Bagian 11

1.4K 74 0
                                    

Pertemuan rutin setiap tahun oleh pejabat-pejabat negara selalu dilaksanakan di kediaman salah satu pejabat yang dengan sukarela memberi ijin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertemuan rutin setiap tahun oleh pejabat-pejabat negara selalu dilaksanakan di kediaman salah satu pejabat yang dengan sukarela memberi ijin. Acara tahun lalu dilaksanakan di mansion Dierja, yang mana sangat disetujui oleh Pradipta Dierja serta sepasang Eyang yang masih segar bugar di singgasana paling depan. 

"Apakah Tuan memiliki rekomendasi yang bagus terkait acara tahunan ini akan dilaksanakan di mana?" Agra yang berdiri di depan meja kebesaran Nagata pun bertanya kepada atasannya yang sedang melihat jadwal pertemuan hari ini di ipad yang baru saja ia serahkan. 

Nagata mendongak. "Apakah ada yang memberi rekomendasi?" 

"Tidak ada, Tuan." 

"Mas Nayaka?" 

"Juga belum bereaksi terhadap rencana tempat untuk pertemuan ini, Tuan." 

Nagata mangut-mangut. Kedua tangannya yang bertaut itu menumpu pada meja dengan alis tertaut. Otaknya berpikir keras untuk merinci keuntungan pertemuan yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini. 

"Saya menyarankan di kediaman keluarga Gusti," kata Nagata tiba-tiba. 

Agra melebarkan mata. "Tuan yakin?" 

"Kenapa tidak? Sudah satu tahun lebih saya menunggu strategi saya terealisasikan. Oleh karena itu, saya harus bergerak mencari celah," jawab Nagata. 

Wirasena I Gusti, ayah dari Agnia, memang nyaris tak pernah datang di acara pertemuan rutin yang diadakan setiap tahun. Pria itu selalu ijin, entah ada dinas, ataupun ada acara keluarga yang memang tidak bisa ditinggal. Karena Nagata susah bertemu dengannya meski sudah menikahi Agnia, maka jalan satu-satunya hanya menjadikan kediamannya sebagai tempat pertemuan. 

"Tuan sudah berdiskusi dengan Nona Agnia?" tanya Agra yang benar-benar takut kalau istri atasannya mengamuk. 

"Itu urusan nanti, Agra. Sekarang pertemukan saya dengan panitia pengurus pertemuan," kata Nagata. 

"Baik, Tuan." Agra membungkuk sopan lalu bergegas keluar untuk menghubungi panitia pelaksana acara yang akan datang ini. 

Ratna Waluyo, sang anggota dewan, merupakan ketua panitia penyelenggara yang mana tempat pertemuan akan ia diskusikan bersama dengan beberapa panitia satu jam setelah ia meeting dengan anggota dewan. Bukannya diskusi dengan panitia penyelenggara, ia malah dicegat oleh asisten pribadi Nagata Hastungkara Dierja untuk diajak ke ruang kebesaran milik putra kedua keluarga Dierja tersebut. 

"Maaf, Bapak Nagata. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ratna dengan sedikit gugup karena Nagata menatapnya intens. 

"Terkait tempat untuk pertemuan rutin, apa sudah kamu diskusikan?" Nagata bertanya dengan santai dan tenang. 

"Belum," jawab Ratna. 

"Saya ada masukan. Tolong atur pertemuannya di kediaman keluarga Gusti," ujar Nagata membuat Ratna melebarkan mata. "Saya tidak punya tujuan tertentu selain ingin Bapak Wirasena datang menghadiri pertemuan." 

Setelah Patah, Mari BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang