Putra kedua keluarga Dierja benar-benar berada di area patah hati. Tiga hari tidak bertemu sang istri mampu membuat seorang Nagata lemas tak berdaya, bahkan wajah dan penampilannya benar-benar kusut. Sial. Mengapa efek dari Agnia bisa sefatal ini?Dengan raut yang tak bisa diganggu, Nagata memasuki mansion. Pria itu berjalan ke arah belakang untuk membuka lemari es. Sialnya ada anggur hijau, buah kesukaan Agnia. Tak jadi mengambil sesuatu, ia kembali ke ruang tengah. Ternyata Nayaka dan Raisa berkunjung.
"Eh, adik ipar," kata Raisa setelah Sandya diambil alih oleh Mama Arini untuk dibawa menghadap ke Eyang Putri.
"Duduk, Ta," ujar Nayaka yang sudah duduk di sofa panjang kemudian menarik Raisa agar ikut duduk.
Nagata yang tidak memiliki pilihan lain pun akhirnya duduk, menghadap kakak sulungnya yang tidak tahu kenapa juga berkunjung ke mansion hari ini. Seolah mereka sudah ditakdirkan semesta untuk bertemu.
"Kamu dari mana?" tanya Nayaka prihatin. "Sudah makan atau belum?"
"Aku dari rumah, Mas. Aku sudah makan," jawab Nagata.
"Pertanyaan kamu salah, Nayaka," sahut Raisa. "Harusnya tuh, kamu kangen Agnia? Gitu."
Nagata berdecak sebal saat mendengar penuturan kakak iparnya. "Mba Raisa mending diam saja."
"Ngga bisa." Raisa tersenyum sinis. "Salah sendiri lo ngacau. Udah bagus dapet modelan kayak Agni, eh malah lo curangin kayak gini."
"Dulu Mba Raisa juga dicurangin Mas Naya," balas Nagata tak mau kalah.
Raisa mengibaskan rambutnya ke belakang. "Nayaka beda," ujarnya. "Ya iya, sih, gue dibohongin. Lo juga bohongin Agnia. Tapi gue sama Agni itu beda. Kalo gue bakalan usaha sebisa mungkin buat Nayaka ngikut alur yang gue bikin. Sementara Agni? Dia kayaknya milih cerai deh."
"Rai," tegur Nayaka saat melihat Nagata yang diam dengan sorot kecewa.
"Biar Nagata sadar, Nay. Dulu udah gue bilangin buat jangan jahat ke Agni, sekarang kena dampaknya sendiri, kan?" Raisa tertawa renyah. "Agni sekali cerai sama lo, dia gampang dapetin yang lain, Ta. Kalo lo pasti tersiksa dengan rasa bersalah dan penyesalan. Emang anjay."
"Mba Raisa pikir, saya dulu ngga bingung?" Nagata bertanya dengan raut datar. "Cita-cita saya dari jaman kuliah ada dua, Mba. Menjadi penyelidik dan menjadi suami Agni. Bahkan sebelum saya masuk KPK, saya sudah bicara sama Ayah untuk mengatur perjodohan saya dengan Agni. Dan ironisnya, ketika perjodohan akan terjadi, saya mendapat tugas untuk menangkap Papa Agni. Saya ngga bisa ngelepas tugas saya, Mba. Tapi saya juga ngga rela kalo Agni sama laki-laki lain. Mba Raisa mana paham bagaimana prustasinya saya waktu itu."
Raisa yang semula menyerocos pun mendadak kicep. Apalagi saat melihat sorot Nagata yang benar-benar terluka, seolah ini adalah hal yang menyakitkan. Jujur, melihat Nagata yang semula berandalan menjadi seperti ini saja sudah membuatnya terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Patah, Mari Berpisah
General FictionNagata memanfaatkan pernikahannya dengan Agnia untuk menangkap ayah mertuanya yang menggelapkan dana bantuan sosial. Awal-awal pernikahan memang tidak mudah karena menghadapi karakter Agnia yang emosian, keras kepala dan ingin menang sendiri. Namun...