Bagian 18

1.6K 90 2
                                    

Semua akan Agnia lakukan jika memang diperlukan, kecuali datang ke mansion Gusti untuk membantu Isabella menata strategi pertemuan yang akan dilaksanakan sebentar lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua akan Agnia lakukan jika memang diperlukan, kecuali datang ke mansion Gusti untuk membantu Isabella menata strategi pertemuan yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Masalahnya adalah Agnia tidak terlalu nyaman jika bersama Isabella, karena pengalamannya dulu ketika masih tinggal bersama adalah Isabella selalu manut dengan sikap otoriternya Wirasena dan memaksa dirinya sesuai dengan kehendak pria itu. 

Dan sebagai istri Nagata, dirinya punya hak untuk menolak. Akan tetapi, sang putra kedua Dierja malah memohon-mohon kepadanya untuk membantu Isabella. 

"Apa sih, Ta?? Gue ngga mau! Ngga usah maksa!" kesal Agnia kepada Nagata yang mengganggunya makan buah di ruang tengah. 

Tapi Nagata dengan fasih membujuk dan berjanji akan mengenalkan Agnia kepada teman-teman penyelidikannya jika wanita itu mau membantu Isabella di mansion. Agnia yang pada dasarnya penasaran dengan prospek kerja Nagata pun langsung mengiakan. Siapa tahu temannya tampan terus kecantol, kan? 

Agnia yang mengenakan rok putih selutut dengan atasan tanktop yang dirangkapi cardigan pink itu diantar Nagata ke mansion. Stylenya yang benar-benar cewek kue itu sama sekali tidak terlihat kalau dirinya hendak kepala tiga. Malah seperti anak kuliahan. 

"Jemputnya harus tepat waktu. Awas aja kalo telat! Meskipun ini rumah nyokap gue, tapi tetep aja lo harus nurutin permintaan gue karena gue ke sini, kan, juga lo yang maksa!" Agnia mengomel sebentar sebelum akhirnya keluar dari mobil dan masuk mansion, meninggalkan Nagata yang terkekeh karenanya. 

Ternyata Isabella sudah menunggu. Wanita yang semula duduk di sofa pun menyambut kedatangan putrinya lalu mengajaknya untuk berkeliling sembari membahas tema yang hendak dipakai. 

"Mama itu pengin konsep yang elegan gitu, Ag. Istri-istri pejabat harus pakai long dress, biar kesannya anggun," kata Isabella setelah sampai di ruang tengah. "Menurut kamu, penataan ruangnya yang kayak gimana?" 

Agnia berpikir sejenak sambil memandang sekeliling. "Ruang tamu sama ruang tengah nanti dikosongin, Ma. Sofa-sofanya ditaruh tepi, nanti tambahin kursi-kursi cantik. Tapi tengahnya tetap kosong." 

"Terus ruang makan dipakai buat jamuannya. Segala bentuk makanan ditaruh sana. Baru nanti lantai dua dipakai pertemuan para pejabat." Agnia menjelaskan. "Istri-istri pejabat bisa nunggu di sini sambil makan atau mengobrol, Ma. Gimana?" 

Isabella tersenyum kecil. "Kamu memang yang paling bisa kalau urusan penataan ruang, Agnia." 

"Iya, Ma," jawab Agnia kemudian membuka kulkas, memetik buah anggur hijau dan melahapnya. 

"Kamu tadi ke sini di antar Nagata?" tanya Isabella kemudian duduk di bangku makan, membuat Agnia juga duduk di hadapannya. 

Agnia mengangguk. "Tapi dia langsung ke tempat kerja. Janjinya, sih, nanti dijemput." 

"Suamimu itu baik ngga, sih, Ag?" Isabella yang penasaran pun bertanya. "Kalau dilihat dari tampilannya itu kayak berandalan, ya. Tapi menurut kamu baik, ngga?" 

Setelah Patah, Mari BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang