[4.4] Dunia Taehyun

47 13 0
                                    

Bagian ini ditulis lewat sudut pandang
Taehyun.

Taehyun menutup bukunya ketika mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Masih pukul 7, Mama biasanya belum pulang jam segini.

Dia mengintip dari jendela, jelas bukan Mama karena mobil wanita itu berwarna hitam, sedangkan mobil yang ada di bawah sana berwarn putih. Hei, tunggu! Sepertinya Taehyun kenal mobil itu, tampak tidak asing. Tapi mobil siapa, ya?

Seorang perempuan keluar dari sana, ia memakai midi dress berwarna putih tulang, rambutnya yang berwarna merah mudanya dibiarkan tergerai indah dengan hiasan bando putih. Perempuan itu menyapu pandangan ke seluruh halaman rumah.

Taehyun membatu di tempat.

Itu Sakura.

"Mau makan apa, Dek?"

"Well, macaroni and cheese doesn't sound bad."

"Noted."

Sembari memperhatikan punggung Sakura yang sibuk berkutat di dapur, Taehyun kembali memikirkan kejadian beberapa jam lalu yang terasa seperti mimpi.

Kakaknya itu tiba-tiba datang setelah 5 tahun menghilang, membawanya pergi dari neraka. Ia tidak peduli mamanya tahu atau tidak, yang jelas ia langsung naik ke mobil hanya dengan membawa dompet dan ponsel lengkap dengan charger-nya.

Mereka memutari kota sambil membicarakan banyak hal. Papanya menikah lagi, dan Sakura mengelola sebuah restoran di ibukota. Istri baru Papa sangat baik, karena tidak punya anak, Sakura benar-benar dimanjakan, dan beliau pun bilang tidak sabar bertemu dengan Taehyun.

"Gimana sekolah?"

"Biasa aja."

"Capek?"

"Banget, Mbak."

"Mau ikut pindah, Dek? Mbak habis ini pindah ke Batam, Tante sama Papa, kan, menetap di sana. Kebetulan Mbak mau nambah cabang di luar Jawa."

Taehyun selalu ingin pindah, dia tidak betah berlama-lama di kota ini, tinggal di sini, dan sekolah di sini. Apalagi bersama Mama. Tapi ada satu hal yang ia sukai dari neraka dunia ini, Chaeryeong. Cewek itu pengertian dan baik. Frekuensi chating mereka bertambah sejak kejadian di bumi perkemahan saat itu.

Sebenarnya, Taehyun sudah menyukai Chaeryeong sejak saat pertama mereka bertemu. Saat ia melihat cewek itu masuk ke laboratorium IPA dengan kondisi ngos-ngosan di hari pertama bimbingan untuk olimpiade. Atau saat mereka mengobrol ringan untuk pertama kalinya di perpustakaan kota. Dan Chaeryeong adalah satu-satunya orang yang mengetahui sisi kelamnya, sekaligus satu-satunya orang yang tetap bertahan di sampinginya.

"Kok kayak ragu gitu? Adek punya pacar, kah?"

"Bukan pacar, sih," jawab Taehyun dengan senyum getir.

"Crush?"

"Yes."

Sakura menaruh mangkok berisi makaroni keju di meja makan, tepat di hadapannya.

"Tell me about her," pintanya dengan alis yang dinaik-turunkan.

"Dia cantik, pinter, baik."

Agak edan, perhatian, enak banget kalau diajak curhat, manajerialnya bagus, visioner, pengen aku pacarin.

Eh.

"Gitu doang?"

Taehyun mengedikkan bahunya, meraih garpu dan mulai makan.

Dia makan dengan damai dan tenang. Entahlah, Taehyun akan mempertimbangkan tawaran tersebut, karena itu memang tawaran yang brilian. Kapan lagi ia bisa pergi dari jeratan mamanya, kan?

Malam itu ia habiskan untuk bercengkerama dengan kakaknya, membayar hutang rindu yang selama ini disembunyikan, hanya karena keegoisan satu orang.

Demi apa aku tuh baru sadar kalau penulisan yang benar itu 'Chaeryeong' bukan 'Chaeryoung' setelah 18 chapter. Like ... kok bisa, wanjerrr.

Jadi terkonfirmasi ya, ges. Yang naksir duluan itu si Taehyun pas olimpiade. Biasalah, nyari selingan dari susahnya latihan soal.

AND SORRY FOR THE TYPO!

😭🙏

Senin MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang