Hari ini Nagata bisa menghindar dari ketantruman Agnia karena pria itu ada meeting dadakan di kantor, meninggalkan Agnia yang lebih memilih untuk bekerja. Meeting hanya dilaksanakan oleh kepala KPK, Nagata dan ketiga sahabatnya. Tidak banyak yang dibahas, paling-paling hanya progres sampai mana penyelidikan yang dilaksanakan. Hanya itu.
Selepas meeting, Nagata istirahat sejenak di ruangannya. Tentu saja ia tak sendirian, karena Agra selalu menemaninya, di manapun dan kapanpun.
"Tuan, kapan strategi akan direalisasikan?" tanya Agra yang kini berdiri tak jauh di hadapan Nagata.
"Pulang dari dinas, langsung saya tindak lanjuti," jawab Nagata dengan tangan yang bertumpu pada meja itu menyatu yang kemudian digunakan untuk menyangga dagu. "Tapi Agnia saya pulangkan ke rumah dulu."
Karena Nagata tidak setega itu untuk memperlihatkan dirinya menangkap Wirasena di hadapan istrinya sendiri. Memang benar, lambat laun Agnia akan tahu. Tetapi, strateginya menjelaskan bahwa ia akan memberitahu Agnia seusai Wirasena sudah diamankan olehnya.
"Nona Agnia pasti akan belingsatan setelah tahu kenyataannya, Tuan. Jadi, akankah Tuan memakai strategi pertama?" Agra bertanya lagi.
"Membuat Agnia hamil dalam waktu dekat itu sepertinya tidak mungkin. Kalau demikian, saya harus melancarkan strategi kedua, Agra." Nagata membalas dengan tersenyum tipis.
Sementara yang sedang dikhawatirkan sekarang sibuk makan masakan padang di warung padang bersama Bagas dan Vito. Seperti biasa, Agnia mengenakan dress coquette yang mana sudah tidak membuat para pegawai padang terkejut karena sudah terbiasa.
"Mba, minimal kalo ke sini tuh rambut lo diiket napa," ujar Bagas yang kini duduk di hadapan Agnia.
"Sama makanannya bawa sendiri," kata Vito karena ia selalu membawakan pesanan Agnia ke tempat duduk mereka. "Lo kira lo ratu?"
"Gue reinkarnasi Baginda Ratu Drupadi," jawab Agnia dengan mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.
Vito mendelik. "Suami lo ngga mencerminkan Yudistira sama sekali."
"Bacot!" balas Agnia. "Kayak lo titisan Arjuna aja!"
"Mas Vito mah titisan Sangkuni, Mba." Bagas menyahut lalu tertawa renyah membuat Vito menggeplak kepalanya.
"Bener banget." Agnia menyetujui. "Pantes aja sering ngerendahin gue."
Vito berdecak sebal. "Gue ini paling tua, tapi masih aja suka dibully. Heran."
"Lo seumuran sama gue, ya, monyet. Jangan ngerasa sok paling tua deh," protes Agnia lalu menyeruput es tehnya.
"Jangan lo abisin dulu es tehnya, Mba," tegur Bagas. "Makanan lo belum dateng."
"Ya udah tinggal pesen es lagi," jawab Agnia santai.
"Wah, Nyonya Hastungkara mah beda, ya, Mas," cetus Bagas yang diangguki Vito. "Tapi, Mba, kenapa lo masih kerja keras kayak gini deh? Bukannya suami lo tajir melintir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Patah, Mari Berpisah
General FictionNagata memanfaatkan pernikahannya dengan Agnia untuk menangkap ayah mertuanya yang menggelapkan dana bantuan sosial. Awal-awal pernikahan memang tidak mudah karena menghadapi karakter Agnia yang emosian, keras kepala dan ingin menang sendiri. Namun...