Melatisari (18.03)
"Gyu, Mami pengen ayam goreng depan toko buku," kata maminya yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamarnya. "Sama sekalian titip pembalut ya, yang sirih dan bersayap," lanjut wanita itu.
Beomgyu yang baru menjatuhkan tubuhnya di kasur langsung menghela napas panjang, apalagi ketika mendengar kata 'pembalut'.
Tapi karena dia bukan anak durhaka dan pasti bakal disemprot habis-habisan kalau menolak, jadi Beomgyu bangkit dengan malas lalu mengulurkan tangan di hadapan maminya. Minta uang. Ya masa pakai uangnya? Lagi kere, bro.
Mami memberinya dua lembar uang berwarna merah dan senyum Beomgyu langsung melebar.
Ketika perempuan itu kembali ke lantai bawah untuk mesra-mesraan dengan papinya, Beomgyu menyempatkan diri untuk keluar ke balkon dan memanggil sahabat yang merangkap sebagai tetangganya. Ryujin. Waktu yang sangat pas karena perempuan itu tengah bermain ponsel di jendela.
"Ryu!"
Ryujin menoleh sambil mengernyit heran, tatapannya mengutarakan pertanyaan 'apa?'.
"Anterin gue beli pembalut."
Ryujin langsung tertawa. Sudah anak tunggal, cowok lagi, jadinya dia dibabu sama maminya sendiri. Kasihan.
"Ryu!"
"Siap, bosqu."
Beomgyu bisa melihat Ryujin turun dari jendela kemudian berjalan ke arah pintu. Oh, perempuan itu juga sempat melemparkan ponselnya ke kasur.
Tunggu? Kenapa dia jadi seperhatian ini dengan apa yang sahabatnya lakukan?
Oke, Beomgyu dan Ryujin memang sangat perhatian ke satu sama lain. Beomgyu siap siaga menawarkan pundaknya bila Ryujin lagi galau dan sebaliknya. Mereka bahkan sering dikira pacaran oleh 85% murid yang lain, karena selalu kemana-mana bersama.
'Si tomboy dan pacar lempengnya', sungguh sebuah julukan yang mulia. Padahal Beomgyu itu kalau lagi mode serius, beuh karismanya gak main-main. Sayangnya Beomgyu jarang serius, sih.
Beomgyu turun ke bawah dan mendapati kedua orang tuanya tengah duduk dengan posisi saling menyender sembari menonton televisi. Sebuah pemandangan menjijikan yang jarang ia lihat karena keduanya sama-sama gila kerja. Papi berpesan 'hati-hati' dan Mami tidak menoleh sama sekali.
Ia memakai motor beat yang biasa digunakan maminya belanja di pasar subuh. Toh buat apa pakai sepeda keren karena Beomgyu hanya memakai kaos oblong putih dan celana pendek selutut.
Ketika ia hendak menjemput Ryujin, perempuan itu ternyata sudah menunggu di depan gerbang.
Sebelum membeli ayam goreng yang diinginkan maminya, mereka mampir dulu ke indomaret untuk membeli pembalut--kebutuhan primer seluruh kaum hawa dari usia remaja hingga dewasa setiap bulannya.
"Lo tau kan bedanya pembalut yang bersayap sama enggak apa?" Tanya Ryujin sambil menunjukkan dua produk yang berbeda.
Beomgyu memutar bola matanya malas. "Gue udah disuruh untuk membeli benda ini tiap bulannya dari kelas tujuh, Ryu."
"Lah kalau gitu kenapa lo ngajak gue?"
"Lo mau ayam goreng Pak Harto, gak?"
Pupil Ryujin melebar.
"MAUUU!"
Giliran makanan gratis langsung semangat empat lima.
Usai membayar dan pindah tempat ke warung makan Pak Harto, Beomgyu langsung memesan 4 porsi tanpa nasi sekaligus. Untuk siapa saja? 2 porsi untuk maminya, 1 untuk dirinya, lalu 1 lagi untuk Ryujin. Mami lahap sekali kalau urusan makan, dan Papi lebih suka masak. Sungguh perpaduan yang luar biasa cocok.
Beomgyu dan Ryujin duduk berdampingan di kursi panjang, menunggu pesanan mereka untuk diselesaikan. Dan Beomgyu, lagi-lagi menjatuhkan perhatiannya ke sahabatnya sedari kecil itu.
Kisah mereka dimulai dari maminya dan mamanya Ryujin yang berteman dekat semasa SMA, memutuskan untuk membangun rumah bersebelahan biar tetap bisa berbagi gosip terbaru. Alasan macam apa itu? Nahasnya, ide gila tersebut terealisasikan karena papinya dan babanya Ryujin juga teman dekat.
Sejak dulu, semesta seolah mendukung mereka untuk terus bersama. Di SMP, dengan adanya sistem acak setiap naik kelas, Beomgyu selalu berharap agar tidak sekelas dengan Ryujin. Tapi entah sekolah yang kurang teliti atau bagaimana, 3 tahun yang kurang menyenangkan ia habiskan dengan perempuan itu.
Mereka baru berpisah di SMA karena Ryujin mengambil IPA dan Beomgyu mengambil IPS, walau tetap satu sekolah. Tapi, akhir-akhir ini, entah kenapa ada yang berbeda tentang pandangannya mengenai Ryujin. Biasanya, ia memandang Ryujin sebagai sosok sahabat yang selalu ada bila dibutuhkan. Sekarang, entah kenapa ia mulai memandang Ryujin sebagai perempuan biasa lewat sudut pandang laki-laki.
Singkatnya, tampaknya Beomgyu mulai jatuh hati dengan sahabatnya sendiri.
Tunggu!
WADEPAK?!
Aduh. Kok jadi gini, sih?
"Gyu! Beomgyu!"
Beomgyu menggelengkan kepalanya ketika sadar ia telah melamun cukup lama. "Apa?"
"Uangnya mana? Udah jadi nih."
Beomgyu berdiri, membayar pesanannya kemudian kembali ke rumah. Mengingat kasurnya telah sangat merindukannya.
Jalanan ramai seperti biasa. Kapan sih pusat kota bisa sepi? Nyaris tidak pernah. Rasanya kota ini tidak pernah tidur setiap malamnya.
"GUE JADI PENGEN PUNYA PACAR DEH, BIAR KELUARNYA GAK SAMA LO MULU!" Ucap Ryujin setengah berteriak karena lalu lintas yang bising.
"Jadi pacar gue aja."
Ketahuilah pemirsa, kalimat itu keluar begitu saja tanpa bisa ia kontrol.
"HAH? LO NGOMONG APA, GYU?"
Beruntung orang di belakangnya ini tidak mendengar apa yang ia ucapkan.
- — -
Beomgyu Bimasakti. Siswa biasa yang selalu masang tampang lempeng alias tydack bersemangat.
Ryujin Sherivadyah. Siswi tomboy yang kayaknya lupa gender dan anggota tim basket putri kebanggaan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senin Malam
FanfictionTXT ft. ITZY [Melatisari, #1] 5 kisah-kasih remaja yang terbit dari kejadian-kejadian Senin malam tempo hari.