. 

Ketika seluruh kancing sudah terlepas, tangan Nagata telurur ke belakang punggung Agnia untuk melepas kaitan bra, sebelum akhirnya melepas busana yang menutupi tubuh bagian atas istrinya. Dua gundukan yang ukurannya lebih besar dari saat seks pertama itu terpampang nyata di hadapan Nagata. 

"Kamu maunya ini saya apakan, sayang?" tanya Nagata sambil memegang dan sedikit meremas salah satu payudara Agnia. 

"Up to you," jawab Agnia. "Because im yours." 

Benar-benar memperagakan perempuan gila yang diobsesikan oleh pria psiko. Ditambah lagi Agnia yang menggoda dengan menggigit bibir bawah, semakin mendorong Nagata untuk belingsatan. Dengan salah satu tangan memegang tangan Agnia yang diikat di atas kepala, Nagata melahap payudara wanita itu. Dan desahan, erangan serta rintihan pun lolos dari bibir istrinya. 

"Shit!" Tiba-tiba Nagata mengumpat saat jarinya memegang kewanitaan Agnia yang masih terlapisi piyama. "Kamu sudah basah." 

"Gata," lirih Agnia dengan tatapan sayu. 

Nagata menyukainya. Pria itu menyukai raut gelisah Agnia ketika tak kunjung disentuh ketika sudah terangsang. Apalagi dadanya terbusung dengan kewanitaannya yang sudah basah. Merupakan salah satu hiburan bagi Nagata untuk menghilangkan penatnya dalam sejenak. 

Setelah Patah, Mari BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang