[1.1] Kecelakaan

207 22 3
                                    

Melatisari (18.12)

Yeonjun meniti langkah santai melewati jalanan sepi Melatisari. Jalanan tersebut gelap dan hanya diterangi cahaya bulan dan lampu dari kendaraan yang lewat, hamparan sawah terlihat sejauh mata memandang, angin berhembus kencang. Ini adalah jalan yang paling cepat menuju kosnya. Dan karena motor kesayangannya sekarat di bengkel, mau tak mau ia harus melewati tempat ini.

Yeonjun tidak takut karena telinganya disumbat oleh airpods. Ia sengaja memutar lagu-lagu yang riang gembira agar tidak takut, seperti Love Story, You Belong With Me, Fearless, The Very First Night, dan Mine. Benar, bunda. Lagu-lagu yang ia dengarkan milik Taylor Swift semua karena akun penyanyi tersebut ada di atas sendiri ketika Yeonjun membuka Spotify.

Do you believe it? (Yeah, yeah, yeah)
We're gonna make it now (yeah, yeah, yeah)
And I can see it (yeah, yeah)
I can see it now

Yeonjun mengangguk-nganggukan kepalanya, tanda bahwa ia menikmati lagu yang tengah ia dengarkan. Tapi tak lama kemudian iklan 'TEROR POCONG' muncul.

Spotify kampret, umpatnya dalam hati.

Oh ayolah, menghabiskan 50 ribu untuk langganan Spotify itu termasuk boros menurut Yeonjun. Tapi yang bikin malas tuh ya ini, iklan-iklan horornya.

Tambah kampret lagi ketika Yeonjun merasa disorot oleh sebuah cahaya.

Cahaya dari lampu motor.

BRUK!

Alamak sialnya.

Yeonjun terguling dengan tidak estetik di jalanan beraspal Melatisari yang setengah rusak. Laki-laki itu meringis setelah sadar lutut dan sikunya terluka. Ia berusaha bangkit tapi tak bisa.

"HEH ANJING! LO GAK LIAT APA ADA ORANG NAIK MOTOR? MINGGIR DONG TADI HARUSNYA!"

Yeonjun mengernyit, masih dengan posisi telentang di jalanan, bukankah seharusnya ia yang mengucapkan protes tersebut? Yeonjun jadi berpikir apakah yang menabraknya adalah emak-emak? Secara emak-emak selalu menang. Biasa, entitas terkuat di bumi.

Sebuah tangan terulur, Yeonjun kira itu tangan Mbak Kunti, tapi setelah akal sehatnya kembali, Yeonjun menerima uluran tangan tersebut tanpa pikir panjang.

JEDUAR! Ternyata pahlawan kemalamannya adalah seorang perempuan cantik bak bidadari. Dan mungkin saja dia adalah penjahat berkedok pahlawan karena ekspresinya sangat ketus, Yeonjun yakin seribu persen perempuan itu adalah pelaku tabrak lari ini. Karena tak ada seorangpun sedari tadi di daerah ini.

"Lo gak papa atau papa?!" Tanya perempuan itu, nadanya kasar.

Yeonjun menoleh ke lututnya yang terluka, tidak parah tapi merah. Ia sepertinya akan susah menekuk lututnya untuk beberapa minggu ke depan. Sial.

Perempuan itu juga menoleh ke lututnya lalu menggigit bibir bawahnya sendiri. Sepertinya ia sedikit merasa bersalah bila dilihat dari ekspresi tak enaknya, tapi perempuan itu cukup gengsi untuk mengakuinya.

"Gu-gue minta maaf."

Tidak juga ternyata.

Yeonjun diam sebelum akhirnya menjawab. "Iya, gak papa."

Senin MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang