Bagian 3

1.6K 93 1
                                    

Karena Agnia adalah tipikal wanita yang memikirkan bagaimana kehidupan kedepannya, maka dengan sangat keras ia menolak jika melaksanakan pernikahan yang mewah seperti orang-orang sebab budget yang dipakai bisa digunakan untuk keperluan lain, atau ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena Agnia adalah tipikal wanita yang memikirkan bagaimana kehidupan kedepannya, maka dengan sangat keras ia menolak jika melaksanakan pernikahan yang mewah seperti orang-orang sebab budget yang dipakai bisa digunakan untuk keperluan lain, atau ditabung guna mencukupi kebutuhan di masa yang akan datang.

Oleh sebab itu, dulu pernikahannya dengan Nagata sangatlah sederhana karena setelah janji suci, dirinya langsung ganti kebaya dan menyalami tamu-tamu Nagata karena dari sekian banyaknya tamu, mayoritas adalah undangan dari Nagata. Itu dulu, satu tahun lalu.

Dan sekarang, ia tengah sibuk memoles wajah demi menghasilkan look elegan karena hendak menghadiri pernikahan dari salah satu rekan kerja Nagata. Sesuai warna dress, bibirnya ia poles full warna merah membuat kesan judes tercetak di wajahnya.

Agnia melirik jam dinding yang sudah pukul enam sore, padahal acara pukul tujuh. Beruntung acaranya sore, karena tadi seharian penuh ia negosiasi dengan client yang final desain adalah desainnya di awal. Tidak sia-sia ia menjelaskan sampai berbusa, sebab pada akhirnya manut juga.

Sekarang tinggal memakai dress saja karena rambutnya sudah panjang, lebat dan bergelombang. Jadi sudah pas dan memenuhi standar istri Nagata yang elegan. Untuk pakaian, Agnia mengenakan long dress warna merah yang terkesan coquette, namun sopan.

Sementara Nagata mengenakan kemeja putih yang dirangkapi jas hitam dengan kalung berbandul jangkar yang senantiasa melingkar di leher. Aroma manly menguar ke mana-mana, sangat sesuai dengan cetakan wajah pria itu yang benar-benar tegas dan indah, terlebih lagi melihat style rambutnya yang mullet.

Agnia menuruni dengan menenteng heels putihnya yang sengaja belum dipakai. Wanita itu berdiri dan memegang meja pantry untuk menganakan heels yang tadi ia tenteng. Setelah terpasang sempurna, ia mengibaskan rambut dan menyelipkannya ke belakang telinga agar wajah cantiknya terlihat sempurna.

Tampilan Agnia saat ini sangat cocok jika dipadukan dengan Nagata yang mana tingginya hanya sedagu pria itu ketika dirinya mengenakan heels.

"Masih ada waktu setengah jam," kata Agnia setelah melihat jam dinding. "Gue mau ngasih tau lo tentang apa yang boleh lo lakuin ke gue pas di acaranya nanti."

Agnia bersidekap angkuh. "Pelukan, rangkulan dan ciuman jika diperlukan. Selain itu ngga diperbolehkan."

"Kan memang hanya itu yang patut direalisasikan. Memangnya selain itu yang seperti apa?" tanya Nagata dengan kedua tangan yang masuk ke saku celana.

"Pangku, gendong dan melakukan beberapa hal modus biar lo bisa megang dada gue," jawab Agnia.

Nagata mangut-mangut. "Baiklah, Nona Agnia."

Dalam beberapa hal tertentu, Nagata kerap memanggil Agnia dengan sebutan Nona. Seperti saat wanita itu sedang mengomel, mengamuk dan tantrum. Bukan apa-apa, ia hanya ingin memberikan panggilan yang sopan untuknya yang memang pada dasarnya ia tahu kalau pernikahan ini tidak pernah disetujui olehnya. Oleh sebab itu, memperlakukannya dengan baik sangatlah diperlukan untuk meraih citra terhadapnya.




Setelah Patah, Mari BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang