[3.3] Pasca Mancakrida

52 10 2
                                    

Percaya gak percaya, Beomgyu itu anggota PMR.

Ikut karena punya sahabat banyak tingkah, biar bisa ngawasin 24/7 ceritanya. Tapi pas ditanyai saat wawancara, dia menjawab 'karena disuruh Mama'. Sebenarnya dia nekat banget ikut PMR dengan skill pas-pasan karena saat SMP, Beomgyu tidak terlalu aktif di organisasi tersebut.

Hari ini adalah hari terakhir kemah. Setelah menghabiskan tiga hari dua malam yang melelahkan, ia akhirnya kembali ke kasur empuknya.

Pasca mancakrida atau outbound, usai membereskan tenda dan mengemas barang-barangnya, Beomgyu yang berniat memanfaatkan waktu istirahat dengan tidur langsung lari ke tenda PMR putri ketika mendengar kaki Ryujin terluka. Katakanlah ia dramatis, tapi Om Jaehyun telah menitipkan putri semata wayangnya kepada dirinya.

Ketika ia sampai, hanya ada Ryujin, Minju, dan Chaeryoung. Luka di kaki Ryujin tak terlalu parah sebenarnya, tapi banyak. Sepertinya ia tergores bebatuan di sungai tadi. Minju sendiri mengobati luka Ryujin dengan telaten dan sabar ketika cewek itu terus-terusan menjambak rambut Chaeryoung dan mencakar tangannya. Beomgyu sendiri tidak berani mendekat, hanya berani melihat dari pintu tenda yang terbuka. Takut jadi korban kedua.

"Nah, udah."

Ryujin berhenti ngereog, tapi masih meringis kesakitan. Kasihan, pasti perih.

"Masuk aja, Gyu. Bentar gue keluar dulu, ya," ucap Minju sebelum angkat kaki dari sana. Chaeryoung mengikuti. Meninggalkan Ryujin dan Beomgyu hanya berdua di sana.

Beomgyu tak menjawab apa-apa dan langsung masuk. For your information, Beomgyu pernah nge-crush-in Minju saat kelas 8 SMP, tapi berhenti setelah tahu perempuan itu ternyata naksir Minkyu si Ketua Kedisiplinan. Doi ndak mampu bersaing, bosqu.

Setelah masuk SMA, Beomgyu sadar bahwa mungkin orang yang ia cari-cari ternyata ada di hadapan mata.

"Kenapa lo?"

Ryujin yang baru berhasil duduk menatap tajam sahabatnya. "Mata lo buta atau gimana? Nggak liat kaki gue luka, kah?"

Beomgyu terkekeh.

"Kok bisa?"

"Kegores batu di sungai tadi."

"Sampai separah ini?"

"Lo kayak gak tau gue aja, sih, Gyu."

"Yeu, jangan pecicilan makanya."

"Bukan Ryujin namanya kalau enggak banyak tinggak." Cewek itu mengaku dengan bangga.

"Idih," cibir Beomgyu. "Lo bisa jalan, gak?" tanyanya.

Ryujin mengangguk. "Agak pincang, sih. Untung upacara api unggunnya udah tadi malem."

"Masih ada upacara penutupan, bego!"

"Yaudah, sih. Gue udah izin."

Mereka diam-diaman setelah itu. Ryujin menatap lurus ke lapangan yang ramai, sedangkan Beomgyu fokus ke luka di kaki cewek itu, meski beberapa kali curi-curi pandang ke wajahnya yang tampak baik-baik saja.

Tetap tampak tengil.

"Eh?"

"Kenapa?" Beomgyu ikut menoleh ke lapangan.

"Ada yang jatuh," balas Ryujin sambil tertawa. "Mana lucu banget lagi."

Beomgyu ikut tertawa melihat sahabatnya tertawa, walau dia tidak menyaksikan kejadian tersebut.

"Laper gak, Ryu?"

"Lumayan. Tapi belum jam makan siang."

"Mau gue beliin makanan, gak?"

Ryujin malah memicingkan matanya.

"Lo kerasukan atau gimana, sih, Gyu? Kok tumben baik banget."

"Lo tuh, ya! Dibaikin salah, dijahatin juga salah." Beomgyu geram sendiri.

Ryujin tertawa. "Enggak usah, gue enggak laper-laper banget kok. Di sini aja, temenin gue."

Di sini aja, temenin gue.

HSHSHSHSHSHSHSHSHS.

Beomgyu berusaha untuk tidak tersenyum dan menyembunyikan rona merah yang menjalar di pipinya. Mau heran, tapi Ryujin anaknya Jaehyun. Gak jadi heran, deh. Bakat flirting-nya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.

"Salting lo, Gyu?"

ANJING.

"Enggak, anjing!"

"Selow, bosqu."

Ryujin lagi-lagi tertawa. Menampilkan raut muka bahagia yang selalu bisa menghangatkan hatinya.

Dia ikut bahagia bila Ryujin bahagia, dan ikut terluka bila Ryujin terluka. Apapun yang terjadi, Beomgyu tidak akan membiarkan Ryujin sendiri. Tidak ketika Ryujin adalah perempuan kedua yang paling ia sayangi dan cintai setelah mamanya.

Dan Beomgyu harap, Ryujin juga berpikir yang sama.

- — -

Setelah upacara penutupan selesai. Beomgyu kembali ke tenda PMR putri untuk membantu Ryujin membawa barang-barangnya--iya, bund, Ryujin tidak ikut upacara penutupan karena tidak kuat dan stay di tenda. Cewek sekeras kepala Ryujin jelas ngotot membawa tasnya sendiri, tapi langsung menyerahkannya ke Beomgyu ketika sadar benda itu membuatnya semakin susah untuk berjalan.

Beomgyu menaruh tas Ryujin di pick up yang mengantar regu Ryujin pulang. Ia tersenyum lebar ke Ryujin yang dibalas jari tengah dan senyum manis oleh cewek itu sebelum pergi ke pick up regunya.

"Habis melakukan tugas mulia ya, Mas?" tanya Jeongin saat ia sudah naik.

"Tugas mulia apa?"

"Mengantar pacar."

"Ryujin bukan pacar gue, anjing!" sanggahnya.

"Tapi tingkah kalian udah kayak orang pacaran, ya!" Jeongin memukul lengannya karena kesal.

Beomgyu menatap Jeongin dengan tatapan heran. Perasaan ia dan Ryujin biasa-biasa saja. Tapi kalau Jeongin mau berpikir seperti itu juga tidak apa-apa, sih, siapa tau bakal terealisasikan.

"Cuman saran gue lo harus gerak cepat deh, Gyu."

"Udah gue bilang gue enggak suka Ryujin!"

"Ck! Dengerin dulu! Gue denger-denger Ryujin naksir Mas Hyunjin. Lo tau, kan? Masnya Mbak Yeji, alumni sekolah kita."

Tunggu!

APA?

Kok Ryujin tidak pernah memberitahunya.

Senin MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang