Bagian 1

2.7K 113 0
                                    

Definisi pernikahan menurut riset yang dilakukan Agnia adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Definisi pernikahan menurut riset yang dilakukan Agnia adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia dan harmonis.

Akan tetapi, bagi Agnia, pernikahan hanyalah formalitas agar terlihat laku di depan orang-orang. Selebihnya, masing-masing melanjutkan hidup sendiri, sesuai dengan apa yang dilakukan oleh mereka sebelum mengucapkan janji suci.

Itulah definisi pernikahan menurut Agnia, yang mana sekarang sedang dilakoni bersama Nagata.

Sebatas formalitas.

"Cekek gue, Gas! Cekek!" Agnia marah-marah kepada Bagas di telepon dengan mata menatap layar laptop. "Lo nemu client tolol ini di mana, sih? Sebel tau nggak!"

"Ya Allah, Mba Agni. Jangan emosi dulu napa. Lagian tim marketing gue tugasnya cuma promosi doang, jadi nggak bisa request client yang georgeus kayak yang lo harepin itu."

"Kalo nggak georgeus, minimal ngotak!" Agnia memukul pelan meja ruang tengah, membuat mousenya berjengit. "Mana bisa dia minta tiga kamar tidur, ruang tamu sama ruang keluarga dibedain, dapur, tiap kamar ada kamar mandi dan kamar mandi luar satu, belum lagi ruang makan. Padahal luas rumahnya cuma tiga puluh enam meter persegi. Ide ngaco macam apa itu?! Masih untung kalo dua lantai, lah ini enggak!"

"Lo nego dulu sama dia, Mba. Jelasin sedetail-detailnya kayak lo jelasin ke gue ini. Tapi jangan pake urat! Bisa lari tuh client kalo lo jelasinnya kayak orang ngamuk!"

Agnia yang duduk lesehan di ruang tengah sembari bersila itu memukul pahanya sendiri. "Masih mending cuma gue amuk! Lo gak tau apa, Gas, kalo gue ini pengin banget maki-maki si Zahra!"

"Waduh, dilihat dari namanya aja udah islami banget tuh, Mba. Masa lo tega maki-maki dia sih?"

"Gue orangnya nggak pandang bulu," jawab Agnia dan meletakkan bantal sofa di pangkuannya. "Mau sesolehah apapun dia, kalo bikin gue jengkel, ya, tetep gue maki."

"Lo juga bikin gue jengkel, Mba. Boleh ngga kalo lo gue maki?"

"Berani lo?" tanya Agnia.

"Ngga sih," jawab Bagas. "Emang lo udah bikin sampe mana, Mba?"

"Udah gue kerjain semua, Gas! Nih gue fotoin ya!" Agnia memotret layar laptopnya lalu mengirimkan pada Bagas. "Lihat noh! Udah lengkap, Gas. Bahkan udah gue kasih etiket. Tinggal ngeprint doang!"

Setelah Patah, Mari BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang